Annisa,, gadis tomboy itu telah berubah. Penampilannya sekarang sungguh anggun dan manis berbalut gamis dan jilbab. Dulu jarang sekali Iqbal melihat Nisa memakai rok, kecuali seragam sekolah.
Iqbal ingat waktu masih kecil mereka senang bermain bola bersama, Annisa satu-satunya anak perempuan yang suka ikut main sepakbola. Meskipun mainnya asal tendang sana tendang sini.
Annisa jarang sekali menangis kalau terjatuh atau dibully teman-teman, mungkin pengaruh didikan ala militer dari ayahnya. Meski anak tunggal tapi tak pernah sekalipun Annisa manja. Dia anak yang periang dan baik hati. Sejak kecil Nisa selalu dibiasakan mandiri. Karena ibu Nisa tidak suka pakai jasa ART, jadi Nisa diharuskan membantu pekerjaan rumah. Annisa diperbolehkan bermain kalau tugas rumahnya sudah selesai.
Saat sama-sama duduk di bangku SMP dan di sekolahan yang sama, Annisa dan Iqbal selalu berangkat dan pulang bersama. Karena jarak sekolahan dengan rumah mereka sekitar 3km jadi mereka berangkat dengan bersepeda.
Annisa dibelikan kakeknya sepeda, namun ternyata meskipun tomboy tapi Annisa takut naik sepeda. Pengalaman waktu SD pernah naik sepeda dan tanpa sengaja menabrak kucing kesayangannya hingga membuat kucingnya pincang ternyata benar-benar menyisakan trauma mendalam bagi Annisa. Begitulah Annisa, hatinya sungguh lembut.
Iqbal kala itu termasuk keluarga yang masih kekurangan karena bapak ibunya harus membiayai sekolah 2 orang anak. Sehingga belum mampu membelikan Iqbal sepeda.
Ayah Annisa meminta tolong Iqbal untuk berangkat sekolah bersama Nisa, berboncengan memakai sepeda Nisa.Begitulah kehidupan masa lalu mereka sebagai sahabat sejak kecil. Seperti sejoli tak terpisahkan.
Perpisahan mereka kala itu tentu saja membuat seorang Iqbal yang tangguh dan Annisa yang tomboy bisa menangis bersama. Mereka berharap semoga kelak dapat berjumpa kembali.*****
"Le,, ada apa kok senyum-senyum sendiri gitu?" Tanya ibu Iqbal.
"Oh, mboten Bu. Iqbal cuma lagi lihat tingkah lucu kucing diluar situ." Jawab Iqbal berbohong.
"Owalah.. Kamu sudah makan belum? Ibu tadi belum sempat masak, ini dibawain oleh-oleh sama nasi lauk tadi." Kata ibu sambil membuka bungkusan kotak nasi dan kue.
"Belum makan, Bu. Lapar,, Iqbal pengen makan disini sama Bapak, Ibu dan Syifa."
"Wis, kamu makan sendiri saja dulu. Bapak masih tidur, Ibu masih kenyang. Tadi kami sudah makan disana. Syifa pulang sore, ada pramuka kalau hari Sabtu. Nanti malam kamu tidur disini kan? Mau makan pakai apa nanti malam? Biar Ibu masakin." Ibu membuatkan Iqbal teh panas dan mengambilkan piring bersih.
Ibu,, perlakuan dan kasih sayangnya tak pernah berubah sampai kapanpun, bahkan saat anak-anak sudah dewasa. Hal seperti ini yang selalu membuat Iqbal rindu pada Ibunya.
"Iqbal kangen rica-rica ayam buatan Ibu." jawab Iqbal sambil mulai mengambil nasi.
"Yo wis, nanti sore biar Bapak sembelih ayam 1 ekor. Bumbu ada semua, jadi Ibu ndak perlu ke pasar." Ibu duduk disamping Iqbal yang sedang asyik makan.
"Pelan-pelan makannya Le, kamu kayak 2 hari ndak makan saja."
"Iya, Bu. Maklum tentara, makannya banyak..hehehe..."
"Ririn kenapa ndak ikut?" Tanya Ibu pada Iqbal.
"Ririn nitip salam katanya buat Bapak Ibu. Ririn nanti ada praktek di rumah sakit, jadi belum bisa ikut kesini." Jawab Iqbal
"Kamu sama Ririn baik-baik saja, Le? Kapan Ririn mau ikut tinggal sama kamu?"
"Kami baik-baik saja, Bu. Tadi malam kami sempat jalan-jalan kok. InsyaALLAH nunggu Ririn selesai kuliah dan wisuda. Mungkin setahun lagi." Iqbal sedikit berbohong pada ibunya, tak ingin ibunya menjadi sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMA CINTA IQBAL (TAMAT)
General FictionLika-liku rumah tangga Iqbal (seorang tentara) dan Ririn (mahasiswi keperawatan), yang menjalani pernikahan jarak jauh alias LDM.