Derap langkah kaki puluhan ribu kuda menggema. Jeritan dan erangan manusia menyertai menjadi alunan irama. Ratusan ribu prajurit berdatangan dari segala arah, membawa empat bendera berbeda sebagai identitas asal mereka. Keserakahan dan kehausan akan kemenangan membutakan setiap pemimpin negara.
Pedang-pedang saling menuhuskan satu sama lain, menebas dan menembus dada lawan. Kilatan sihir terpancar di segala penjuru-ikut menghias kengerian di medan perang.
Darah mengucur membanjiri permukaan tanah. Dalam sekejap menjadi laut merah.
Orang-orang mengenal peristiwa ini sebagai "Bloody Four".
Sejarah menyebutkan perang itu adalah perang terbesar di sepanjang sejarah dunia. Dimana empat negara besar ikut serta meramaikan medan. Ratusan ribu prajurit tangguh gugur saat itu.
Perang itu juga merupakan satu-satunya perang yang mempertemukan negara sihir dan non-sihir. Tak pandang bulu, keempat pemimpin negara membabi buta saling menghadang.
Hingga di tengah sengitnya perang, sebuah cahaya yang amat sangat terang terpancar dari celah awan. Membutakan semua mata sekilas. Beberapa detik kemudian, tak ada satu pun kepala yang menyangka akan melihat fenomena seperti itu. Sebuah meteor besar melaju kencang menuju mereka.
Semua mahluk bernyawa seketika berlari asal saling menabrak berusaha menyelamatkan diri sendiri. Keegoisan manusia benar-benar diuji saat itu dan ternyata sangat besar adanya.
Sayang sekali, kuasa alam adalah hal yang mustahil dihindari. Hanya dalam sepersekian detik, benda langit raksasa itu telah menembus lapisan atmosfer terakhir dengan berapi-api-menghantam semua dihadapannya.
BUUUUUMMMMMM!!!
Asap tebal dan debu bercampur aduk menghalangi pandangan. Awan semakin menghitam-menambah suram suasana saat itu. Seluruh medan perang terbakar oleh api merah membara.
Terdengar teriakan maut melolong nyaring. Tiap nyawa yang berhasil menyintas dari bebatuan meteor berusaha mengais tanah, merangkak lemas menyelamatkan diri. Namun apa daya, hawa panas begitu menghanguskan sekujur tubuh.
Sejarah menyebutkan,
Semua mahluk bernyawa tewas di tempat saat itu juga.- - - - - - - - - -
5 hari telah berlalu setelah peristiwa berdarah itu. Api yang menjalar selama 4 hari penuh telah padam perlahan. Burung bangkai kini bertengger di atas sisa-sisa manusia yang tak habis terbakar. Sesekali mematuk tengkorak dan seisinya.
Dari kejauhan terlihat seekor anjing liar berlari kecil membawa kerangka tangan dengan riang dirahangnya yang penuh liur.
"Aku kenal dengan dia," tutur seorang pria yang terbalut kain serba hitam dengan penutup mulut seperti paruh gagak setelah mengecek sebuah mayat yang sebagian tubuhnya hancur tertimpa bebatuan-sementara setengah tubuhnya lagi penuh dengan luka-luka bakar.
"Bukannya dia Marck? Kasihan sekali anaknya."
"Oii, Lee! Lihatlah yang barusan kami temukan." Pria lain dengan pakaian yang sama berteriak mencoba memanggil temannya.
"Astaga Marck! Semoga Marck tenang disana." Pria itu mengelus menutup mata jasad Marck dan mengangkat lalu masukkannya ke dalam kantung mayat.
Dengan segera, belasan ribu pasukan evakuasi lainnya dengan kostum serupa menyerbu dan membersihkan medan perang. Sungguh, penampakan itu menambah kengerian tempat kejadian. Penduduk sekitar menyebut mereka dengan julukan "manusia gagak".
Diturunkannya tim evakuasi bertujuan menangani para korban akibat bencana yang terjadi. Namun selang beberapa lama di tengah jalannya evakuasi, tidak diduga terpancar keluar cahaya dari retakan-retakan bongkahan meteor-disusul suara gemuruh. Tak tunggu waktu lama, teriakan nyaring dari ketua tim terdengar sebagai isyarat agar seluruh tim evakuasi menjauh dari bongkahan meteor itu.
Namun sekali lagi, takdir alam mustahil dihindari. Semua manusia yang berjarak kurang 30 meter dari meteor harus merasakan panasnya hawa yang menyeruak menyisir tiap jengkal kulit mereka.
Dari kejauhan terlihat bayangan gelap pekat keluar dari bongkahan meteor di tengah-tengah cahaya yang membutakan mata-bersamaan dengan suara geraman yang begitu menusuk hingga mampu merobek gendang telinga tiap nyawa yang mendengarnya. Enam pancaran cahaya sangat terang terlempar jauh dan menyebar ke sembarang arah.
"Apakah dewa marah kepada kita semua!?" teriak salah seorang ditengah-tengah erangannya.
"Aku tak tahu harus berbuat apa jika dewa benar benar marah pada kita semua." Tersembunyi wajah yang begitu pucat pasi dibalik topeng menyeramkan itu. Suaranya yang lantang namun seolah tertahan di tenggorokan.
Langit menggelap. Awan hitam berbaris rapi seperti tentara yang bersiap melepaskan senapan petirnya. Dalam satu kedipan mata, turun hujan deras yang segera mengguyur bersih bau amis dan anyer yang menutupi medan perang sejak 5 hari lalu.
- - - - - - - - - -
Peristiwa itu selalu dikenang oleh penduduk sekitar dan diceritakan turun temurun.
Peristiwa mengerikan itu membawa kerugian nyawa dan material bagi keempat negara yang terlibat. Mereka harus mengalami kelaparan yang berkepanjangan.
Terkadang anak cucu kami masih sering bertanya bagaimana nasib sebagian tim evakuasi. Juga sesekali bertanya apa yang terjadi dengan keluarga Marck. Bahkan tak bisa dipungkiri apabila ada seorang anak yang menanyakan kepada ayah atau ibunya tentang sosok hitam yang sempat muncul di tengah cahaya.
Sayangnya, tak ada seorang pun yang mampu menjawab pertanyaan itu. Waktu demi waktu berjalan, tak ada lagi yang percaya hal itu pernah terjadi. Walau begitu, beberapa masih menceritakannya sebagai dongeng pengantar tidur.
Prolognya sampai disini saja ya, teman-teman. Aku harap kalian suka dengan cerita ini. Jangan lupa vote dan berikan tanggapan kalian mengenai cerita kami di kolom komentar!
See u soon :)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Six Crystal (Tahap Revisi)
Fantastik"Asthena, aku tahu aku seharusnya tak memiliki perasaan ini kepadamu-tapi perasaan ini tak bisa hilang walaupun kucoba untuk membuangnya jauh-jauh." Eric menggenggam lengan Asthena yang hendak meninggalkan Eric. "Maaf." Asthena melepaskan cengkraman...