09 Why

76 14 0
                                    


"Hana?"

Hana terkejut mendengar suara yang tak asing memanggil namanya. Iapun membalikan badan, dan tak percaya mendapati Zein yang berada di depannya.

"K-ang" jawab Hana gugup

Kedua mata itupun saling bertatap, seolah memeberi tahu bahwa kedua hati itu menitipkan pesan melalui tatapan mereka.

Rindu

Hening tak ada suara, hanya degum jantung yang cukup kencang Hana dengar, ia sangat berharap agar momen ini lekas berakhir, bukan karena ia tidak suka. Jika harus jujur, ia bahkan sangat menyukainya.

Namun situasi saat ini tidak baik jika terus berlanjut, ritme detak jantung Hana semakin tak beraturan, ia khawatir jika tidak dapat mengontrol diri. Terlebih saat ini ada Aldi, Hana tidak ingin Aldi menyadarinya.

Sekeras apapun Hana berusaha untuk menutupi tetap saja Aldi mengetahunya. Aldi yang masih berada di motor menyadari sesuatu yang berbeda dari Hana. Iapun mengeluarkan suara batuk dengan sengaja agar dua maniak yang saling bertatapan itu berhenti. Aldi tidak suka.

"Uhuk".

Hana dan Zeinpun langsung mengalihkan pandangan mereka, melenyapkan momen indah itu. Hanapun merasa lega dan bersyukur, ia kembali sadar dengan Aldi. Namun berbeda dengan Zein. Ia menatap Aldi sekilas setelah momennya dengan Hana berakhir. Zein tidak menyukainya.

"Ah Kang, perkenalkan ini Aldi?" Hana mentapa Aldi, mengisaratkan untuk turun dari motor dan menyapa Zein.

"Aldi, aku Zein" balas Zein dengan mengulurkan tangannya menyapa Aldi.

"Aldi" dengan tangan yang di ulurkan
"Kalian ..."

"Teman" sela Hana, ia tidak ingin Zein salah paham dan juga Aldi yang bisa saja mengaku kembali sebagai calon suaminya.

"Oh, sepertinya wajahmu tidak asing" tebak Zein mencoba mengingat wajah Aldi.

"Aldi satu sekolah dengan kita kang, dia satu angkatan denganku" jawab Hana

"Oh iya, siswa pindahan ?"

"Benar"

Hana ingin sekali bertanya mengenai pesan yang Zein kirim. Hana mulai ragu dengan nomor yang menghubunginya mengaku Zein, karena sedari tadi pesannya belum juga dapat balasan.

"Oh iya, semalam apakah pesanku masuk?" tanya Zein. Hanapun terkejut mendengarnya, apa yang ia pikiran saat ini terjawab sudah.

"Su-dah, Kang" balas Hana. Aldipun langsung menoleh ke Hana yang berada di sampingnya, dikepalanya penuh dengan pertanyaan dan kekhawatiran.

"Oh, apa kau membalasnya?" tanya Zein dengan senyum di wajahnya.

"Hm" dengan anggukan dan senyum yang ia balas.

"Ayo Hana kita harus segera pulang, Nenek pasti menunggu!" ajak Aldi mengingatkan Hana dengan janjinya. Meskipun tujuan Aldi sebenarnya hanya ingin segera pergi dan menghentikan momen yang saat ini membuatnya kesal.

"Ah iya kau benar, maaf kang sepertinya aku harus segera pulang. Kebetulan jadwaku hari ini hanya sampai jam10.00!"

"Tidak apa-apa, Nenekmu pasti sudah menunggu, maaf aku sudah menahanmu tadi?" balas Zein. Hanapun tersenyum sebelum meninggalkan Zein.
***

Sesampainya di kedai, Hana langsung menuju kamarnya dan mengganti pakaian yang ia kenakan, diikuti Aldi yang menyapa sang Nenek di dapur. Sang Nenek sangat senang dapat kunjungan dari Aldi yang sudah di anggap sebagai cucunya sendiri, mereka sangat dekat sejak Hana dan Aldi bersahabat.

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang