18 Remember

54 4 0
                                    

Hay Hanzein kembali lagi sama If You...

Aku gak tau bakal bagus atau gak buat kalian, tapi aku tetap mau lanjutin cerita If You itu aja dan aku berharap banget kalian suka hehehe

Jangan lupa like dan juga komenya ya Hanzein :)

Sungguh Aldi tidak pernah membayangkan pertemuannya dengan Hana kali ini begitu mengesankan. Ia sangat lelah mengikuti Hana yang berlari mengejar pasien gilanya, namun iapun merasa senang tersenyum sendiri melihat Hana yang sudah bisa melanjutkan hidupnya.

Meskipun pada awalnya Aldi menentang keputusan Hana memilih menjadi dokter dibanding menjadi psikolog, karena akan berurusan dengan orang gila semacam ini. Namun Aldi tidak punya kekuatan untuk menentang Hana, ia sadar ia hanya di anggap sahabat oleh Hana bahkan saudara. Mengingat anggapan itu Aldi tersenyum sinis tertawa kecil mengasihani nasibnya.

"Ya Hana berhenti sejenak aku lelah" teriak Aldi dengan memegang lututnya yang sudah tidak kuat lagi berlari nafasnya naik turun, namun gadis itu tetap berlari dengan berteriak membalas Aldi "Kau istirahat saja!" . Aldi menggeleng kepalanya heran, tidak menyangka Hana masih kuat berlari. Iapun terpaksa kembali mengejar Hana meski telapak kakinya sudah seperti mati rasa.

Akhirnya dengan dibantu petugas kemanan rumah sakit, pasien tersebut dapat di hentikan. Hana yang baru sampai langsung mendekat menenangkan pasien tersebut yang sedang memberontak kepada petugas kemanan yang memeganginya. Tak lupa dua perawat ikut andil membantu.

"Aku tidak gila, aku tidak gila, aku tidak mau masuk rumah sakit, aku tidak gila!" teriak pasien tersebut meronta ronta ingin dilepaskan, matanya tidak focus berlari kesana kemari dan ketakutan.

"Tenang Pak tenang ya, tidak apa-apa, semua baik-baik saja, ya tarik nafas pelan-pelan yaaah bagus seperti itu buang kembali Tarik nafas lagi buang kembali, tidak apa-apa semua baik-baik saja" Hana memegang pundak pasien tersebut memfokuskan matanya memberi intruksi dan menenangkan pasien, iapun melirik Syla asistennya dan Sylapun langsung mengerti dan memberikan suntikan yang berisi obat penenang.

Setelah mendapatkan suntikan, pasien tersebut kembali tenang dan dibawa ke kamarnya bersama perawat. Satu hembusan nafas panjang keluar dari mulut Hana dengan keringat yang bercucuran, ia merasa tenang karena sudah berhasil mengatasi pasiennya. Aldi yang sudah sampai dari tadi tersenyum bangga melihat bagaimana Hana mengatasi pasien tersebut.

"Kau luar biasa Hana, sepertinya aku harus menjadi gila agar diperhatikan olehmu!" pekik Aldi yang menghampiri Hana.

Hanapun tertawa mendengar Aldi "Kau sudah gila Aldi" menjatuhkan bokongnya di batu besar, mengatur nafas Hana sangat lelah diikuti oleh Aldi.

Dering ponsel Aldi berbunyi, iapun menjawab panggilan tersebut menoleh ke Hana yang sedang memperhatikannya, kemudian menutup panggilan tersebut.

"Sepertinya kau harus pergi" tebak Hana kelewat benar dengan pandangan lurus kedepan.

"Hm, aku harus pergi, menjadi model terkenal sangat melelahkan, tidak ada hari libur uuhhh" keluh Aldi seperti anak kecil.

"Itu kan pilihanmu, kenapa tidak menjadi seperti orang tuamu?" tanya Hana meskipun ia sudah tahu jawabannya.

"Kau kan sudah tahu Hana, aku malas berbisnis, terlalu rumit, otaku bisa lelah, belum lagi menghadapi politik didalamnya aaah membayangkannya saja aku sudah pusing, mereka semua memakai topeng!" . balas Aldi

"Hahaha kau saja terlalu bodoh" Hana tertawa melihat penjelasan Aldi, ia sangat tidak menyukasi bisnis, padahal orang tuanya pembisnis sukses, ntah dari mana sifat yang di dapat Aldi, apa jangan-jangan dia bukan anak kandung, tidak heran jika itu benar karena sifatnya yang sangat berbeda.

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang