Iqbal lelah, hampir saja dia putus asa. Tak satu pun mobil yang dikenalinya. Apakah mereka sudah pulang?
Iqbal memutuskan istirahat dan berhenti dahulu sebelum pulang. Emosi terpendam yang dirasakan Iqbal benar-benar menguras tenaganya.Dilihatnya ada sebuah warung kosong. Iqbal memarkir motornya disamping warung tersebut. Iqbal duduk di kursi sambil memandang bibir pantai yang sesekali tersapu ombak kecil.
Pikiran Iqbal menerawang jauh, sedikit meratapi nasib pedih yang menimpa pernikahannya. Namun semua ini sudah takdir, Iqbal hanya bisa pasrah dan yakin dia bisa melaluinya.
Ririn semakin sulit untuk dipercaya. Kebohongan Ririn mulai terungkap sedikit demi sedikit. Demikian juga dengan sikap Ririn yang seolah menganggap Iqbal hanya suami pajangan. Sedikitpun tak bisa menghargainya. Iqbal semakin tidak menyukai Ririn.
Tiba-tiba mata Iqbal tertuju pada seseorang yang sangat dia kenal.
Kesabaran Iqbal sudah habis, tak mampu lagi menahan emosi di hatinya.
Iqbal berlari kencang, tangannya mengepal."RIRIN!!!!" Teriak Iqbal, hatinya membara melihat istrinya sedang berjalan di tepi pantai ditemani seorang lelaki bernama Dimas, tangan mereka saling bergandengan.
Ririn sungguh terkejut. Segera dilepasnya tangan Dimas. Ririn ketakutan melihat Iqbal yang terlihat sangat marah. Belum pernah Ririn melihat suaminya seperti ini.
Iqbal semakin mendekat. Diraihnya kerah kaos Dimas. Didorongnya badan Dimas menjauh dari Ririn. Emosi Iqbal memuncak, bogem mentah dia layangkan pada rahang Dimas.
Ririn menjerit. Seketika teman-temannya dan beberapa pengunjung pantai yang berada tak jauh dari mereka pun berdatangan.Dimas oleng sesaat, merasakan bibirnya yang perih, darah segar terasa mengalir. Darahnya terasa ngilu. Dimas berusaha bangkit saat melihat Iqbal mendekatinya lagi.
Baku hantam 2 lelaki itu tak bisa dielakkan lagi. Ririn menangis dan menjerit-jerit."HENTIKAAAAAAN!!!!!!! MAAAASSS,,, HENTIIIKAAAAN!!!!! IQBAAAALLLLL.....DIMAAAAASSS..... BERHENTIIIIIIIII!!!" Ririn berusaha melerai. Namun usahanya selalu gagal, Ririn tersungkur di atas pasir.
Orang-orang pun berusaha melerai mereka, beberapa orang memegang Iqbal, beberapa yang lain memegangi Dimas. Iqbal berusaha berontak, belum puas dia luapkan emosinya. Mereka berusaha menenangkan 2 lelaki itu.
Petugas pengawas pantai datang saat ada pengunjung yang melaporkan perkelahian ini.
Saat petugas tiba di lokasi, ternyata keadaan sudah mulai kondusif namun masalah masih belum terselesaikan."Ada apa ini? Mengapa ribut-ribut di pantai ini? Apakah Anda berdua tahu bahwa Anda telah membuat pengunjung yang lain merasa terganggu? Anda bisa kami laporkan pada pihak berwajib!" Kata petugas itu.
"Jangan lapor polisi, Pak. Ini masalah keluarga kami. Tolong biarkan kami selesaikan secara kekeluargaan dulu. Maafkan kami atas kejadian ini!" Kata Ririn, mana mungkin Ririn membiarkan masalah ini dikasuskan, apa kata Papa dan Mama nanti? Orang-orang juga bisa tahu masalah ini nantinya, nama baik Ririn dan keluarganya dipertaruhkan.
Ririn meminta petugas dan para pengunjung meninggalkan mereka. Tak lama kemudian mereka pun membubarkan diri. Kini hanya tinggal Ririn, Iqbal, Dimas, dan 5 orang teman Ririn.
Iqbal dan Dimas terdiam, deru nafas mereka masih menyimpan dendam.
"Apa-apaan kamu ini, Mas??" Tanya Ririn dengan emosi pada Iqbal.
Iqbal menoleh pada Ririn, tajam matanya menatap istrinya itu.
"Aku yang harusnya tanya sama kamu, ngapain kamu disini berduaan dengan laki-laki lain?"
"Ririn nggak berduaan, kami sama teman-teman. Mas jangan bikin fitnah." Ririn tetap mengelak.
"Rin, aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu sedang jalan berduaan dengan lelaki ini. Apalagi yang mau kamu bantah?" Iqbal mulai habis kesabaran menghadapi Ririn.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMA CINTA IQBAL (TAMAT)
General FictionLika-liku rumah tangga Iqbal (seorang tentara) dan Ririn (mahasiswi keperawatan), yang menjalani pernikahan jarak jauh alias LDM.