Sayangnya, kemampuan berenang sehebat apapun tidak akan menang melawan volume air sungai yang terus menderas. Mereka berdua pun terjebak di sungai itu.
--------
Eric terus berusaha untuk membantu Asthena tetap berada dipermukaan air. Semuanya menjadi semakin panik karena Hippo yang ikut menceburkan dirinya ke dalam sungai setelah melihat raut wajah Eric yang mulai terlihat kelelahan akhinrnya. Untungnya, sebelum masuk ke dalam sungai, Hippo sudah mempertimbangkan bahwa dirinya adalah naga yang berelemen air.
Namun ternyata keputusan Hippo itu sama sekali tidak membantu. Asthena dan Eric masih saja tidak bisa menepi akibat hujan yang juga semakin deras hingga pada di titik badai. Keduanya yang terus terseret arus membuat Asthena tidak sengaja tertabrak pada sebuah batu besar yang berada di tengah-tengah sungai.
Dirinya meringis kesakitan akibat tempurung lututnya yang menghantam keras batu tersebut. Asthena hanya bisa membiarkan dirinya terseret arus karena tak bisa melakukan apa-apa lagi. Berbeda dengan Eric yang menguras tenaganya dengan berenang secara paksa ke tepian.
Eric, Asthena, dan Hippo lebih terkejut lagi saat melihat air terjun yang berada tak jauh lagi dari mereka. Kecepatan arus yang sangat tinggi membuat ketiganya jatuh di air terjun.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!"
BYUURR!!!
Beberapa saat setelah terjatuh, Eric dan Hippo berhasil menarik Asthena keluar dari air. Lututnya semakin membiru. Tak lama kemudian, Evan, Kyle, dan Jape pun tiba di hadapan mereka dengan terengah-engah.
"Asthena, apa kau tidak apa-apa?" Tanya Evan dan Kyle langsung setelah melihat kaki Asthena yang memar.
"Aku tidak apa-apa kak, tenang saja." Jawab Asthena dengan memaksakan senyumnya.
"Eric, Hippo, kalian juga baik-baik saja, kan?" Tanya Evan lagi untuk memastikan keadaan mereka semua.
"Iya, kami baik-baik saja." Ucap Eric.
"Kalau begitu, mari kita istirahat saja dulu. Ini telah menjadi hari yang sangat melelahkan." Ucap Kyle sambil mengulurkan tangannya kepada Asthena.
Saat Asthena berusaha untuk berdiri, rasa sakit langsung menyerbu seluruh tubuhnya. Kakinya yang terbentur tadi benar-benar tak main-main dengannya. Asthena yang tak sanggup menahan rasa sakit itu akhirnya kembali terduduk lemah.
"Kenapa kau tak bilang jika kakimu sesakit itu?" Tanya Kyle yang dengan sigapnya menggendong Asthena di punggungnya.
Mereka pun memutuskan untuk segera mencari tempat istirahat untuk menghangatkan tubuh dan beristirahat sejenak.
-----------
Selang beberapa jam beristirahat, energi mereka akhirnya pulih dan siap melanjutkan perjalanan, terkecuali Asthena yang harus dipikul oleh Kyle. Perjalanan mereka berjalan lancar walaupun sesekali berhenti akibat Kyle yang lelah memikul beban Asthena.
Tetapi tiba-tiba, di tengah perjalanan mereka, Evan menyadari bahwa mereka secara tidak sengaja telah memasuki daerah Tenebris. Awalnya ia tidak yakin dengan pemikirannya, namun hal itu dibuktikan oleh pohon-pohon yang tumbuh di sekitar mereka.
Jenis pohon yang Evan lihat adalah jenis pohon yang hanya tumbuh di daerah Tenebris. Ia sangat yakin karena pernah melihatnya di suatu buku kuno mengenai Tenebris. Pohon itu berbatang dan berdaun hitam. Tak ada warna lain yang menghiasi pohon itu selain hitam.
"Kyle, sepertinya kita berada di kawasan Tenebris!" Ucap Evan memperingati Kyle yang berada di sampingnya.
"Maksudmu daerah kegelapan?" Tanya Eric yang juga mendengar perkataan Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Six Crystal (Tahap Revisi)
Fantasía"Asthena, aku tahu aku seharusnya tak memiliki perasaan ini kepadamu-tapi perasaan ini tak bisa hilang walaupun kucoba untuk membuangnya jauh-jauh." Eric menggenggam lengan Asthena yang hendak meninggalkan Eric. "Maaf." Asthena melepaskan cengkraman...