PLAAAAAAAKKK!!!!
Suara tamparan terdengar mendarat di pipi Kyle. Tamparan itu benar-benar menghantam keras pipi Kyle.
"Hey, ada apa ini? Kami hanya ingin meminjamnya untuk menyelamatkan saudari kami!" Tutur Eric yang ternyata tidak ditanggapi oleh Raja Mareocens dan Kyle
"Ambilkan aku botol alkohol itu!" Perintah sang raja kepada Kyle sambil berjalan tergopoh-gopoh kembali ke kursi tahtanya.
Kyle yang mendapat cap merah di pipinya tidak banyak tanya dan langsung mengambil botol itu lalu menyerahkannya kepada sang raja.
PLAAKK!!
Lagi-lagi sebuah tamparan mendarat di wajah Kyle.
"Hei, apa yang kau lakukan?! Kyle kenapa kau diam saja?" Tanya Eric emosi terhadap perilaku keduanya. Namun keduanya tak juga merespon perkataan Eric.
"Pegang botol ini dengan kuat." Perintah raja Mareocens terhadap Kyle.
Anehnya, Kyle menuruti semua perintah sang raja tanpa menghiraukan tamparan yang tampak jelas diwajahnya. Namun lagi-lagi tanpa alasan yang jelas, Kyle mendapat tamparan. Hal itu benar-benar membuat Eric geram dan ingin memukul wajah sang raja. Sesaat sebelum pukulan Eric mengenai sang raja, tangannya ditahan oleh Kyle. Secara aneh juga, sang raja tak berkutik apa-apa walaupun melihat Eric yang hendak meninjunya.
"Ada apa sih Kyle?! Kau membiarkan dia menamparmu begitu saja?" Tanya Eric yang untuk kesekian kalinya diabaikan.
Setelah 3 tamparan itu, sang raja mengeluarkan kalungnya. Tangannya yang bergetar-getar mencelupkan kalung itu ke dalam sebuah botol alkohol. Botol itu bersinar terang.
"Berikan air ini kepada saudarimu segera, ia pasti akan sangat membutuhkannya." Ujar sang raja pada Kyle.
"Terima kasih atas kebaikanmu." Ujar Kyle lalu menarik Eric beserta Hippo meninggalkan istana itu sesegera mungkin.
~~~~~~~~~~
Di perjalanan, Eric meminta maaf pada Kyle karena hampir bertindak kasar pada raja Mareocens. Eric berkata bahwa karena perlakuannya itu, bisa saja akhirnya mereka pulang dengan tangan kosong.
Kyle tersenyum dan kemudian menceritakan bahwa tindak kesabarannya tadi adalah sebuah tantangan demi mengambil hati sang raja. Ia tak boleh melawan dan harus menuruti perintah sang raja.
"Jika tidak memiliki hati yang sabar dan bersih, bagaimana sang raja akan mempercayakan crystalnya?" Kata Kyle.
"Darimana kau tahu?"
"Aku mendengarnya dari seorang warga saat bertanya identitas raja tadi."
"Kalau begitu kenapa bukan aku saja, ya?" Ucap Eric yang ingin jadi pahlawan kesiangan Astena.
Perjalanan mereka berlanjut dengan penuh canda tawa. Setidaknya hingga mereka kembali sadar bahwa ramuan air crystal itu harus dibawa secepatnya kepada Asthena. Pada detik itu pula, mereka segera berlari ke gua tempat Asthena, Evan, dan Jape berada.
Saat mereka sampai, Eric dan Kyle melihat wajah Evan yang pucat akibat kepanikan. Mata Eric kemudian berpindah pada kaki Asthena yang mulai menghitam. Racunnya telah menjalar.
"Evan, minumkan ramuan ini pada Asthena!" Perintah Kyle cepat.
Tanpa berpikir panjang, Evan mengambil botol itu dan meminumkannya pada Asthena. Sampai pada tetesan ramuan terakhir, keadaan Asthena tak kunjung membaik. Eric merasa frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya dengan rasa stress.
"Eric, tenanglah. Mungkin saja ramuannya butuh waktu untuk menetralisir racun di dalam tubuh Asthena." Ucap Kyle dengan berpikir logis.
"Mari kita tunggu sebentar. Bagaimana?" Lanjutnya yang dibalas anggukan lemah oleh Eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Six Crystal (Tahap Revisi)
Fantasy"Asthena, aku tahu aku seharusnya tak memiliki perasaan ini kepadamu-tapi perasaan ini tak bisa hilang walaupun kucoba untuk membuangnya jauh-jauh." Eric menggenggam lengan Asthena yang hendak meninggalkan Eric. "Maaf." Asthena melepaskan cengkraman...