24. Heartfelt [END]

5.7K 313 45
                                    

Finally!

Happy Reading:) jangan lupa vote dan comment😇

.
.
.

Seokjin menarik kedua sudut bibir ketika melihat sosok kecil di kejauhan tengah mengayunkan tungkai dengan begitu manis; sedikit berlari dengan menggenggam dan menarik-narik—tak sabar—jari kelingking sosok cantik dengan rambut cepak yang masih terlihat baru dipangkas. Balutan dress sepanjang betis mengayun mengikuti gerak si kecil di dalam genggaman.

Seokjin dapat melihat bahwa mereka mendadak berhenti diikuti dengan hentakan kaki batita; menggerutu. Dan tentu saja membuat Seokjin keheranan lantas berjalan cepat menghampiri manusia yang tengah berselisih paham dengan menggemaskan. Pipi yang gembil, bibir yang mengerucut dan sorot mata tajam yang menukik gemas ke arah si ibu, sedangkan wanita yang ditatap merasa tak ingin kalah dengan mudah.

"Ada apa?" Suara berat itu memecah perseteruan sengit yang tengah si gembil ciptakan. Batita menoleh, pipi kenyal itu bergerak seirama dengan kaki kecilnya yang berlari menuju ke arah Seokjin dengan tubuh yang hampir limbung akibat belum memiliki sisi seimbang yang cukup baik.

"Appa!" Pipi kenyal itu berayun mengikuti hentakan kakinya yang begitu mantap, menghambur ke pelukan Seokjin yang mulai berjongkok untuk menyambutnya dengan tangan kecil yang terbuka lebar.

Dikecupnya kepala si kecil berkali-kali sembari membawanya dalam dekapan hangat, lantas tungkainya berayun lambat ke arah wanita yang tengah menunggunya di bawah naungan pohon yang tertembus terik matahari pada sela-sela daun.

Si kecil dalam gendongan membisikkan sesuatu pada telinga Seokjin, membuat lelaki itu terkekeh pelan, dan sukses membuat wanita di depan sana menaikkan satu alis; penasaran. "Benarkah?" Seokjin mencoba berpura-pura untuk tertarik pada obrolan cadel yang menggemaskan dan juga, berpura-pura menjadi kawan pendukung si bocah.

Lalu buntalan gembul itu bergoyang seirama dengan anggukan kepala, "Ujin tidak boleh beli es klim. Eomma nakal sekali." Dengan tangan kecil yang terlipat di depan dada dengan lucunya, Doojin merengut dan masih menyalakan tanda perang kepada sang lawan.

"Aigoo, anak Appa ingin es krim?" Seokjin mengangkat tinggi-tinggi tubuh kecil Doojin, membawanya terbang ke udara; main pesawat-pesawatan katanya.

Sedangkan Doojin hanya tertawa dengan Bumblebee yang masih melekat erat pada tangan; sepertinya dia lupa akan es krimnya dan enggan melepaskan robot kuning itu barang sedetikpun, padahal tangan milik Bumblebee hanya tersisa satu saja—sebelah kanan—sedangkan tangan yang lain patah akibat ulah Doojin dan tangan usilnya. Bocah itu menangis keras sekali setelah insiden tangan robotnya yang hancur; lalu memeluk erat sisa-sisa benda kuning itu dan berjanji tidak akan merusaknya lagi.

"Darimana? Kenapa tidak minta antar?" Seokjin berjalan beriringan sembari menggenggam tangan Hyera, sedangkan Doojin berlari di depan mereka dengan riang, membawa Bee di atasnya persis seperti Seokjin membawa Doojin tadi, sembari mengeluarkan suara-suara random yang menggemaskan.

Ngeng...ngeng...ngeng.

"Kau kan belum pulang tadi." Hyera menimpali, matanya tak bisa lepas dari sosok kecil yang tengah berlarian girang; menyambut rumah.

"Kan bisa menelepon."

"Aku hanya keluar sebentar, membeli ini." Hyera menunjukkan sekantung plastik hitam berisi kebutuhan yang sangat mendesaknya hingga harus meninggalkan rumah dan membawa Doojin berpanas-panas ke minimarket di depan jalan.

PRICELESS | KSJ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang