SUDAH TERBIT. TERSEDIA DI INSTAGRAM @SA_PUBLISHER UNTUK PEMESANAN
🏆1#fiksi remaja 2020 september
2 #fiksi remaja 2021 Januari
1 #acak 2021 Januari
5 #non-fiksi 2021 februari
3 #laga 2021 februari
16 #fiksi ilmiah 2021 april
26 #puisi 2021 april
99...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mari bermain, permainan apa yang paling kamu sukai? Aku tidak sabar untuk menunggu permainan ini
❄
Ianna lagi-lagi terkekeh karena ucapan Galuh. Tidak terasa bahwa mereka sudah sampai di pemakaman Randy.
Keduanya segera turun dari mobil. Sesampainya dimakam Ianna langsung memeluk Dian dengan erat.
"Tante, maafin Ianna, ya." Ianna menangis dalam dekapan Dian.
Dian mengelus punggung Ianna lembut. "Ini sudah takdir, Ianna. kamu jangan sedih, ya."
Ianna mengusap air matanya dan memeluk Dian kembali. Kemudian, ia melirik batu nisan yang terdapat nama lelaki itu.
RANDY DIANGGARA
Begitulah nama yang terdapat pada batu nisan tersebut. Hatinya kembali teriris, rasanya ingin berteriak, namun tidak bisa. Tepat di tanggal 10 September, ia kehilangan sahabatnya yang sangat berarti dalam hidupnya. Ianna berlutut dan memeluk batu nisan itu.
"Lo yang tenang di sana, ya, Ran. Terima kasih untuk semua yang lo berikan, gue sayang sama lo." Ianna mencium batu nisan itu dengan air mata yang tak henti.
"Ikhlasin, ya, Ianna." Dian mengusap pundak Ianna, wanita itu merasa kehilangan juga, namun ini sudah rencana Tuhan.
Ianna dengan berat hati mengikhlaskan Randy, ia segera kembali ke rumah sakit bersama Galuh dan mengunjungi salah satu anggota inti yang baru saja pulih. Gadis itu berjalan memasuki ruangan Al dengan hati-hati.
"Al, pipi lo?" tanya Ianna saat melihat jaitan di pipi lelaki itu.
"Ana," ucap Al yang langsung memeluk gadis itu dengan sangat erat. "Gue nungguin lo, ke mana aja?"
"Maaf, ini semua karena gue. Kalian jadi luka, bahkan Randy .... " Ianna menatap Galuh sebentar dan berusaha tersenyum.
"It's okay." Al mengangguk paham. "Ini udah takdir, jangan salahkan diri lo sendiri, Ianna. Lagipula, untung mata gue gak buta dan hanya pipi yang dijahit."
"Terima kasih, Al," ucap Ianna. "Gue akan segera mengurus surat hiatus Black Diamon's," sambungnya.
Al yang mendengarnya langsung membulatkan matanya. "Lo serius? Selama ini BD'S gak pernah hiatus"
"Gue gak mau kejadian ini terulang kembali." Al menghela napasnya dan menerimanya, ia yakin bahwa itu adalah keputusan yang terbaik untuk Ianna dan untuk semuanya.