02 Best Friend

275 32 2
                                    

Kedekatan itu berawal dari rasa suka yang sama, meski pribadi yang terlewat jauh berbeda. Namun semua itu tidak banyak memberi pengaruh
.
.
.
Hana adalah seorang gadis yang terlahir dari kalangan masyarakat biasa. Kedua orang tuanya meninggalkan Hana bersama sang Nenek sejak usianya 13 tahun, bertepatan setelah kelulusannya di jenjang pendidikan Sekolah Dasar.

Hana bukan hanya gadis kecil yang tidak mengetahui alasan dibalik ia harus tinggal bersama sang Nenek. Ia mengetahui keadaan orang tuanya yang saat itu terlilit hutang hingga puluhan juta kepada rentenir. Dan kesalahan terbesar yang dilakukan ayahnya adalah menjadikan Hana sebagai alat tukar untuk melunasi pinjaman uang yang setiap harinya berbunga.

Ayahnya menyadari akan kesalahan yang dilakukannya, ia tidak ingin menghancurkan masa depan putri satu-satunya yang sangat ia sayangi. Hingga sebuah keputusan sulit diambil demi keselamatan sang putri. Yakni, mereka harus membayar kesalahan dengan hidup terpisah dengan Hana. Bersembunyi entah sampai kapan.

Banyak kesulitan yang Hana hadapi di dalam hidupnya, namun semua itu dapat ia lalui dengan kerja keras dan konsisten. Bahkan hatinya sangat terlatih untuk tidak mudah merasakan sedih karena hidup yang ia lewati cukup menjadikan dirinya gadis mandiri dan ambisius.

Di sela-sela perjalanan hidupnya, ia bertemu dengan Zein yang merupakan senior sekaligus pelatih eskul di masa Sekolah Menengah Atas/SMA. Awalnya ia hanya merasa kagum dengan Zein, sama halnya dengan gadis remaja pada umumnya. Siapa yang tidak tertarik dengan Zein, putra terakhir dari empat bersaudara laki-laki pemilik Sekolah dan Pondok Pesantren yang sangat terkenal di daerah Bekasi.

Terlebih dengan kepopuleranya disekolah sebagai kakak senior yang sangat tampan dan juga cerdas. Sudah pasti seluruh gadis di sekolah ntah itu satu angkatan dengannya sampai adik kelaspun ikut tertarik menjadi bagian dari pengangumnya. Dan itu terjadi kepada Hana.

Hana menyadari, ia hanya termasuk dari salah satu fans zein yang tidak mungkin bisa bersamanya, dan itu mustahil yakin Hana. Namun, seiring berjalannya waktu. Rasa itu semakin tumbuh, dan Hana justru mengabaikan akan hal itu.

Bukan karena Hana tidak menyukai Zein, akan tetapi ia masih keras kepala dengan keyakinannya bahwa itu hanya sebuah rasa kagum terhadap Zein. Tepat setelah ia berumur 21 tahun, Hana menyadari bahwa selama ini yang ia rasakan terhadap Zein bukan hanya sekedar rasa kagum, melainkan ia mencintai zein. Sangat.
***

"Hey, bangun!"

"Masih ngantuk !" ujar Hana dengan menarik selimut untuk menutupi wajah karena silau lampu yang tiba-tiba dinyalakan oleh Neneknya.

Hana tipikal orang yang tidak bisa tidur dengan lampu menyala, karena itu membuatnya sakit kepala. Dan memang menurut ilmu kedokteran, tidur lebih sehat dengan lampu yang di matikan.

"Paaakkkkk" bunyi pukulan menghantam paha Hana dan sontak membuat Hana menjerit kesakitan
"Awwww sakit Nek !!" dengan mata sayu dan mengusap paha yang sakit karena pukulan sang Nenek.

Hana masih tidak beranjak dari ranjangnya, ia masih berkelut dengan menarik selimut kembali "Nenek, tidurku itu masih kurang, baru jam berapa ?? Hana masih mau tidur".

"Sudah siang Hana kamu mau terlambat kesekolah, kamu tuh lelet !! mandi saja kamu pandangi dulu airnya, belum lagi dandananmu itu dua jam baru selesai!" pekik sang Nenek dengan satu tarikan nafas.

"Aaaahh sebentaaaarr saja ya ? semalam kan Nenek tahu, Hana mengerjakan tugas sampai jam 12 malam!" keluh Hana manja. Bukan simpati yang Hana dapat, melainkan sebuah amarah dan teriakan dari Neneknya.

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang