"Evan... Evan... Jape merasa ada orang memperhatikan kita dari tadi." Ujar Jape sambil menarik-narik baju Evan agar terus berwaspada.
Evan yang mulai merasa cemas dengan sikap Jape yang seperti itu langsung berwaspada. Tak lama, Evan juga mulai merasakan apa yang dirasakan Jape bahwa memang benar adanya sepasang mata yang terus memperhatikan mereka. Aura tatapan itu sangat tajam hingga membuat Evan bergidik ngeri sendiri. Bahkan rasanya, serangan bisa saja datang kapanpun. Ia pun mempersiapkan dirinya jika saja hal itu memang terjadi.
Benar saja, hal yang diprediksi Evan benar. Prajurit Tenebris datang dengan jumlah yang jauh lebih besar dari penyerangan-penyerangan mereka sebelumnya.
"Ada apa ini?" Tanya Kyle saat melihat ratusan prajurit hendak menyerbu mereka.
"Peperangan." Ucap Zavier datar. Raut wajahnya tak menunjukkan kekhawatiran sedikit pun.
"Peperangan apa?" Tutur Asthena heran yang merasa ini bukanlah peperangan melainkan penyerangan.
"Baiklah, Asthena. Ini adalah saatnya kita balas dendam karena pernah memenjarakan kita." Tutur Eric yang mulai bersiap-siap.
Tiba-tiba Zavier berlari masuk ke dalam gubuknya. Ia kemudian terlihat menekan sebuah tombol tersembunyi yang terletak dibawah ranjang jeraminya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Eric yang hampir mengira Zavier ingin bersembunyi.
"Hanya memanggill sedikit bantuan." Balas Zavier.
Walau firasat buruk Evan sudah terjawab oleh penyerangan ini, namun ia masih saja merasa sepasang mata itu memperhatikan mereka. Mungkin saja ia adalah orang lain, pikirnya. Namun pikiran itu harus ia singkirkan secepatnya karena harus fokus untuk melawan para prajurit Tenebris itu.
"Evan! Bawa Asthena pergi bersamamu. Kau menyerang secara jarak jauh, biarkan Asthena tetap aman bersamamu di belakang." Perintah Kyle.
"Hippo, kau sudah siap bertempur?" Tanya Eric.
"Hippo sangat siap. Hippo tidak sabar menggunakan kekuatan Hippo menghajar orang jahat seperti mereka, hehehehehehehee..." Tutur Hippo terkekeh.
Peperangan pun terjadi. Semuanya berusaha untuk menahan serangan agar tidak masuk ke dalam desa lebih jauh. Setidaknya, hingga bala bantuan tiba.
Kyle dan Eric yang menggunakan senjata jarak dekat diposisikan berada di garda terdepan, sedangkan Zavier yang mampu menyerang dengan jarak dekat maupun jauh berada di tengah. Evan yang menggunakan panah ditempatkan agak dibelakang bersama dengan Asthena. Kekuatan pertahanan mereka diperkuat lagi oleh adanya wujud evolusi Hippo dan Jape yang berjaga di bagian kanan dan kiri.
Saat peperangan yang semakin memanas dan korban jiwa yang terus meningkat, tiba-tiba langit terlihat menggelap. Awan-awan menghitam. Petir terus menyambar para prajurit yang berusaha melewati perbatasan daerah. Semua orang terheran dengan kejadian yang tak biasa itu.
Akibat serangan petir itu, tak ada satu pun prajurit Tenebris yang berhasil menyebrangi perbatasan. Hal itu akhirnya membuat prajurit Tenebris terpaksa mundur dan kembali dengan prajurit yang tersisa.
"Darkel?!?!" Ucap Evan kaget.
Matanya terpaku melihat sesosok lelaki. Tampaknya lelaki itulah yang mengendalikan awan gelap tadi. Sayangnya ia tak bisa melihatnya dengan jelas akibat terhalang jarak yang terlalu jauh.
"Pria itu?" Ucap Asthena juga setelah mendengar perkataan Evan.
"Asthena, siapa sebenarnya pria itu?" Tanya Evan yang semakin penasaran dengan identitas lelaki itu.
"Itulah pertanyaanku, tapi sudahlah. Sebaiknya kita segera menghampiri mereka." Ucap Asthena.
"Asthena, kau tidak apa-apa?" Teriak Eric begitu melihat Asthena yang berjalan dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Six Crystal (Tahap Revisi)
Fantasy"Asthena, aku tahu aku seharusnya tak memiliki perasaan ini kepadamu-tapi perasaan ini tak bisa hilang walaupun kucoba untuk membuangnya jauh-jauh." Eric menggenggam lengan Asthena yang hendak meninggalkan Eric. "Maaf." Asthena melepaskan cengkraman...