13 Love

86 9 2
                                    

Hay kang Zein balik balik lagi. Maaf karena keterlambatan Update ya, karena beberapa hari ini aku cukup sibuk dan juga sedih karena pembaca If You semakin berkurang hmmm. Tapi tidak mengapa aku tetap mengupdate seperti biasa kisah cinta Hana dengan kang Zein. Semoga kalian suka dengan chapter 12 ini ya love you semuanyaaaa.....

Jangan lupa Vote dan komennya ya..... selamat membaca

Dering ponsel menghentikan tawa lepas Zein, terdapat nama ibu di layar ponsel Zein yang sedang berbunyi, iapun menghentikan tawanya dan beralih ke benda pipi tersebut. Hana tersenyum mengganggukan kepala memeberi izin untuk Zein mengangkatnya, sesekali matanya melirik Zein yang sedang mengobrol, sangat hati-hati lembut dan penuh perasaan iya sangat menyayangi sosok Ibunya tersebut. Berbeda sekali dengan Hana ia bahkan tidak bisa menghubungi ibunya. Belum pernah sekalipun ia mendapat panggilan telpon atau paling tidak pesan singkat hanya sekedar bertanya kabar.

Sangat manis ia teringat ketika dulu ibunya mendandaninya sebelum ia berangkat sekolah, Hana sangat menyukai perlakuan sang ibu, apalagi ketika sang ibu menyisir lembut rambut lebat hitamnya, kemudian menguncirnya dengan karet rambut yang berwana warni Hana terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Namun, Semua itu hanya menjadi kenangan indah yang sudah tidak bisa di ulang kembali. Meskipun ia sangat merindukan bagaimana belaian lembut sang ibu ketika menyisir rambutnya dengan penuh kasih sayang.

Beruntungnya Hana, Tuhan masih menyayanginya dengan menyisakan satu anggota keluarga lain untuk menemaninya, yakni sang Nenek. Baginya sudah cukup mendapatkan perhatian semua itu dari sang Nenek, ia tidak mengharapkan lebih, meski melawan rasa rindu itu sangat menyiksa batinya. Bukankah kebahagiaan di dunia adalah perasaan terindah saat mengetahui ada seseorang yang berada di sisimu.

"Iya ibu sebentar lagi Zein akan pulang, jangan lupa minum obatnya ya bu, iya selamat malam, Assalamualaikum" Zeinpun menutup panggilan tersebut dan beralih menatap Hana. Hanapun dapat membaca maksud dari tatapan Zein.

"Sepertinya waktu kita sudah habis Kang?" ujar Hana cukup ragu, namun sedikit menandakan bahwa ia kecewa akan perpisahan ini, apakah ini normal memiliki rasa kecewa ketika harus berpisah dengan seseorang yang di rindukan dan baru saja kau temui, bahkan minuman yang dipesanpun belum sampai habis namun waktu memutusnya. "Ayolah Hana kau begitu arogan jika bersikap seperti itu, kau sendiri tidak memiliki hak untuk menahannya, kau bukan kekasihnya."

"Hmm maaf Hana?" tatap Zein dengan penuh penyesalan

"Maaf apan-apaan ini Zein, kenapa kau harus mempesulit perasaanku, kau benar-benar membuat otaku terus berpikir, sebetulnya kau ini kenapa, kau bukan siapa-siapa ku, kau bukan kekasihku kenapa kau bersikap seolah peduli denganku. Kau tidak harus meminta maaf itu wajar bukan karena kita hanya teman, kau kaka kelasku, sekaligus anak dari tempatku bekerja" gumam Hana, ia benar-benar di buat pusing dengan otak dan perasaannya sendiri, pasalnya sikap Zein yang membuat Hana bingung.

"Ah tidak kang, tidak perlu minta maaf, kau harus pulang aku juga sudah mengantuk dan lelah, seharian ini aku terlalu banyak aktifitas diluar" jawab Hana dengan senyum gumi nya, kali ini Hana dapat mengalihkan suasana dengan ekspresi yang ia buat, meski benda tajam itu masih menusuk hatinya. Ia dapat mengendalikan rasa perih tersebut cukup baik, hingga Zeinpun dapat menerimanya tanpa ragu.

***

Bulan tidak pernah malu untuk menampakan cahayanya, melawan gelapnya malam dengan begitu berani dan percaya diri, terlebih dengan bintang yang selalu disampingnya. Hentakan kaki yang beriringan merdu, seperti melodi yang tak pernah mengecewakan pendengarnya. Di bawah sinar bulan, keduanya menahan malu karena rasa begitu mendominasi pikiran, sesekali tersenyum sipu menatap ia yang juga ikut membalas senyum. Tak pernah terlintas di perjalanan hidupnya, sosok yang selama ini ia kagumi berjalan bersama, melewati malam panjang dengan cahaya bulan menyoroti keduanya. Seperti sebuah filem teater, hanya pemainnya saja yang dapat terlihat karena pantulan lampu yang sudah di seting sedemikian rupa, tujuannya agar penonton lebih focus menikmati acting dari si pemain. Jika itu benar, lalu adegan seperti apa yang akan terjadi saat ini antara Zein dan juga Hana.

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang