•-•010•-•

37.4K 1.5K 137
                                    

Davera meringis pelan saat tangan kakaknya yang memegang pinggangnya mencengkram erat.

"Kau menyukainya?" Tanya Matthew tersenyum miring melihat adik angkatnya itu meringis akibat cengkeramannya, bahkan terisak.

Davera menggelengkan kepalanya pelan mendengar bisikan sang kakak. Davera hanya berdoa semoga ibunya menyadari bahwa dirinya dan Matthew tertinggal di belakang. Matthew memang sengaja membuat mereka tertinggal karena ingin melakukan sesuatu.

"Apa kau takut dengan kakakmu ini, heum?" Ucap Matthew lembut. Sedangkan Davera merinding mendengarkan kakaknya berbicara lembut yang terasa mengerikan di telinganya.

"Hiks" hanya isakan yang terdengar dari mulut Matthew.

Dan itu membuat Matthew sangat merasa senang, entahlah melihat Davera, adiknya menangis dan takut akan dirinya sangat membuatnya senang. Apalagi menangis karenanya. Ckckck Matthew sangat menyukainya.

"Jawaban apa itu? Apa kamu ingin membuat kakak mu ini marah?" Dengan pelan ia menggeleng kepalanya membuat Matthew geram.

"Apakah tak punya mulut hah!?" Ucap Matthew menaikkan satu oktaf nada bicara membuat Davera tersentak.

"N..ndak." jawab Davera terbata-bata sambil sesenggukan.

Matthew tersenyum puas mendengar jawaban itu.
"Hentikan tangisan mu atau kau akan dapat sesuatu yang buruk saat ini juga." Dengan pelan Davera berusaha menghentikan sesengguka nya dan menghentikan tangisannya.

Matthew menarik pelan kepala sang adik membuat ia melihat wajah adiknya yang sebam akibat menangis. Ia mencengkram erat rahang Davera membuat Davera meringis.

"Kau dengar ini, jangan sampai ada yang tahu apa yang ku lakukan padamu, yang sekarang maupun sebelumnya dan di masa depan nanti, mengerti!?" Ucap dingin Matthew menatap tajam Davera. Davera mengangguk, walaupun ia sudah tak sesegukan namun air matanya masih keluar dan itu bertambah deras mengingat perlakuan kakaknya jika tak ada Oliv berserta kedua kakaknya yang lain. Sungguh Davera sangat ingin memberitahukan perilaku kakaknya kepadanya yang membuatnya ketakutan jika menjelang malam.

Matthew tersenyum puas dan mengecup kedua mata sang adiknya yang membengkak akibat menangis lalu mengecup bibir sang adik dan memeluknya erat. Davera hanya terdiam dan berdoa semoga dia cepat sampai di apartemen. Entahlah kenapa sepuluh menit terasa seperti sepuluh jam saat ini.

•-•Baby Triplest•-•

Carles menatap Vella tak percaya..
"Kamu.." ucap Carles tak dapat ia lanjutkan.

Vella mengangguk dan tersenyum menenangkan sambil memberikan sebuah surat di tangannya.
"Iya, mas. Aku mau kita cerai. Maaf sebenarnya aku udah menikah sama Vero selama sebulan. Dan aku ingin kita cerai karena aku mencintai Vero dam Vero mencintaiku." Ucap Vella. Carles menatap diam ke arah Vella kemudian mengambil pulpen dan menandatanganinya.

Vella tersenyum dan memeluk Carles.
"Temui Mbak Oliv, mas. Aku yakin pasti Mas bisa nemuin mbak Oliv." Carles tersenyum dan mengangguk lalu melepaskan pelukannya.

Tiba-tiba Vella mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah gambar kepadanya.
"Mas kalo kamu lihat anak perempuan ini tolong kasih tahu aku. Dia anak mas Vero, dia kehilangannya saat kecelakaan, mas." Carles menatap tak percaya ke arah foto anak perempuan.

"Aku pernah melihatnya." Seru Carles membuat Vella terkejut bahagia.

"Benarkah?" Tanya semangat Vella. Dengan rasa santainya Carles mengangguk.

"Tapi.." Ucapan Carles membuat Vella merasa waspada.

"Aku kemarin melihatnya bersama dengan seorang anak laki-laki sekitar sepuluh tahun dan memanggilnya kakak. Kalo gak salah Kak Mark terus nama anak perempuan itu yang kamu cari Melly. Oh ya anak laki-laki sangat mirip dengan Oliv Versi laki-laki." Vella membulatkan matanya.

"Be.. berarti kemarin yang di bilang papa kalo Oliv ngangkat anak perempuan itu Violet?" Dengan pelan Carles mengangguk.

"Kamu tenang saja, Ken sedang mencari identitas anak itu. Nanti kalo sudah akan aku kasih tahu." Vella tersenyum dan mengangguk berterima kasih lalu segera pamit untuk memberitahukan kabar ini kepada Vero sang suami.

Carles menghela nafas dan mendudukkan dirinya di kursi lalu membuka handphone. Terpampanglah wajah Oliv yang tersenyum sangat Manis. Ia menatap foto itu nanar.

"Maafkan aku Oliv. Aku janji akan menemukan kalian dan membahagiakan kalian. Maafkan aku karena telat menyadari bahwa aku sangat mencintaimu. Maaf." Carles menghela nafas. Ia memijit pangkal hidungnya dan menghembuskan nafasnya.

Tiba-tiba ponselnya berdering membuat ia segera melihat siapa yang menelpon tertera Ken disana. Segera ia mengangkat telepon itu.

"Hall-"

"Katakan intinya." Dengan datar Carles memotong ucapan Ken. Membuat Ken mencibir di hatinya.

"Em Tuan, saya sudah menemukan data-data anak itu. Akan saya kirimkan lewat email."

"Baiklah, cepat kirimkan." Belum sempat Ken menjawabnya, Carles langsung menutup teleponnya. Ken langsung mencibir

"Dasar.., Mimpi apa dulu aku sebelum ngelamar kerja, dapet bos kok gini-gini amat gak ada ramah-ramahnya sama bawahannya, eh kirim email dulu baru ngoceh bisa kena omel aku kalo ngak kirim cepat." Dengan tergesa-gesa Ken mengirimkan email tersebut dan langsung masuk di dalam pesan email Carles.

Dengan segera ia langsung membuka email tersebut.

Nama : Mellyza Davera Millane S.

Alamat:******

Makanan kesukaan: Pancake pisang dan Steak ayam.

Minuman kesukaan: Cappucino dan Susu

Memilik tiga kakak: Matthew Charlez Millane S, Marcell Nolan Millane S. Dan Markvin August Millane S.

Nama Orang tua: Olivia Christina Millane dan C**** S.

Mellyza Davera Millane S adalah anak angkat dari Olivia Christina Millane tiga hari yang lalu.

Carles mengerutkan keningnya melihat nama belakang Ketiga anaknya atau ke empat anaknya.

"S?" Gumamnya.

"Apakah Smith, Astaga jadi kamu masih meletakkan nama keluarga ku di nama anak kita." Batin Carles tak percaya.

Lagi-lagi tak percaya melihat nama orang tuanya.
"C apakah aku?" Carles tersenyum bahagian bahwa Oliv masih menganggap dia sebagai ayah dari Triplets M.

Dengan langkah semangat ia keluar dari mansion dan menuju alamat yang tertera di pesan email yang dikirimkan Ken. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Walaupun dia sangat bahagia dan terburu-buru tapi dia masih menginginkan nyawanya. Jika dia kecelakaan dan tak terselamatkan anaknya akan menjadi anak yatim. Sungguh ia tak mau anaknya mengalami itu.

Dengan rasa bahagia, dia membuka pintu mobil tergesa-gesa setelah sampai di tempat tujuan.

Kakinya tergesa-gesa menuju ke arah lift menuju lantai sang pujaan hatinya tinggal. Namun badannya langsung kaku melihat orang yang ada didalam lift saat lift terbuka.

"Ca..Carles.."

TBC...

Ya ampun, Matthew jahat banget ya sama adiknya. Ada pemberitahuan jika cerita ini akan menjelang And. Cerita tentang Matthew dan Davera akan di publish.

BABY TRIPLETSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang