16 It's Not Fine

54 7 4
                                    

Hay Hanzein alhamdulillah akhirnya If You Update, kalian kangen gak sama kang Zein hehe atau kangen sama Aldi.

Semoga kalian suka dengan chapter kali ini dan kebetulan ini adalah akhir dari If You Pt.01 yang aku buat di awal pembuatan cerita. Hmmm trus gimana dong kalo masih mau lanjut cerita If You.

Tenang aja ko guys, kalian bisa bantu naikin vote dan juga komen cerita If You nanti aku akan lanjut cerita jika sesuai harapan aku kepada kalian ya Hanzein.

Jadi yuk bantu autor supaya lebih semangat lagi lanjut cerita If You. Ok itu aja informasi dari aku love you semuanyaaaaaaaa.
.
.
.
.
.
.

Untuk kedua kalinya Hana ditinggalkan oleh seseorang yang amat berarti dalam hidupnya. Seakan memutar kembali waktu, dimana saat itu Hana berumur 13 tahun kedua orang tuanya meninggalkannya bersama sang Nenek. Saat itu Hana mengetahui alasan dibalik keputusan kedua orang tauanya, ia masih bisa tersenyum menutupi kebohongan yang ia rasakan.

Ia sangat membutuhkan kedua orang taunya, hingga saat ini saat dimana ia benar-benar rapuh hatinya begitu sakit mendapati takdir yang begitu mempermainkannya, tidak bisakah takdir mengasihaninya kali ini saja.

Sudah dua minggu berlalu Hana habiskan di dalam rumah, mengunci diri tak membiarkan siapapun mengunjunginya. Hampir setiap hari Aldi selalu mengunjunginya, namun berakhir dengan harapan kosong Hana tetap tidak keluar rumah. Bukan hanya Aldi, Zeinpun berusaha mengunjungi Hana dan setiap hari menunggu di depan pintu rumah Hana dengan harapan gadis yang ia cintai membuka pintu.

Pintu terbuka saat sosok dua laki-laki yang baru sampai didepan rumahnya. Hana sudah berpakaian rapih ia hendak pergi dengan map coklat di tangannya. Pandangannya menatap Zein sekilas dan mengalihkannya ke Aldi.

"Bisa kau antar aku?" pinta Hana kepada Aldi mengabaikan eksistensi Zein yang masih berdiri menatapnya cukup dalam. Zein terkejut matanya membulat dengan tangan yang mengepal, ia sadar akan kesalahannya namun tindakannya saat itu karena ia cumburu melihat Aldi yang memeluk Hana, tidakah Hana mengerti.

"Kemanapun kau pergi" terlewat sigap dan penuh penekanan, diiringi dengan tersenyum tipis merayakan kemenangan, Hana lebih memilihnya di banding Zein.

Aldi tahu sahabatnya ini sangat mencintai Zein, keputusan yang Hana ambil saat ini bukan tanpa alasan pasti ada sesuatu yang membuat Hana mengabaikan Zein. Tidak mengapa, Aldi tidak sakit hati ia justru senang sudah mengalahkan Zein.

"Jangan pergi?" suara Zein sukses mengehentikan langkah kaki Hana menuju Aldi yang sudah sampai di pintu mobil. Hana masih terdiam giginya menggigit bibir bawahnya menahan ngilu di dadanya. Mendengar laki-laki itu menahannya, ingin sekali ia membalikan badan menuju tempat Zein berdiri, meluapkan semua yang menyesakan batinnya.

Hana sangat mencintai Zein ia tidak ingin berpisah darinya, Zein adalah kehidupannya setelah sang Nenek. Namun semua itu harus ia lupakan ia harus kuat melepaskan Zein demi kebaikan Zein, ia tidak ingin menjadi kerikir di perjalanan karirnya, sudah cukup bagi Hana menikmati kebahagiaan bersama Zein dan hari ini ia harus kembali ke tempat yang seharusnya.

"Pergilah ketempat seharusnya kau berada, dan aku akan pergi ketempatku" kepalanya mengarah ke samping tak sanggup membalik badan, dadanya begitu sakit dengan apa yang ia ucapakan.

"Kau benar-benar ingin aku pergi?" dengan suara paruh disertai dengan isakan, mungkin terdengar meski tak jelas oleh Hana yang masih memunggungi Zein.

"Iya, mari kita akhiri!" dengan mengais udara yang masuk melewati hidungnya, Hana mengumpulkan kekuatan membalik badan dengan ekspresi begitu angkuh.

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang