"APA-APAAN ITU?!"
"Apa kakek akan baik-baik saja?" Tanya Asthena pucat.
"Kakek akan baik-baik saja. Itu rumah tetangga kita, jangan khawatir." Kata Kyle mencoba untuk menenangkan Asthena yang sedang dilanda oleh kekhawatiran.
"Sudahlah, kakek akan baik-baik saja. Sekarang, mari kita lanjutkan perjalanan ini." Kata Eric sambil mengelus pelan kepala Asthena.
Asthena hanya mengangguk. Mereka berempat kembali meneruskan misi perjalanan yang diberi oleh kakek. Setelah berjalan cukup jauh, mereka akhirnya sampai di perbatasan negara Sttovill yang merupakan sebuah hutan.
"Seperti yang pernah kulihat di peta dunia, kita sudah sampai di perbatasan Sttovill. Ini adalah hutan Traven." Kata Evan menjelaskan secara singkat.
"Katamu ini hutan, lalu kenapa hanya ada satu pohon disini? Ini sangat aneh." Tanya Eric penuh pertanyaan.
"Tak ada yang tahu itu. Tapi, tetaplah waspada. Kakek berkata bahwa para prajurit sangat berbahaya." Kyle memperingati ketiga adiknya itu sekali lagi.
Sementara Eric, Evan, dan Kyle terus menerus berbincang-bincang mengenai hutan aneh itu, Asthena melihat seorang pria paruh baya yang tergeletak di tanah tak jauh darinya. Melihat pria itu, Asthena menarik-narik lengan baju Eric.
"Eric, ikutlah denganku. Aku melihat seseorang disana. Kita harus kesana!"
Mengikuti arahan Asthena, ketiga kakaknya itu menghampiri pria paruh baya yang dilihat oleh Asthena. Evan maju dan segera mengecek kondisi pria itu.
"Menurutku, dia sepertinya terkena ilusi." Tutur Evan setelah mengecek bola mata pria itu.
"Kita harus menolongnya! Tapi, bagaimana caranya?" Tanya Asthena.
Tepat setelah Asthena bertanya-tanya, kakek tua yang mengaku dirinya sebagai crystashield muncul dihadapan Asthena. Baru Asthena sadari, ternyata crystashield hanya bisa dilihat oleh dirinya sendiri setelah memperhatikan ketiga kakaknya yang tidak bergeming.
"Hai lagi, gadis cantik. Kudengar tadi kau ingin menyelamatkam orang ini, bukan? Aku akan membantumu."
"Bagaimana caranya?"
"Masuklah kedalam mimpi pria ini dengan menyentuh dahinya. Kau tidak perlu takut. Aku akan tetap membimbingmu selama di dalam mimpinya."
Asthena tanpa ragu mendekati pria itu dan menyentuh dahinya.
"Asthena, apa yang kau lakukan? Dia adalah prajurit. Jangan mendekat!" Kata Eric.
"Tak apa-apa, aku hanya ingin melihatnya lebih dekat."
Apakah perkataan kakek tua itu bisa dipercaya? Kata Asthena dalam hati.
Tiba-tiba Asthena merasa seakan-akan terhisap ke dalam kepala prajurit itu. Padahal yang sebenarnya terjadi, ia hanya pingsan disamping prajurit itu. Tak lama kemudian, Asthena merasa terbangun di sebuah tempat yang gelap.
Dimana ini? Sepertinya kakek tua itu benar, aku masuk ke mimpi pria itu.
Entah mengapa, tempat ini sangat familiar bagi Asthena.
Tunggu, bukankah ini rumah kakek?
Tiba-tiba sesosok mahluk buruk rupa berlari mendekatinya.
"Monster?! Jangan berani kau mendekati rumah kakekku ini!" Teriak Asthena pada monster buruk rupa.
Asthena berlari mendekati monster itu. Terjadilah aksi berlari satusama lain. Monster dan Asthena saling berhadapan dengan jarak yang tidak berjauhan. Menanamkan tekad yamg kuat, Asthena menendang monster itu dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Six Crystal (Tahap Revisi)
Fantasy"Asthena, aku tahu aku seharusnya tak memiliki perasaan ini kepadamu-tapi perasaan ini tak bisa hilang walaupun kucoba untuk membuangnya jauh-jauh." Eric menggenggam lengan Asthena yang hendak meninggalkan Eric. "Maaf." Asthena melepaskan cengkraman...