Aletta bangun seperti biasa, untuk melaksanakan kewajiban Aletta sebagai ibu rumah tangga dan sebagai istri dari suami yang telah menikahi Aletta lima tahun lalu. Saat Aletta ingin menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi, Aletta melihat Reino sedang duduk sendiri di ruang tamu dengan sesekali mengusap-usap wajahnya dengan gusar. Aletta berusaha menghindar dari sang suami yang mungkin sedang memikirkan niatnya yang semalam di ungkapkan.
Tapi salah, Reino melihat kehadiran Aletta yang berusaha menghindar dari Reino, dengan cepat Reino bangun dari tempat duduknya, dan segera mengejar kemana Aletta pergi. Reino langsung meraih tangan Aletta dan seketika Aletta terhenti dan membalikkan badannya menghadap tubuh Reino yang jujur sangat di kangenin oleh Aletta.
" ada apa lagi mas? " tanya Aletta dengan singkat.
" mas mohon Aletta jangan pindah? " ucap Reino sambil menggenggam tangan Aletta dengan kedua tangan Reino yang sangat kekar.
" Aletta mohon mas, jangan larang Aletta untuk pindah ke mess kantor " ucap Aletta sambil memohon dengan muka sendu.
" tapi kenapa dadakan pindahnya? apalagi semenjak Aletta tahu Feby hamil? " tanya Reino dengan tegas tanpa lepas tatapannya dari Aletta.
" bukan karena mbak Feby sedang mengandung anak mas Reino Aletta ingin pindah mas, tapi memang kondisi rumah kita terlalu jauh dari kantor Aletta mas " ucap Aletta tetap dengan kebohongannya, meski sebenarnya bukan itu tujuan utamanya pindah dari rumah mereka.
" selama kita menikah Aletta tidak pernah mempermasalahkan jarak rumah ke kantor Aletta, mengapa baru sekarang Aletta mempermasalahkan ini? " tanya Reino dengan nada sedikit meninggi. seketika itu Aletta langsung menunduk.
" jawab Aletta!!! " tanya kembali Reino dengan nada semakin meninggi.
" maaf mas, Aletta harus buat sarapan, soalnya Aletta harus ke kantor lebih awal karena ada rapat penting " ucap Aletta mencoba melepaskan tangannya dari genggaman sang suami, tapi sayang, Reino tidak melepaskan genggaman tangannya tetapi malah lebih menguatkan genggaman tangannya, dan itu yang membuat Aletta merasakan kesakitan di bagian pergelangan tangannya akibat genggaman Reino yang terlalu kuat.
" mas tidak akan melepaskan genggaman mas, sampai mas tahu kenapa Aletta minta pindah dari rumah kita? " ucap Reino dengan tegas tanpa perduli kesakitan yang dialami oleh Aletta akibat genggaman Reino yang terlalu kuat.
" sakit mas!!! " ucap Aletta sambil meringis kesakitan.
Tiba-tiba Reino melepaskan genggamannya setelah mendengar panggilan dari Feby yang mungkin sedang membutuhkan pertolongannya. Reino langsung meninggalkan Aletta yang sedang kesakitan sambil memegang pergelangan tangannya yang tampak memar.
" ada apa sayang, kok teriak sayang? " ucap Reino sambil memeluk Feby, wanita yang begitu Reino cintai.
" perutku sedikit keram mas, entah kenapa ini? " ucap Feby sambil memegangi bawah perutnya yang sedang isi dengan kehidupan baru.
Sambil mengelus perut Feby yang sedikit membesar, dan Reino sedikit menjongkok sejajar dengan perut Feby. " sayangnya papah, jangan bikin mamah sakit ya nak, papah sama mamah sayang banget sama kamu nak, doakan mamah sama papah sehat-sehat ya sayang " ucap Reino berbicara dengan sang penerus keluarga Ram.
Dari kejauhan, seorang wanita kuat dan tegar sedang melihat kemesraan suaminya dengan madunya, sedangkan Aletta hanya tersenyum perih. padahal seandainya Aletta jujur mungkin sekarang suaminya akan tahu bahwa Reino akan memiliki anak dari rahim Aletta. Tapi, mungkin ini sudah jalan Tuhan bahwa Aletta harus menutupi kehamilannya dari keluarga besarnya yang mungkin mengharapkan cucu dari rahim Aletta.
Saat Aletta mau mencuci piring, tiba-tiba ponsel Aletta berdering tanda bahwa ada ada pesan masuk yang ternyata dari mama mertuanya, mama dari Reino dan memberitahu bahwa sebentar sore mereka akan ke rumah bersama keluarga Aletta untuk berkunjung kerumah. Aletta segera menghampiri Reino dan Feby diruang tamu untuk memberitahu bahwa orang tua Aletta dan Reino akan datang kerumah.
" mbak Feby, nanti keluarga akan kesini untuk berkunjung kerumah " ucap Aletta memberitahu Feby yang sedang duduk bersama Reino yang sedang mengelus-elus perut Feby dengan sayang.
" Aletta kerja kah? " tanya Feby sambil tersenyum.
" iya mbak... maaf mbak Feby, kayaknya Aletta pulang telat, soalnya ada kerjaan penting harus selesai besok, nanti mbak tidak usah pesan makanan, biar Aletta yang beli nanti pulang kantor " ucap Aletta sambil tersenyum.
" usahakan jangan pulang telat " ucap Reino ketus dengan mata tertuju ke depan, padahal Aletta berdiri di samping tempat duduk Feby dan Reino.
" baik mas, Aletta usahakan pulang cepat mas " ucap Aletta sambil meninggalkan mereka yang lagi bermesraan.
Aletta langsung menuju ke kamar, untuk berbenah diri sebelum pergi ke kantor. dan segera Aletta pergi tanpa pamit dengan suami dan madunya. Aletta mengeluarkan mobilnya dan melajukannya untuk menuju ke kantor. sebenarnya hanya butuh 30 menit, Alleta sampai di kantornya jika tidak macet.
Aletta telah sampai di kantor, dan langsung menuju ke ruangan untuk menyelesaikan berkas kantor yang harus di selesaikan.
" selamat siang bu Aletta, tadi bapak Retno, menitip pesan bahwa lusa ada yang mau melamar kerja dan tinggal mendapat ibu? " ucap sekretaris Aletta yang sudah menemani Aletta 7 tahun terakhir ini.
" apa berkasnya sudah lengkap semua Riska? " tanya Aletta sambil menerima berkas-berkas pelamar dari Riska, sekretarisnya.
" sudah bu Aletta "jawab Riska dengan senyum yang manis.
" terima kasih ya Riska " ucap Aletta sambil tersenyum, dan Riska permisi kembali ke tempat kerjanya.
Aletta melihat jam menunjukkan pukul empat sore, Aletta berencana pulang lebih cepat dan pekerjaan Aletta di kantor sudah selesai. Aletta segera merapikan meja kantornya, pamit kepada sekretarisnya dan langsung menuju ke parkiran dan melajukan mobilnya menuju restaurant langganan Aletta untuk kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETTA
Short StoryAletta yang berjuang untuk Reino, suaminya tanpa rasa lelah untuk mendapatkan cinta dari suaminya. Tetapi perjuangannya di lihat sedikit oleh Reino saat Aletta memintanya untuk menikahi wanita yang begitu suaminya sayangi. Wanita mana yang siap dima...