AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!
Seketika itu, semua mata langsung tertuju pada sumber suara.
"Kak, sepertinya ada yang butuh bantuan! Ayo cepat kesana!!" Ucap Asthena.
Semuanya kemudian berlari ke arah sumber suara. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat seorang gadis dipaksa ikut dengan seorang pria yang berjubah hitam.
"Hey, lepaskan dia!" Teriak Kyle.
"Apa hakmu mengaturku?" Ucap pria tersebut, gadis itu kemudian didorong hingga terjatuh.
"Kau tidak apa-apa?" Spontan Asthena berlari dan membantunya berdiri.
"Ya, aku tidak apa-apa, terima kasih. Untung kalian ada disini." Tutur gadis itu tersenyum.
Mereka kemudian kembali dikejutkan oleh pria itu yang tiba-tiba melompat ke arah Kyle yang relfeks menghindar.
"Wahh, pelanggaran nih." Ucap Kyle menyeringai.
Eric lalu ikut masuk ke dalam pertikaian, namun dikejutkan oleh tangan Kyle yang langsung mendorong Eric menjauh.
"Biarkan aku saja yang bertarung dengannya. Tak adil jika kita dua lawan satu." Ucap Kyle.
Mulut Kyle komat kamit, berusaha merapalkan mantra. Api berbentuk lingkaran lalu keluar dari tanah melingkari keduanya.
Pertarungan itu pun akhirnya resmi dimulai.Lingkaran api yang muncul dari amarah Kyle seakan membuat atmosfer pertarungan semakin panas.
Sling sling sling
Goresan kedua pedang serasa mencekit di telinga mereka. Evan berusaha ikut campur dalam pertempuran, namun api Kyle menghalangi Evan untuk bertindak lebih jauh.
Kyle tampak semakin gagah dengan keringat yang bercucuran diwajahnya. Ketampanannya itu tertambah saat kearoganannya dalam menggunakan senjatanya itu sehingga suasana terasa semakin dan semakin menegang.
Tapi entah mengapa, Kyle merasa ada yang berbeda dengan pertempurannya ini. Awan semakin menggelap, membuat lawannya semakin kuat untuk melukai Kyle, namun tentunya Kyle tidak akan kalah semudah itu.
Semua orang merasa ada yang berbeda dengan Kyle. Tak biasanya ia begitu diam dan serius menanggapi suatu hal.
Setelah berlangsung cukup lama, akhirnya pertempuran sengit itu berakhir dimenangkan oleh Kyle walaupun sosok misterius itu berhasil kabur dalam kegelapan yang membuat semunya terkejut karena lenyap secara tiba-tiba.
Walau seperti itu, semuanya merasa lega karena pertempuran itu akhirnya berakhir tanpa meninggalkan luka sedikit pun pada Kyle.
"Kak Kyle, kau tidak apa apa?" Sontak Asthena berlari menghampiri Kyle yang terkapar akibat kelelahan.
"Iya, Asthena. Aku tidak apa-apa." Jawab Kyle dengan nafas yang tidak beraturan.
"Van, siapa dia sebenarnya? Apa kau tahu?" Tanya Eric kepada Evan sambil mengelap keringat didahinya.
"Entahlah, namun jika dilihat dari ciri-cirinya, dia adalah seorang prajurit dari Tenèbris."
"Tenèbris? Dimana itu? Kenapa aku tak pernah mendengarnya, kak Evan?" Tanya Asthena heran.
"Desa ini tak banyak orang yang mengetahuinya. Jejak tentangnya pun hanya dimuat di dalam buku-buku kuno, namun yang kutahu, desa ini adalah daerah yang dihuni oleh orang-orang berkekuatan gelap. Sangat berbahaya." Jelas Evan.
"Jadi menurutmu, apa sebenarnya apa tujuannya kemari?" Tanya Eric.
"Aku juga kurang tau, Ric." Jawab Evan.
"Terimakasih banyak atas bantuan kalian." Ucap gadis tadi tiba-tiba.
"I- iya, ---- "
"Tidak perlu berterimakasih, sudah sepantasnya kami membela yang benar dan membantu orang-orang." Ucap Eric yang memotong pembicaraan Kyle.
"Maaf, tapi bisakah kau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tadi?" Tanya evan yang sedari tadi menyimpan pertanyaan itu diotaknya.
"Pasti kalian kelelahan, kan? Ayo ikut aku." Ucap gadis itu mengalihkan topik seakan untuk menghindari pertanyaan Evan.
Mau tidak mau, akhirnya mereka semua mengikuti gadis tersebut. Mereka lalu dibawa ke sebuah rumah kecil yang tak jauh dari tempat tadi. Gadis itu kemudian memberikan beberapa kue kering yang baru saja ia keluarkan dari ovennya.
"Ambillah sebagai makanan ringan kalian. Maaf jika agak sedikit gosong, kuenya terlalu lama di dalam oven karena kejadian tadi." Ucap gadis itu dengan senyum yang merekah.
"Terimakasih ya atas hadiahnya. Kalau begitu, kami harus pergi." Ucap Asthena lalu menarik Kyle agar segera pergi.
"Baiklah, kami harus pergi." Ujar Kyle sembari sedikit membungkuk berterima kasih.
Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Seperti biasa, setiap langkah mereka ditemani oleh canda dan tawa.
"Kak Kyle, apa kau tahu? Tadi saat kau bertempur, kau benar-benar terlihat tampan dan keren." Ujar Asthena dengan mata yang berbinar-binar, membuat Kyle tersipu malu.
Tanpa Asthena sadari, sepasang mata menatapnya dengan lekat. Ucapan Asthena membuatnya terbakar api cemburu.
"Ada apa, Ric? Kau cemburu karena Asthena bicara seperti itu pada Kyle?" Ejek Evan sebagai satu-satunya orang yang menyadari tatapan itu.
"Tidak." Jawab Eric jutek yang membuat Evan semakin mengejek Eric.
Perjalanan itu dipenuhi oleh suasana canda, tawa dan bahagia. Setidaknya sampai mereka berjalan menyusuri sungai yang alirannya sangat deras.
Awalnya semuanya baik-baik saja, hingga tiba-tiba cuaca tak bersahabat. Awan mendung lalu disertai angin kencang yang kemudian diikuti oleh hujan lebat membuat jalanan semakin licin.
Secara tak sengaja, Asthena menginjak batu berlumut yang membuatnya terhempas jatuh kedalam sungai. Suasana gembira itu pun berakhir sampai disini. Melihat hal itu, Eric langsung melompat masuk kedalam sungai untuk membantu Asthena tetap berada di permukaan air, mengingat Asthena yang tak bisa berenang.
Sayangnya, kemampuan berenang sehebat apapun tidak akan menang melawan volume air sungai yang terus menderas. Mereka berdua pun terjebak di sungai itu.
''~~~~~~~~~''
Kami kira cukup sekian part kali ini, mohon maaf jika terlalu singkat, namun semoga kalian suka yah gaes. Jangan lupa vote, share, dan comment untuk membantu kami terus maju. SEKIANN~
- LUV AUTHOR TERCINTA
KAMU SEDANG MEMBACA
The Six Crystal (Tahap Revisi)
Fantasy"Asthena, aku tahu aku seharusnya tak memiliki perasaan ini kepadamu-tapi perasaan ini tak bisa hilang walaupun kucoba untuk membuangnya jauh-jauh." Eric menggenggam lengan Asthena yang hendak meninggalkan Eric. "Maaf." Asthena melepaskan cengkraman...