"Eh? Coklat siapa ini?" Kata Rosie begitu meraba ke dalam laci mejanya.
Rosie mengambil coklat berbungkus ungu itu dan mengamatinya. Membalik bungkusan cokelat untuk melihat tanggal yang tertera disana.
Belum kadaluarsa
Rosie menggerakan kepalanya untuk melihat ke sekitar, sepi. Entah melipir kemana teman-teman sekelasnya setelah praktek di laboratorium biologi itu. Rosie menggembungkan pipinya seraya menggerakan bahunya ke atas dan ke bawah beberapa kali, bosan sekali. Padahal sepertinya Lisa dan kawan-kawan berjalan di belakangnya tadi.
"Punya siapa sih ini? Tapi kok di laci gue?" Ucap Rosie bingung.
"Eh?" Rosie mengangkat kertas kecil yang ternyata ada di lacinya juga. Nampaknya terjatuh dari atas coklat.
Maaf
Rosie mendengus, sepertinya ia tahu kelakuan siapa ini. Siapa lagi kalau bukan Mark Tuan, sebenarnya apa mau laki-laki itu Rosie juga tak mengerti. Jika memang ia ingin meminta maaf, lantas kenapa tak ia jelaskan alasan kenapa menjadikan Rosie sebagai korban? Kenapa hanya kata 'maaf' yang diucapkan berulang-ulang daripada menjelaskan satu kali dengan panjang lebar? Kenapa? Ada apa sebenarnya dengan Mark?
Rosie mengetuk-ngetuk meja, kebiasaannya jika sedang bosan atau gugup seperti ini. Memandang lekat cokelat ditangan kanannya, hendak membuang tapi tak jadi. Mubazir katanya. Lebih baik masuk kedalam mulut ketimbang masuk ke kotak sampah, benar begitu? Hhhh... Rosie tetaplah Rosie, makan adalah nomor satu dihidupnya.
"Hei bujank, kembalikan uang yang telah kau curi kepada pemiliknya!" Joy menodongkan pistol mainan ke arah si pria.
Jungkook memeluk tas berisi uang-yang sebenarnya berisi kertas dan sampah-lalu menodongkan pisau mainan. "Tidak Ani! Uang ini sudah menjadi milikku, kau tak akan bisa merebutnya!"
"Rhoma! Sudah cukup ulah yang kau perbuat selama ini! Aku sebagai ibumu tak menyukai hal itu, nak!" Ucap Rosie yang berdiri tak jauh dari Jungkook, memakai kebaya sebagai kostumnya.
Jungkook menatap Rosie dengan wajah yang sudah ingin menangis. "Sumbi, sungguh aku juga tak ingin melakukannya! Tapi ini semua tuntutan untuk bertahan hidup !"
"CUT!"
"Eh bangsul, sejak kapan Sumbi jadi ibunya Roma?!" Jinyoung berdiri dengan brutal sampai kursi yang ia duduki tadi jatuh. Menunjuk ketiga orang dihadapannya menggunakan teks naskah yang sudah digulung.
"Ya kenapa sih kak, kan biar uwu gitu gue nikah sama Ros."
"BUCEN ANJENG!" Celetuk Ong tak suka. Ya gimana ya, Rosie emang menarik sih.
Jungkook terkekeh sebelum menarik tangan Rosie untuk ia genggam, kemudian menghadap penuh ke Jinyoung. "Gimana kakak ipar, cocok kan?"
"Kalo diliat-liat, Rosie emang cocokkan sama Jungkook sih." Mark menatap tajam Jaebum didepannya. Mendribble bola dengan emosi sampai bunyi kedebug terdengar jelas.
Tau kan kalo lapangan basket SMA Bimasakti itu outdoor dan berhadapan sama lapangan yang suka dipake anak teater buat akting? Nah, kejadian dimana anak teater lagi akting sampe Jungkook yang nanya pendapat Jinyoung terlihat jelas dimata anak-anak basket.
"Cie cemburu cie, bego sih hahaha." Untung Mark sama Jaebum lagi misah sama anak-anak basket yang lain. Kalo gak, mungkin Mark bakal diledekin habis-habisan.
"Diem Lo." Mark melempar bolanya asal dan duduk di tribun, gabung sama Bobby, dkk.
"Aduh neng Roje kalo lagi pake kebaya nambah cantik, ya." Bobby menaruh kedua tangannya didagu, menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang tengah digandeng oleh Jungkook sambil tertawa.
"Cocok lah jadi calon istri gue dimasa depan," celetuk Jackson.
"Ewh, halu Lo!"
"Lah, Lo juga halu ya!"
"Lo tuh-"
"Eh Mark! Mau kemana?" Teriakan Jaebum sontak menghentikan pertengkaran unfaedah Bobby-Jackson.
Mark berjalan kearah kumpulan anak teater dan melepas tangan Jungkook yang masih menggenggam manis tangan Rosie. Semuanya melongo, terkejut dengan tindakan yang dilakukan Mark didepan mereka semua. Sepertinya akan ada perkelahian sebentar lagi, terlihat dari Jungkook yang mengepal kedua tangannya sampai urat-uratnya terlihat.
"Ikut gue," perintah Mark mutlak. Sedikit menarik Rosie ke dekatnya.
Tapi Jinyoung langsung mendekat dan menarik Rosie ke belakangnya. Wajahnya sudah merah, tak rela jika melihat Mark mendekati adiknya lagi. Pria brengsek ini harusnya menjauh setelah perbuatan yang ia perbuat.
"Jauhin. adek. gue!" Kata Jinyoung penuh penekanan, bahkan semua yang mendengar sampai terkejut.
Hening.
Mark mendekat ke Jinyoung, "pliese, biarin gue jelasin semuanya ke Rosie."
Ini dia, hal yang paling diinginkan Rosie selama ini. Penjelasan dari Mark. Ia ingin mendengarkan semuanya walau menyakitkan, yang penting ia lega. Lega untuk memilih mundur, diam ditempat, atau kembali berjalan.
Rosie menarik ujung baju Jinyoung, Jinyoung menoleh dan Rosie langsung berbisik bahwa ia ingin bicara dengan Mark.
Berdua
Ya Allah, naon sih:")
Btw makasih, Votenya yang kemarin tembus sampe 70.Rosémunk.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANJEN ✅
Fanfiction[Complete] Klasik, Rosie suka Mark tapi Mark nya dingin kayak kulkas berjalan. "Hai, sayang!" "Berisik!" Written on Bahasa Indonesia