07 Inferiority Complex

126 16 2
                                    

"Ok Hana kau punya hutang dengan ku, bisa kau jelaskan apa yang kau lakukan semalam dengan Zein, eoh!" pekik Lisa, yang sejak tadi mengganggu Hana dengan mengekorinya di belakang.

Hanapun menghela nafas, ia ingin terlepas dari Lisa yang mengganggunya "Nanti ku jelaskan Lis, malam ini kau tak ada acara kan?"

"Hmm sebetunya a..." Lisapun mulai berpikir, mengingat-ingat. Namun setelah Lisa sudah mengingat ia memiliki janji dengan Wira, Hana langsung menyelanya.

"Sudah batalkan saja aku mau menginap" tegas Hana.

"Ya!, kau ini, aku sudah punya janji dengan pacarku!" Keluh Lisa kesal.

"Aku tak perduli, awas saja jika aku datang kau tak ada, eoh!" ancam Hana.

Bukan Hana jika tidak suka memaksa atau menyela perkataan Lisa yang belum selesai, dan pastinya Lisa sangat kesal dan marah dengan Hana yang bersikap seenaknya.

Setelah mengancam Lisa, Hanapun pergi meninggalkannya menuju kelas. Ia tidak perduli dengan Lisa yang sudah pasti akan berteriak kesala kepadanya.

"YA! Dasar Bocah Pemaksa!" Teriak Lisa, Hana hanya tersenyum mendengar teriakan Lisa, sudah pasti menjadi pusat perhatian guru yang masih di dalam ruangan. Karen suaranya cukup keras terdengar sampai luar ruangan. Lisapun merasa malu, ia menundukan kepalanya dan meminta maaf, lalu bergegas menuju kelas dengan rasa kesal.
***

Pukul 19.00 sudah waktunya Hana berangkat menuju rumah Lisa. Hana Mengecek kembali barang-barang yang sudah ia siapakan, tak lupa pula makanan yang sudah disiapkan Nenek untuk diberikan kepada keluarga Lisa. Semua itu tidak boleh sampai tertinggal, terutama sup iga sapi. Pak Didit, ayah Lisa sudah pasti akan kecewa jika Hana sampai lupa membawa sup kesukaannya.

"Rumah Makan Nenek" sebuah nama yang cukup sederhana namun tak kalah terkenalnya dengan rumah makan modern pada umumnya. Semua itu karena rasa yang di hasilkan oleh sentuhan tangan sang Nenek sangat berbeda karena resepnya sudah turun temurun dilestarikan.

Namun jangan tanyakan Hana ia justru tidak memiliki bakat memasak sedikitpun dari keluarganya. Ntahlah ia berbeda, namun semangatnya dalam menjalani hidup tidak kalah dengan sang Nenek.

"Nek aku pamit pergi dulu ya, Assalamu'alaikum?" ujar Hana dengan mencium tangan kanan sang Nenek.

"Wa'alaikumussalam hati-hati, tidak ada yang tertinggal kan?" balas sang Nenek mengusap kepala cucunya lembut. Hanapun mengangguk dan tersenyum, kemudian iapun mengamati barang bawaannya, memeriksa kembali.

"Hehehe tidak ada"

"Kau naik motormu?"

"Tidak, aku naik grab" Hanapun memeriksa ponselnya, terdapat notifikasi dari grap pesananya yang sudah sampai.

"Grapnya sudah datang, aku pergi dulu ya Nek?"
"Iya hati-hati, sampaikan salamku!"
"Hmm, Daah Nenek!" Hanapun pergi meninggalkan rumah.
***

Tibanya Hana di rumah Lisa, sudah terdapat Bu Namira dan Pak Didit yang menyambutnya datang. Tak lupa pula adik Lisa Feri yang juga tak kalah antusias menyambut kedatangan Hana, pasalnya Feri adik Lisa megaku menyukai Hana layaknya seorang laki-laki. Meski umurnya terampau jauh dengan Hana, ntah apa yang membuat Feri menyukai Hana.

Hana seorang mahasiswa dan juga guru, sedangkan Feri baru menginjak masa putih abu-abunya tahun ini. Cukup lucu bukan, itulah yang Hana rasakan dengan Feri yang sudah ia anggap sebagai adik kecil yang menyayanginya.

"Sari masi didalam kamar, ia sedang bersiap-siap untuk pergi kencan" ujar Feri, yang sudah mengetahui apa yang saat ini Hana cari. Hanapun tersenyum mendengar Feri yang memberitahunya. Adik kecilnya itu sangat paham.

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang