part 18

593 16 1
                                    

***************

"Rin, kamu mau kemana?" tanya Rangga ketika melihat istrinya tiba-tiba berbalik arah.

Ririn pura-pura tidak mendengar. Ia terus berjalan menjauh. Rangga pun menyusul dan menghadangnya.

"Kamu ini kenapa?" Rangga mulai kesal dengan sikap aneh Ririn.

"Emm,, aduh maaf Rangga. Tiba-tiba aku datang bulan. Aku pulang dulu ya, ganti baju, maaf aku tak bisa menemanimu kali ini. Daripada aku bikin malu. Mana kunci mobil? Mobilnya aku bawa dulu, nanti selesai meeting aku jemput kamu. Kalau kamu antar aku pulang khawatir mereka sudah menunggu." Ririn memang sedang datang bulan, namun sudah sejak tadi sebelum berangkat.

"Haduh, ada-ada saja. Ini kuncinya. Hati-hati pulangnya. Berarti nanti tidak jadi ke toko buku?"

"Jadi dong, nanti kan aku jemput kamu kalau selesai meeting, baru kita nanti ke toko buku. Aku istirahat dulu, perutku kurang nyaman ini."

Ririn pun meninggalkan restoran itu dengan perasaan tak menentu. Mengapa harus bertemu mereka? Kenapa mereka harus makan disana juga? Atau, jangan-jangan mereka adalah klien yang akan Rangga temui?? Tidak, pasti bukan. Itu tidak mungkin.
Aaaarrrrrgggghhhh... Ririn kesal.

********

Enam puluh menit lebih Ririn hanya tiduran di kamar. Tersiksa oleh rasa penasarannya tentang sosok Iqbal dan siapa klien Rangga. Apakah mereka orang yang sama?

Dibukanya kembali akun media sosial bodong miliknya. Belum juga diterima pertemanannya dengan Iqbal. Ririn mencoba mengingat-ingat nomor handphone mantan suaminya, buntu. Selama ini Ririn tak pernah menghafal nomor telepon, hanya nomornya sendiri saja yang dihafalkan.

[ Rin, bentar lagi aku selesai. Jemput sekarang! ]

Pesan dari Rangga membuat Ririn bergegas berangkat. Ririn akan menunggu di parkiran, melihat dari kejauhan siapa sebenarnya klien Rangga. Ririn benar-benar penasaran. Jelas-jelas tadi Ririn melihat Iqbal sedang duduk bercanda bersama wanita cantik yang pernah dia temui. Belum nampak gelas atau piring menu di hadapan mereka, terlihat mereka sedang menunggu, entah menunggu sesuatu ataupun seseorang.

Ririn tiba di parkiran restoran itu sekitar 25 menit kemudian. Dia hanya menunggu saja di dalam mobil dengan ditemani deru mesin dan AC. Lima menit berlalu, gawai Ririn bergetar.

"Hallo!" Ririn mengangkat telepon dari suaminya.

[ "Kamu sampai mana? Aku sudah lama menunggu." ] Suara Rangga terdengar sedang kesal

"Aku baru saja sampai parkiran. Sudah selesai meeting? Kamu sama siapa sekarang? Aku tunggu di parkiran saja ya."

[ "Sudah selesai sejak 10 menit yang lalu. Kamu sudah makan belum? Kesini kalau belum makan." ]

"Emm,, klien kamu masih disitu kah?" Tanya Ririn hati-hati.

[ "Aku sendirian, klienku sudah keluar beberapa menit yang lalu. Kamu lapar tidak? Cepat kesini kalau kamu belum makan, baru kita jalan ke toko buku." ]

"Aku belum makan, ya sudah, aku kesitu sekarang. Tolong pesankan makanan, aku mau sop daging saja."

*********

"Bagaimana tadi hasil meetingnya? Deal?" Tanya Ririn saat perjalanan menuju toko buku, tak kuasa menahan gejolak rasa ingin tahunya.

"Deal. Tapi ada beberapa bagian yang akan direvisi seperti keinginan istrinya. Istrinya lebih detail ternyata dari pada suaminya."

"Ooh, ya wajarlah, memang seorang istri lebih rewel untuk urusan rumah daripada suami. Kerja apa suaminya? Tentara?" Ririn mulai menduga-duga.

"Bukan, dia pemilik toko emas. Minta dibuatkan rumah untuk istri keduanya. Dasar wanita materialistis, masih muda dan cantik kok mau-maunya dinikahin bapak-bapak botak yang sudah tua. Jadi istri kedua lagi."

DILEMA CINTA IQBAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang