18. Ketidakjelasan

25 6 1
                                    

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!

Teriakan Hippo menyadarkan semuanya, logam yang tadinya digenggam oleh keempatnya lenyap. Semuanya dikejutkan oleh sosok naga berzirah yang muncul secara tiba-tiba di hadapan mereka.

"Hippo, kau berevolusi?!" Teriak Astena histeris.

"Jadi logam yang tadi kita pegang adalah logam evolusi naga? Tak kusangka ada logam seperti itu." Ucap Eric.

"Pantas saja aku merasa familiar dengan logam itu. Menurut yang telah kubaca, naga yang menggunakan satu logam seperti itu akan memiliki kekuatan yang kuat, apalagi kau menggunakan empat logam sekaligus. Entah bagaimana besarnya kekuatanmu." Tutur Evan sang ensiklopedia berjalan mereka.

"Jadi Hippo sangat kuat??" Tanya Hippo dengan wajah polosnya yang tak sesuai dengan kekekaran tubuhnya sekarang.

"Tetapi tentunya Jape lebih kuat!" Ucap Evan bercanda.

"Wah, Hippo kau sudah besar, nak. Walaupun aku tahu Jape lebih kuat, namun kau masih tetap di hatiku kok." Tutur Eric meletakkan tangannya di dada.

"Karena Hippo sudah berevolusi, Hippo sudah bisa ikut berperang, dong. Tidak perlu takut lagi." Ucap Kyle.

Hippo terus terkekeh. Ia kemudian melihat Jape, kemudian membandingkan postur tubuh mereka berdua.

"Jape, zirah Hippo lebih keren dan kuat." Ucap Hippo yang sengaja mengganggu Jape yang kemudian tidak ditanggapi serius olehnya.

"Asthena kemana kita akan pergi? Apa kau sudah tau?" Tanya Eric.

"Belum, Shield bilang sebaiknya kita beristirahat saja sampai angin membawa kita pergi. Aku juga tidak tau apa maksudnya." Ucap Asthena.

"Jadi kita istirahat dulu?" Tanya Evan memastikan.

"Menurutku sih begitu." Jawab Asthena.

Akhirnya mereka memutuskan untuk istirahat sejenak sambil mencari makanan untuk dibawa sebagai persiapan di perjalanan selanjutnya.

Saat malam tiba, mereka memutuskan untuk beristirahat di tengah hutan perbatasan Wartland. Suasananya sangat menenangkan. Kyle, Evan, Hippo, dan Jape mendirikan tenda, meninggalkan kedua adik kakak lainnya menikmati api unggun selayaknya sepasang kekasih.

"Eric? Aku masih sangat khawatir pada kakek tentang peristiwa ledakan itu." Ucap Asthena dengan nada pelan sembari bersandar di bahu Eric.

"Kakek adalah pria yang tangguh, dia akan baik-baik saja, Asthena."

Kau benar.
"Tapi, apakah kakek pernah sekalipun cerita bagaimana kita bisa tinggal bersama padahal kita tidak ada hubungan darah?"Tutur Asthena

"Entahlah, aku kurang tahu. Coba tanyakan pada kak Kyle mengingat dia yang tertua."

Kedua adik kakak itu terus bertanya-tanya dalam benaknya. Kemanakah orang tua mereka semua sebenarnya? Mengapa tak ada memori tentang mereka yang tersimpan dalam pikiran mereka? Entahlah, tak ada yang tahu jawabannya.

Percakapan mengenai asal usul mereka terus berlanjut sampai malam semakin menggelap, bintang sudah tak terlihat lagi, bulan pun hilang ditutup awan. Tak sadar Asthena tertidur di bahu Eric. Dengan segera, Eric pun memindahkan Asthena ke dalam tenda.

"Selamat malam, Asthena." Bisik Eric.

Setelah membawa asthena untuk tidur, Eric kemudian kembali ke tendanya bersama Kyle, Evan dan Jape.

"Kukira kau sudah tidur, Van." Ucap Eric saat melihat Evan duduk di depan tendanya.

"Iya, aku belum mengantuk sama sekali." Kata Evan yang ternyata sedang mengelap panah pemberian putri Salsa.

"Sepertinya ada yang jatuh cinta, nih." Ucap Eric menggoda Evan.

"Huussst, jangan ribut. Bisa-bisa Kyle dan Jape terbangun." Kata Evan yang langsing menutup mulut Eric.

"Iya deh, aku tidak akan ribut lagi. Aku sudah mau tidur. Selamat malam, Van. Jangan lupa gosok terus panahnya sampe mengkilat ya, Van." Ucap Eric yang terus meledek Evan.

Tanpa disadari oleh siapa pun, Evan menghabiskan malam itu dengan senyam-senyum sendiri sambil mengelap panah pemberian putri cantik itu.

~~~~~~~~~~

Pagi hari,

"Asthena, bangun! Kita sarapan." Teriak Evan dari luar tenda Asthena.

"Hoaahmmm, iyaaaa..." Jawab Asthena sambil mengumpulkan kesadarannya.

"Ayo makan, Asthena. Kita perlu mengumpulkan banyak tenaga." Ucap Evan menarik paksa Asthena keluar dari tenda.

Setelah Asthena berhasil diseret keluar oleh Evan, mereka semua pun menyantap buah-buahan hasil petikan mereka kemarin sore.

"Ngomong-ngomong, apa kau sudah paham maksud Shield, Asthena?" Tanya Eric di sela-sela sarapan mereka.

"Aku belum tahu apa maksud Shield. Setelah memberitahuku, dia pergi begitu saja. Katanya ada urusan penting." Jelas Asthena.

"Hussst, kalau makan jangan bicara." Ucap Kyle memperingatkan.

"Kak kyle juga bicara tuh." Canda Asthena.

"Kau sudah pintar ya, Asthena." Kyle menjewer telinga Asthena.

"Ehh iya, kak. Ampun.... ampun....." Teriak Asthena karena kesakitan.

Mereka akhirnya menyantap makanan sambil berbincang dan bercanda. Tiba-tiba, di tengah perbincangan seru mereka, Evan si otak jenius mencetuskan sebuah ide.

"Hei, bagaimana jika kita berlomba mengumpulkan bekal untuk persediaan selagi menunggu Shield?" Tawar Evan yang sedari tadi melirik pohon-pohon yang sedang berbuah.

"Ohh itu ide yang bagus, bagaimana kalau yang mendapat paling sedikit mendapat makanan akan mendapat hukuman?" Tutur Eric menambah keseruan.

"Seru juga!" Ucap Kyle.

"Hippo juga mau ikut!"

"Jape juga mau!"

"Baiklah, kita mulai ya.... 1... 2... 3...!!!" Teriak Eric bersemangat.

Semuanya langsung berlari dan mengumpulkan buah-buahan sebanyak mungkin yang mereka bisa pegang. Semua pohon dan semak-semak yang berbuah dibabat habis oleh mereka. Tak disangka, saat asik mengumpulkan buah-buahan, tiba-tiba terdengar suara gadis berteriak.

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!




KIRA-KIRA ADA APA YA?? SIMPAN PERTANYAAN ITU KALIAN DAN SILAHKAN TUNGGU PART BERIKUTNYA...





Jangan lupa vote, comment, and share untuk selalu mendukung kami berkarya, see you in the next part, you guys!

- Luv Author Klean












The Six Crystal (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang