"Kurang ajar kau Eric!!!" Teriak Kyle yang langsung berlari ke arah Eric, ingin saja menghantam wajah arogannya itu."Hentikan, Kyle! Eric bisa saja melukai otot perutmu yang kotak-kotak itu. Apa lagi kau tak menggunakan pakaian." Ucap Evan yang masih masih saja menyempatkan dirinya bercanda.
"Ini bukan waktunya bercanda, Evan! Aku sangat kesal dengan wajahnya itu." Gertak Kyle .
"Hentikan, kak Kyle! Kau tak bisa menyakiti Eric! Kita adalah saudara, kau ingat?" Tutur Asthena.
"Tapi--"
"Sudahlah, Kyle. Roti kesayanganmu bisa terluka jika kau bertindak gegabah." Ujar Evan.
"Evan, kau benar-benar berhasil membuatku marah." Ucap Kyle tajam.
"Eric, kumohon hentikan perlakuanmu ini! Apa sebenarnya tujuanmu sampai bertindak sejauh ini? Kumohon hentikan, Eric!" Tutur Asthena memohon.
"Aku hanya menginginkan Gulungan Rahasia Desa Alaileen." Kata Eric dengan lantang.
"Gulungan rahasia?" Ucap Kyle.
"Baiklah jika itu maumu, tapi apakah kau akan melepaskan naga naga itu?" Tanya Zavier.
"Tentu saja aku akan melepaskannya. Untuk apa aku repot-repot menculik naga-naga tak berguna ini jika keinginanku sudah tercapai?" Ucap Eric tersenyum miring.
Mendengar perkataan itu, hati kecil Hippo serasa teriris. Ia benar-benar tak percaya orang yang selama ini ia percayai ternyata menggangapnya tak berguna. Sungguh pedih rasanya. Hippo lalu mencoba untuk mendekati Eric walau sedang dalam keadaan terikat. Namun secara kejamnya, Eric dengan enteng menendang tubuh Hippo hingga tersungkur ke tanah. Tawa pun meledak dari mulut Eric.
"Beraninya kau!!" Gertak Kyle yang kedua kalinya.
"Eric, sebenarnya apa yang mengganggu pikiranmu? Kau menyakiti Hippo!" Tanya Asthena.
"Tak usah mengulur waktu dengan penampilan sok mengasihankan seperti itu. Berikan saja aku gulungan itu!" Ujar Eric.
Dengan berat hati, Zavier kemudian bergegas mengambil gulungan rahasia itu walaupun dirinya tahu betul bahwa benda itu adalah barang peninggalan desa mereka, tapi tak ada cara lain untuk menolong para naga itu selain menuruti keinginan Eric.
Saat Zavier hendak memberikan gulungan itu pada Eric, tiba-tiba Asthena lanhsung menarik tangan Zavier yang membuat gulungan itu jatuh ketangannya, bukan tangan Eric.
"Hentikan! Sebenarnya apa yang terjadi padamu, hah?!?!" Bentak Asthena yang hilang kesabaran.
"Aku tak ada waktu berbicara denganmu." Tutur Eric memalingkan wajah.
"Sekarang, berikan gulungan itu segera." Lanjutnya.
"Beraninya kau." Kyle melompat ke arah Eric, mencoba memukul wajah yang membuatnya kesal sedari tadi itu.
Dengan serangan yang gegabah itu, Kyle hanya berhasil membuat dirinya malu dan terjatuh karena pukulannya yang tak sanggup mencapai wajah Eric.
Namun tak sampai disitu. Kyle yang terjatuh ternyata ikut menimpa Asthena yang berada tepat di bawah percobaan serangan tadi. Pemandangan yang tak pantas pun tercipta. Dimana sesosok gadis cantik tertimpa oleh sesosok pria yang bertelanjang dada.
"Hei! Apa ini? Kalian tidak boleh seperti itu!" Tutur Evan spontan.
Zavier hanya bisa melongo terpaku melihat kejadian itu.
"AAAAAAAAAAAA!!!!!" Teriak Asthena melengking akibat kaget.
Ia langsung spontan mendorong kasar tubuh Kyle.
"Maafkan aku, Asthena." Tutur Kyle saat mencoba bangkit dari posisi aneh tadi.
"Apakah kalian sudah selesai? Serahkan gulungan itu sekarang!" Gertak Eric lagi.
"Tunggu. Aku yakin baru saja mendengar suara hati yang pecah. Oh, apakah itu kau Er--" Ucap Evan yang tak sempat menyelesaikan pembicaraannya.
"Cukup!!!" Eric menyerang Evan sebelum Evan berhasil menyelesaikan kalimatnya itu.
Tak disangka akibat serangannya itu, Asthena melompat ke hadapan Evan dan berhasil melindunginya. Alhasil, serangan yang mengenai Evan itu mengenai Asthena.
"Asthena!!!" Teriak Kyle.
Sesaat setelah menyadari bahwa serangannya itu malah mengenai Asthena, mata Eric membulat. Terkejut dan membeku. Lalu, entah apa yang terjadi, Eric terjatuh dan badannya kaku seketika bagaikan mayat.
"Apa yang sebenarnya terjadi ini?" Tanya Raja Alaileen yang baru tiba di tempat kejadian perkara ini.
"Yang Mulia. Menurut pengamatanku, Eric terkena jurus terlarang milik desa Sogo." Jelas Evan yang ternyata sudah mengetahui semua ini dari awal, namun tak ada kesempatan baginya untuk menjelaskan sejak tadi.
"Desa sogo?" Tanya Zavier yang rasanya baru pertama kali mendengar nama desa seperti ini.
"Salah satu desa kecil yang berbatasan langsung dengan desa Tenebris, namun walau begitu desa ini sepertinya tak ada hubungannya dengan serangan Tenebris." Jelas Evan selayaknya profesor muda.
"Pelakunya?" Tanya Kyle.
"Sepertinya dalang dibalik semua ini adalah si Eric yang berada di kamar Eric tadi." Tukas Evan.
"Kenapa kau tak memberi tahu kami jika kau mengatahuinya sejak awal?" Tanya Zavier.
"Aku tak bisa menuduh sembarangan tanpa bukti yang kuat. Lagipula, si Eric tadi berlagak layaknya Eric asli. Jadi aku tidak begitu memperhatikannya." Ucap Evan.
"Bagaimana aku bisa memercayaimu? Apakah kau memiliki bukti agar aku bisa yakin?" Tanya Yang Mulia Raja Alaileen yang diikuti oleh anggukan kepala Evan.
"Yang mulia bisa lihat sebuah lambang di leher Eric. Lambang itu adalah almbang desa Sogo." Tutur Evan sambil menurunkan kerah baju Eric agar lambangnya terlihat jelas.
"Pantas saja style pakaian Eric berubah tadi. Ternyata ia sengaja menutupi lambang itu." Ucap Kyle.
"Sepertinya begitu." Ucap Evan.
-----------------------
Kelimanya sudah berada di kamar Eric sekarang. Para naga-naga tadi pun sudah dilepaskan dari jeratan tali yang mengikat mereka. Hippo dan Jape turut serta berada di ruangan itu. Mereka semua mengelilingi Eric yang masih belum siuman.
Tak lama kemudian, lambang hitam di leher Eric mulai memudar dan akhirnya menghilang. Saat itu pula, Eric akhirnya membuka mata dan sadar.
"Akhhh! Kepalaku--" Ucap Eric saat berusaha duduk.
Akibat sakit kepala yang menyerbunya itu, ia hanya bisa terus memegang kepalanya dan menyandarkan tubuhnya pada ranjang.
"Tetap waspada." Perintah Kyle sambil menarik tubuh Asthena yang tak sengaja tertidur di dekat Eric dengan goresan belatih ditubuhnya.
"Tenanglah Kyle...."
Yah, part kali ini sampai disini dulu. Terimakasih telah membaca part ini. Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon dimaafkan.
Silahkan baca part selanjutnya untuk mengetahui kelanjutan ceritanya!
Jangan lupa juga vote, comment, dan share ke orang terdekat kalian untuk mendukung kami.
Sampai ketemu di part selanjutnya!!!
- Luv Author Klean
KAMU SEDANG MEMBACA
The Six Crystal (Tahap Revisi)
Fantasy"Asthena, aku tahu aku seharusnya tak memiliki perasaan ini kepadamu-tapi perasaan ini tak bisa hilang walaupun kucoba untuk membuangnya jauh-jauh." Eric menggenggam lengan Asthena yang hendak meninggalkan Eric. "Maaf." Asthena melepaskan cengkraman...