04 Honest

150 22 8
                                    

Bukankah indah jika memiliki rasa yang berbeda dari biasanya. Telebih ketika rasa itu sudah sangat lama menetap di hati, sudah tidak diragukan bahwa itu adalah perasaan cinta.
.
.
.
"Ok, aku dengar suara kaleng itu, siapa lagi jika bukan Lisa" gumam Hana dalam pikirannya.

Sahabatnya itu memang keras kepala, Lisa tidak akan menyerah sampai apa yang ia inginkan tercapai. ia bahkan mencoba membangunkan Hana dengan memanggil nama Hana dengan cukup keras.

Hana berusaha mengabaikannya, berpura-pura tidur hanya untuk menghindari Lisa. Namun itu gagal Lisa bahkan mengoyangkan tubuh Hana agar ia terbangun. Ok Hana sudah tidak tahan dengan suara kalengnya yang sangat dekat dengan telinganya. Rasanya hampir mau pecah gendang telinga Hana bahkan sampai meledak. Hanapun memutuskan untuk membuka mata dan terbangun dengan raut wajah yang ngantuk dan jutek.
"Apa Lisa apa, kau tidak lihat aku sedang tidur!". Balas Hana cukup malas

"Ya, mana bisa kau tidur dijam istirahat Hana, harusnya kau kekantin bersamaku makan siang, ayo kita makan siang Hana, aku sudah lapar sekali". Rengek Lisa manja, sudah tidak aneh bagi Hana menghadapinya.

Mau bagaimana lagi Hana tidak bisa menolak jika Lisa sudah seperti itu. "Haaaa yasudah, ayo" . Senyum mengembang di pipi Lisa, usahanya berhasil mengajak Hana. Merekapun berjalan menuju kantin.

Belum sampai kantin, Hana melihat Zein dengan pakaian rapih. Memakai kaus putih, dilapisi mantel tanpa lengan, menampakan kaus putih yang ia kenakan. Ditambah dengan celana panjang berwarna abu-abu dan sepatu snikers warna putih.

Proporsi tubuh yang pas, tinggi tidak terlalu kurus dan tidak terlalu berisi semakin menambah ketampanan yang ia berikan dengan rambut hitam yang tak terlalu lebat, memperlihatkan jidatnya yang bersih dan segar.

Terlihat behel yang terpasang di rentetan giginya saat Zein tersenyum. "Rupanya ia membehel giginya, sejak kapan ? Ya Tuhan jujur aku tidak pernah suka, baik laki-laki atupun perempuan membehel giginya, terlihat semakin buruk menurutku, tetapi berbeda dengan Kang Zein ia justru terlihat sangat tampan, sungguh tampan melebihi oppa-oppa yang aku tonton di drama." Lamun Hana tak sadar dengan apa yang terlintas dipikirannya. "Hana istigfar, sadar diriiii sadar sadaaaar, kendalikan rasa kagummu itu!" matanya berkedip beberapa kali, agar tersadar dari apa yang baru saja ia pikirkan.

"Hana!" Teriak Lisa yang tanpa Hana sadar sudah berada didepannya. Hanapun langsung terkejut melihat Lisa.

"Astagfirullah, yaah kau ingin membuatku serangan jantung Lisa!" kesal Hana, tangannya mengusap dadanya sendiri. Saat ini jantung yang Hana rasakan saja tidak beraturan detaknya karena Zein, ditambah Lisa yang tiba-tiba berada di depannya.

"Kau sedang melihat apa Hana?" tanya Lisa santai, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Aiiish, dasar kau, tidak ayo kita ke kantin!" Hana tidak menghiraukan Lisa yang masih penasaran dengan apa yang baru saja mengalihkan pandangannya itu. Hana merangkul tangan Lisa paksa, pandangan Lisa yang masi mencari-cari sesuatu yang Hana lihat. Dan beruntungnya Hana saat ini, karena Zein sudah masuk ke dalam mobilnya.
***
.
.
.
.
"Ok kita sudah di kantin Hana, coba kamu ceritakan, sejak tadi pagi kamu terlihat aneh. Jangan menghindar, kamu sudah tertangkap basah!". Pekik Lisa dengan tatapan cukup mengintimidasi Hana.

"Ckh, sudah makan dulu bukannya kamu lapar Lisa!". Balas Hana santai dengan satu suapan masuk ke dalam mulutnya.

Lisa kesal mendengar jawaban Hana, "Ya! Jelaskan dulu Hana, kau sudah janji"

"Bisa tidak berteriak Lisa! gendang telingaku bisa pecah, kamu mau tanggung jawab!".

"Apa perlu aku cari tahu sendiri, aku akan kembali ke tempat tadi, hah!" ancam Lisa.

Hanapun menghentikan kegiatan makannya dan mengela nafas panjang, ia tidak mau menjadi pusat perhatian seluruh kantin. Karena Lisa sangat berisik "Ok ok, kau tau anak terakhir pemilik Sekolah ini?", tanya Hana cukup serius dengan suara rendah.

"Aku tahu, Ya!, kau menyukainya?!", mendengar penyataan Lisa, sontak Hanapun langsung menutup mulut sahabatnya itu dengan kedua tangannya, hingga Lisapun memukul tangan Hana berusaha melepaskan bekapan Hana.

"Ya!, sudah ku bilang jangan berteriak Lisa, kamu ini membuatku malu saja, jika ada yang mendengar bagaimana?!", kesal Hana, iapun melepaskan Lisa.

Lisapun merasa lega karena sudah dilepaskan oleh Hana, iapun mengambil air putih yang berada di samping piring makannya, kemudian meminumnya. "Yah, kau gila Hana, ingin membunuh sahabatmu sendiri!".

"Ya, aku ingin membunuhmu, tapi sebelumnya aku ingin menjahit bibirmu dulu!" balas Hana tak mau kalah. Lisapun mengembungkan pipinya merasa bersalah dan juga kesal.

"Maaf" mohon Lisa, pipinya masi mengembung dan tatapnhya lurus ke bawah, tepatnya menatap makannya sendiri dan mengaduknya asal.

Hanapun menghela nafas, melupakan dan memaafkan kejadian tadi. Iapun merasa bersalah dan kesal sama halnya dengan Lisa. "Aku juga minta maaf Lisa" balas Hana lembut, tangannya menggenggam tangan Lisa dan tersenyum.

"Hm" Lisapun menatap Hana dan kembali membalas tersenyum. Dua sahabat itupun kembali berbaikan.

"Kau menyukainya, siapa namanya aku lupa ze.... Zei.. ah zein" ujar Lisa, kali ini cukup pelan.

"Tidak, aku tidak menyukainya". Balas Hana santai

Lisapun merasa aneh, dahinya berkerut tidak yakin dengan jawaban Hana, pasalnya Hana sangat terlihat aneh, dan tidak biasanya ia seperti itu

"Lalu ?"

"Kagum"

"Eh, Kagum !"

"Iyah, Kagum, aku menganguminya sejak SMA" Balas Hana penuh keyakinan.

"Aneh, selama itu? tanya kembali Lisa yang masi tidak percaya.

"Iyaaaaah, kau tidak percaya!" balas Hana

"Jangan bodoh Hana, mana ada kagum selama itu. Kamu menyukainya!"

"Itu tidak mungkin Lis, aku cuma salah satu dari fansnya saja. Kang Zein itu senior yang sangat populer dan banyak gadis yang menyukainya" Hanapun menghela nafas, dan melanjutkan kembali "Haaa, aku tidak ingin mengubah perasaanku, karena itu tidak mungkin terjadi. Kenyataannya, aku dengan Kang Zein bagaikan langit dan bumi!" tutur Hana penuh penegasan, dan itu benar hati dan keyakinannya.

Lisapun terdiam mendengarnya, ia merasakan bahwa sahabatnya itu sangat mencintai Zein, namun ia enggan untuk mengakuinya.

"Baiklah, aku paham apa yang kau rasakan Hana. Tapi, sebagai sahabat aku ingin kau bahagia Hana. Jangan menyiksa dirimu sendiri dengan perasaanmu, cobalah menerima dan berbahagia" dengan menggenggam salah satu tangan Hana, mencoba memeberikan kekuatan dan ketenangan dengan ibu jari yang mengusap lembut. Yang Lisa lakukan saat ini berhasil membuat Hana lebih baik.
.
.
.
Alhamdulillah aku akhirnya Up lagi 😊
Momennya masih bersama dua sahabat 😂
Tapi tenang aja sebentar lagi ketemu sama .... 😎
Coba tebak Hanzein?
Gemes gak sama karakter Lisa atau lebih suka sama karakter Hana 😂
Kalo aku sih suka semua karakter yang ada di IF YOU 😍
Ok Hanzein jangan lupa follow akun aku biar kamu langsung dapat notifikasi saat aku Up dan juga like komennya biar aku tambah semangat Up lagi 😊💜💜💜

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang