Bab V

13.1K 635 26
                                    

Aletta baru saja selesai menyiapkan makan malam untuk bertiga. Aletta yakin ini yang terbaik untuk rumah tangganya. Saat Aletta sedang beristirahat di kamar, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan ingin muntah. Aletta segera ke kamar mandi untuk memuntahkannya. Tetapi tidak ada yang keluar saat ia memuntahkannya, seperti rasa mual yang melandanya.

Setelah rasa mualnya sedikit reda, Aletta kembali untuk beristirahat agar pusingnya sedikit hilang, tetapi Aletta tidak bisa tertidur, dan Aletta mencoba untuk duduk di pinggir tempat tidur.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, terlihat sosok lelaki yang sangat ia rindukan, masuk ke kamarnya, dan duduk di sampingnya.

" kenapa Aletta yang pindah? " tanya Reino dengan halus. Seketika itu Reino berubah menjadi seperti ini.

" tidak papa mas, jika nanti mbak Feby mengandung, tidak perlu pindah-pindah mas, apalagi kan langsung program " kata Aletta berusaha tersenyum untuk menutupi kesakitannya.

Reino melihat wajah Aletta sangat pucat seperti sedang sakit. " Aletta kamu sakit ya? Kok pucat? Kerumah sakit ya? " tanya Reino dengan sedikit khawatir.

" tidak usah mas, paling cuman kecapean aja mas " jawab Aletta dengan mengelengkan kepalanya dengan pelan.

" ya udah sekarang istirahat ya, mas mau temani Feby dulu merapikan barangnya " kata Reino sambil menyuruh Aletta beristirahat. Dan Reino pergi meninggalkan Aletta dengan anggukan Aletta yang mengisyaratkan.

Aletta mencoba menghubungi sahabatnya Windi melalui telepon.

" hallo di? "

" iya ta, ada apa sayangku? "

" besok ada jadwal praktek kah? "

" ada jam 12 siang di rumah sakit milik papa? Ada apa Alettaku sayang "

" besok aku kerumah sakit ya "

" ditunggu anak kecil papa "

" Windiiiii!!! "

" canda beb.. sampai ketemu besok "

" iyaa bebebku.. bye "

" bye "

Aletta langsung mematikan sambungan teleponnya bersama Windi sahabatnya sekaligus dokter kandungan terbaik disini. Aletta hanya ingin konsultasi dengan Windi bagaimana cepat hamil.

Aletta mencoba ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk bertiga. Saat Aletta berjalan menuju ke dapur, Aletta kembali di perlihatkan kemesraan suaminya dengan calon madunya. Karena pintu kamar mereka tidak terbuka lebar, Aletta melihat Reino memeluk Feby dari belakang dengan mesra. Aletta mencoba langsung meninggalkan mereka yang sedang bermesraan untuk ke dapur.

Setelah semua sudah disiapkan Aletta di meja makan, Aletta mencoba menutupi kegugupannya untuk memanggil Reino dan Feby. " mas, mbak ayo makan, sudah Aletta siapkan! " kata Aletta dengan tersenyum di depan pintu kamar Reino dan Aletta.

" iya dek, sebentar lagi selesai " kata Feby sambil memasukkan sisa baju di koper ke dalam lemari, sedangkan Reino duduk di pinggir tempat tidur.

Dengan anggukan lembut  "Aletta tunggu di meja makan ya mbak? " ucap Aletta sambil meninggalkan mereka berdua yang masih sibuk di kamar, dan Aletta duduk di meja makan sambil menunggu kedatangan Reino dan Feby.

Tak lama, Reino dan Feby keluar dari kamar langsung menuju ke meja makan. Saat Aletta hendak mengambil makanan untuk suaminya, Feby yang duduk di sebelahnya langsung mengambilkan makanan ke piring Reino, seketika Aletta tersenyum untuk menutupi kelakuannya di depan suaminya.

" kok wajahmu pucat dek? Kamu sakit? " tanya Feby sedikit khawatir.

" cuman kecapean aja kak " kata Aletta dengan sesekali tersenyum dan memasukkan sedikit nasi dan lauk dari piringnya.

" Aletta besok kamu bantuin menyiapkan pernikahan kami ya? " kata Reino sambil menatapku.

" bisa mas, besok Aletta ijin kerja setengah hari kok mas " kata Aletta berbohong, padahal Aletta sudah ijin ke kantor melalui pesan singkat bahwa besok dia tidak masuk karena tidak enak badan. Tapi Aletta harus berbohong lagi kepada suaminya dan Feby bahwa sudah ijin kerja setengah hari, agar dia bisa memeriksa keluhannya.

" setelah pulang kerja jemput Feby di kantor mas ya untuk menyiapkan pernikahan kami " kata Reino dengan lembut.

Memang waktu mereka menikah Reino hanya mengundang beberapa kerabatnya saja. Aletta sangat cemburu saat Feby di ajak ke kantornya sedangkan Aletta tidak pernah di ajak ke kantornya.

" baik mas " kata Aletta dengan pelan.

seketika itu, Aletta menahan rasa mual yang kembali menyerangnya. Dia segera ke arah taman, jauh dari jangkauan Reino dan Feby agar mereka tidak mendengarnya.

" kenapa dengan diriku? " tanya Aletta dalam hati.

Ternyata Reino mendatanginya dan langsung mengelus punggungku dengan lembut " kenapa Aletta? " tanya Reino.

" tidak papa mas, Aletta balik ke dapur lagi ya mas " kata Aletta menghidari Reino.

Aletta langsung bergegas ke dapur untuk membersihkan semua bekas makan malam mereka.

" mulai dari sekarang aku akan menghindarimu mas? Maafkan aku! " kata Aletta dalam hatinya.

Setelah selesai membersihkan semua di dapur, Aletta langsung menuju ke kamarnya untuk beristirahat. Tak lama Reino masuk ke kamar dan duduk disamping Aletta yang berbaring.

" apa yang Aletta tutupin dari mas? " tanya Reino serius dengan menatap Aletta yang tidak menatapnya.

" tidak ada mas " jawab Aletta singkat.

" jujur sama mas, aletta ! " tanya Reino sedikit meninggi.

" Aletta tidak papa mas, terus Aletta harus jujur apa? " tanya Aletta dengan lembut.

" udah terserahmu Aletta, mas capek " kata Reino sambil keluar dari kamar Aletta.

" ternyata kamu sudah tidak mau tidur denganku mas! Apa karena kamu sangat merindukan dia mas? Seharusnya kamu masih tidur denganku mas? " kata Aletta dalam hati sambil menangis, tak menyangka dengan apa yang di lakukan suaminya.

Aletta hanya menangis, tanpa menghiraukan rasa sakit di kepalanya yang menghampirinya. Aletta tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya ingin suaminya bahagia meski suatu saat Aletta akan pergi dari kehidupannya.

" mas Aletta rindu? Terima kasih mbak Feby, dengan kehadiranmu mas Reino berubah menjadi lembut? " kata Aletta dalam hati.

Karena tidak bisa tidur, Aletta duduk di pinggir tempat tidur untuk menghilangkan rasa cemburunya yang tidak bisa dia tutupi. Cuman dengan cara menghidarilah Aletta bisa menutupi kecemburuannya.

" mas, jika aku merasa kamu sudah bahagia bersamanya, Aletta akan melepaskanmu mas, demi kebahagiaanmu, meski Aletta berat melepaskanmu mas, tapi ini yang harus Aletta lakukan mas, Aletta janji akan pergi jauh mas " kata Aletta dalam hati sambil kembali menangis menatap nasib rumah tangganya yang dia perjuangin dengan sekuat tenaga sampai bertahan lima tahun.

Saat Aletta hendak berbaring, rasa mualnya kembali menyelimuti. Aletta segera berlari kecil ke kamar mandi dari pembaringannya. Tetap sama? Tidak ada yang keluar dari rasa mualnya. Aletta merasa aneh dalam tubuhnya.

" kalau memang kakak hadir di rahim ini, mama mohon kakak bertahan demi mama. Tapi jika kakak belum hadir di rahim ini, mama akan terus berdoa agar kakak ada rahim mama, untuk temani mama untuk menjalani ini semua " ucap Aletta dengan pelan sambil mengelus perutnya yang masih rata.

Dan Aletta kembali ke tempat tidur untuk beristirahat. Dan Aletta tertidur dalam indahnya meringkuk seperti bayi kecil.

ALETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang