Part 02 - The Encounter

3.4K 188 8
                                    

Mama dan papa Yena berbincang-bincang dengan kerabatnya di sebuah restaurant.
Ternyata, dandanan heboh yang diharuskan oleh mama Yena padanya hanya untuk pertemuan makan malam ini.
Tapi kenapa dirinya dan seorang lelaki muda yang tampak seperti seumuran dengannya juga harus diajak ?
Yena hanya diam dan minum dengan perasaan tidak nyaman.

"Ah iya Yena.. Bisa tolong kamu ambilkan bingkisan di mobil ? Tadi mama lupa membawanya juga."

"Ah, oke ma.."

Yena beranjak setengah kesal karena disuruh-suruh mamanya dalam keadaan dia sedang mengenakan gaun dan high heels, tapi juga setengah senang karena dia bisa menghindari acara yang membuatnya bosan itu.

Yena berjalan keluar sambil menjinjing gaunnya yang panjang dan membuatnya beberapa kali terhuyung.

"Ah, Yohan.. Tante lupa, kalau barangnya itu cukup besar dan agak berat. Bisakah kamu membantu Yena mengambil barang itu?"

"Ah, tentu saja." jawab anak dari kerabat mama Yena.

Lelaki yang bernama Yohan itu berjalan keluar, dan mendapati Yena yang sedang terduduk di tepi jalan setapak.

Yohan mengerutkan keningnya, kemudian tersenyum dan berjalan lebih cepat ke arah Yena, lalu membantunya berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yohan mengerutkan keningnya, kemudian tersenyum dan berjalan lebih cepat ke arah Yena, lalu membantunya berdiri.

"Lo ngapain duduk di pinggir jalan gitu ? Nggak papa ?"

Yena meliriknya sebal.

"Lo nggak liat ?! Gue kepleset gara-gara sepatu high heels sialan ini.. Ya gue pasti kenapa-kenapa lah.."
"Ish ! Kenapa sih gue mesti dandan lebay kayak gini cuma buat acara makan malam ?"

Yohan cuma bisa bengong mendengar Yena yang mengomel. Yena lalu menatap tajam Yohan.

"Kenapa lo ngeliatnya kayak gitu ? Nggak pernah liat orang lagi kesel apa ?"

Yohan mengernyitkan keningnya. Sebenernya dia juga lagi nggak mood karena masih capek abis pindahan.

"Kenapa lo marah-marah sama gue ? Padahal gue kesini mau bantuin lo.."

"Ish. Gue tu sebel banget, mesti pake dress sama high heels gini.. Ribet banget.."

Yohan tersenyum.

"Bukannya cewek tuh suka kliatan cantik ? Nyalon, pake dress sama high heels ?" tanya Yohan heran.

"Enggak semuanya kali.. Gue nggak suka banget ! Heran gue, kenapa sih cewek-cewek itu pada suka nyiksa dirinya cuma buat tampil cantik.."

"Hahaha.. Lo tu emang aneh.. Gue baru kali ini ketemu cewek yang nggak suka tampil cantik kayak lo.. Ditambah..."

"Ditambah apa?"

"Ditambah lo suka banget ngomel. Nggak capek apa ?"

"Ya. Apa lo juga nggak capek ngurusin urusan orang ?"

"Apa ?" Yohan kaget dengan sikap gadis di hadapannya itu.

"Ah, udah deh.. Kenapa lo keluar ? Katanya mau bantuin gue ? Bantuin apa emang ?"

"Gue diminta ngebantuin lo ngambil barang di mobil."

"Ah, bagus deh.. Ambil aja di mobil, nih kuncinya." Yena menyerahkan kunci mobil pada Yohan  yang tampak mematung, sementara dia masih duduk di pinggiran.
"Kenapa diem ? Gue tunggu disini aja. Lo liat kan kaki gue barusan keseleo ? Aduuuh..." Yena memijit-mijit pergelangan kakinya sambil sesekali melirik Yohan.
"Aduh, sakit banget.."

Yohan meliriknya tidak percaya dan tertawa garing, lalu berjalan menuju mobil.
Bisa-bisa dia nguncir bibir tuh cewek yang ngomel-ngomel mulu kalo kelamaan disana.

Di balik kaca restoran, orang tua Yohan dan dan orang tua Yena mengawasi mereka dengan wajah penasaran.

"Gimana ? Kayaknya rencana kita bakal berhasil nggak ?" tanya papa Yohan semangat.

"Anak gue kayaknya lagi ngomelin Yohan itu.. Yena kan nggak suka banget dandan-dandan kayak gitu. Dia yang bete, Yohan yang kena."

"Biarin lah pa.. Sekali-kali liat Yena feminim gitu.. Tapi mama jadi kasian sama Yohan.." jawab mama Yena.

"Hahaha.. Dari kecil kan Yena emang ceriwis, tapi Yohan malah gemes dulu, suka nguncirin bibirnya Yena." mama Yohan malah tertawa mengingat masa kecil anaknya.

"Itu kan waktu kecil jeung.. Mungkin udah gede gini jadi sebel Yohan nya.." jawab mama Yena sedikit khawatir karena kelakuan anaknya.

"Mereka pasti udah lupa deh, udah lama banget soalnya." 

"Iya kayaknya.. Tadi mereka kayak nggak kenal gitu kan.."

Sesaat kemudian, Yohan kembali ke dalam restaurant membawa bingkisan besar yang dibawanya sendiri.

"Lho, Yena dimana nak Yohan ?" tanya mama Yena bingung karena anaknya tidak ikut masuk.

"Oh, dia sedang terima telepon di luar, tante.." jawab Yohan santun.

"Oh gitu.." mama Yena berdiri.
"Maaf, aku akan bicara sebentar dengan Yena." kemudian mama Yena berjalan keluar.

Yena tampak pura-pura sedang berbicara di telepon.

"Yena.." panggil mamanya.

Yena menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya sambil mengisyaratkan Ibunya untuk diam "Sssttt.."

"Telepon dari siapa?" tanya mamanya sedikit berbisik.

"Ah, maaf bu, saya ada urusan sebentar, nanti saya akan telepon lagi ya.." Yena mematikan sambungan teleponnya dan melirik sebal mamanya.
"Mama.. Yena tu lagi ditelepon sama bu Youmi, guru Yena. Mama kok bisa-bisanya tetap manggil-manggil Yena pas lagi teleponan sih.."

"Beneran itu dari guru kamu ? Ngapain guru kamu malam minggu gini nelponin muridnya ?" mama Yena nggak gampang percaya.

"Ya mana Yena tau.. Bu Youmi belum bilang ada apa, mama dah ganggu.. Ish.."

"Halah, alesan kamu.. Bilang aja emang mau ngehindar kan.."

"Nah itu tau.. Yena nggak nyaman maaa.."

"Iiih, sabar kenapa sih.. Nggak lama juga.."

"Ini nih gatel mah bajunyaaa, ada renda-rendanya giniii.."

"Ya ampuuun, manja banget sih nih anak mama.. Udaaah, lagi bentar aja.. Lagian kamu nggak laper apa baru makan dikit banget tadi ?"

Mama Yena menarik tangan Yena dan mengajaknya berjalan masuk ke restauran.

"Nggak napsu makan ma.."

"Kamu lagi dapet apa ya ? Rewelnya minta ampun.."

"Ish.. nurun mama iniii.."

"Udah nggak usah kayak anak kecil gitu deh.. Lusa udah kelas XI juga.."

"Iya iyaaa.. Tapi beliin PS baru ya.."

"Ya ampuuun.. Anak perawan mama maennya PS'an mulu.."

"Ya kali maen barbie, dikira anak TK malah.."

"Ya ampun bikin pusing banget sih nih anak satu.."

"Untung cuma Yena kan anak mama, kalo nambah bisa cepet keriputan ma.."

"Ssstt, udah yang anteng, duduk sana."

"Iyaaa.."

Yena lalu duduk di sebelah Yohan sambil cengar cengir garing.

~~~

LIKE or LOVE - [Yohan x Yena x Sihun] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang