08 Compiceted

86 13 0
                                    

Perubahan
Ya setiap rencana atau tujuan bisa saja berubah, baik itu sudah dipersiapkan matang dengan anggan-anggan yang akan berjalan dengan sesuai harapan. Namun siapa sangka hanya dalam satu momen bisa berubah dengan kondisi situasi yang terjadi saat itu. Dan itu wajar, karena rencana dan dan tujuan yang Hana harapkan tidak di sepakati dengan lawannya, yakni sahabatnya sendiri Lisa yang sudah memiliki rencana dan tujuannya sendiri pada malam itu. Akhirnya niat Hana yang ingin mencurahkan hatinya dengan bercengkrama asik, menikmati camilan di atas ranjang Lisapun tak terealisasikan. Dan pagi ini Hana terbagun di dalam kamarnya sendiri.

Hana memutuskan pulang kerumahnya bersama Aldi. Tidak jadi menginap di rumah Lisa, karena keinginannya untuk bercerita sudah tidak berselera lagi. Semalaman Hana menonaktifkan ponselnya dengan mode pesawat. Semua itu ia lakukan karena tidak ingin di ganggu dengan notifikasi dan pesan masuk yang tidak jelas. Sangat menyebalkan bagi Hana, terlebih jika sampai ia mendownload pesan dari grup yang menurutnya tidak penting untuk di sebar luaskan disana. Terkadang Hana berpikir dengan mereka yang mengirim hal semacam itu, apakah tidak memiliki pekerjaan lain.

Setelah mengaktifkan ponselnya, tak lama notifikasi dari grup dan nomor baru bermunculan bagaikan tagihan rekening yang belum terlunasi. Hanapun mengecek satu persatu notifikasi yang ia dapat, ada yang datang dari grup dan juga beberapa nomor baru. Matanya teralihkan melihat notifikasi panggilan yang tidak terjawab, iapun memeriksa panggilan tersebut dan ternyata itu nomor baru. Bukan hanya panggilan, dengan nomor yang sama iapun mendapat pesan.

Hana membuka pesan tersebut dan membacanya. Iapun terkejut setelah membaca kalimat terakhir bertulis nama Zein. Ntah mimpi apa lagi semalam sampai ia menerima pesan dan panggilan dari Zein, laki-laki yang selama ini membuatnya bingung. Bingung dengan perasaan kagumnya sendiri yang ntah sampai kapan itu akan menghilang.

Bodoh jika Hana tidak membalas pesan Zein, yang sudah jelas mengajaknya untuk bertemu. Dan itu benar Hana berubah menjadi gadis bodoh jika berurusan dengan Zein, ia bingung dan frustasi, apa yang harus ia balas atau bagaimana caranya ia membalas pesan Zein. Sungguh jika kamu menjadi Hana apa yang harus kamu lakukan, bukankah itu hal yang sangat mudah. Membalas pesan mengiakan ajakannya, terlebih pesan tersebut kamu dapatkan dari seseorang yang kamu kagumi. Namun berbeda dengan Hana ia bodoh sangat bodoh.

Bahagia dan takut menjadi satu, bisa didefinisikan seperti itu perasaan Hana saat ini. Jarinya mulai bergerak untuk mengetik pesan, namun ia menghapusnya kembali karena tidak yakin dengan apa yang ia ketik.
Berulang kali ia lakukan hal yang sama, mengetik kemudian menghapusnya kembali. Dan semakin frustasi

"Adakah yang bisa membantuku" pekik Hana dalam hati.

Bukan Hana tidak ingin membalas, melainkan ia bingung dan takut. Iapun meremas ponsel yang ia genggam dengan kedua tangannya, mengutuk diri karena tidak bisa mengendalikan rasa takutnya.
Hana menghela nafas beras, menggigit bibir bawahnya dengan jari-jari letiknya yang mulai mengetik kembali pesan yang akan ia balas. Ibu jarinya bergetar saat tombol send yang harus ia tekan setelah mengetik pesan tersebut.

Dengan penuh keyakinan dan penguatan pada dirinya, pesan itupun berhasil terkirim. Hana memeluk ponsel yang ia pegang dengan mata terpejam. Berharap keputusannya itu tidak salah.
***

"Hana" panggil sang Nenek

"Ya" balas Hana yang masih memperhatikan ponselnya

"Tak biasanya kau makan dengan ponsel di tanganmu?" tanya sang Nenek

Hanapun langsung meletakan ponselnya di meja, iapun tersenyum menatap sang Nenek dan mengelak "Eh Tidak" dan kembali melihat ponsel.

"Bohong?" pekik sang Nenek.

Hanapun terkejut matanya membulat, mendapati sang Nenek sangat mengetahuinya. Namun semua itu teralihkan dengan notifikasi yang masuk dari ponsel, Hanapun langsung mengambil ponsel yang ia letakan di meja, lalu membuka pesan yang baru saja masuk dengan penuh antusias. Namun raut wajahnya berubah ketika pesan yang ia dapatkan bukan dari Zein, melainkan nomor baru.

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang