***************
"Bapak, Ibu, Iqbal mau minta maaf yang sebesar-besarnya." Iqbal tertunduk dihadapan orangtuanya.
"Minta maaf kenapa, Le?" Tanya Ibu Iqbal heran.
"Iqbal sudah ndak kuat mempertahankan pernikahan Iqbal dengan Ririn, Iqbal rencananya ingin bercerai."
Bapak dan Ibu Iqbal sama-sama terkejut.
"Ada apa sebetulnya? Ndak ada hujan, ndak ada angin kok tiba-tiba kamu bicara seperti itu? Hati-hati kalau ngomong cerai." Tanya Bapak.
"Maaf, Pak. Iqbal tak pernah cerita tentang kehidupan rumah tangga Iqbal selama ini. Iqbal tak mau menjadi beban dari Bapak Ibu. Tapi sepertinya sekarang sudah waktunya Bapak Ibu tahu yang sebenarnya."
"Apa masalahnya karena Ririn benar-benar ndak mau ikut kamu ke Malang sampai kapanpun?" Ibu mencoba menduga-duga.
"Mboten, Bu. Masalahnya ndak cuma itu. Tapi......" Iqbal merasa ragu dan takut untuk melanjutkan.
"Tapi apa?" Ibu semakin penasaran.
"Tapi karena Ririn hamil."
"Alhamdulillah kalau hamil.. Bapak Ibu senang akhirnya sebentar lagi bisa nimang cucu. Lha tapi kenapa kok kamu malah mau cerai?" tanya Ibu. Terlihat binar kebahagiaan di mata Ibu, memang Ibu sangat ingin sekali bisa secepatnya punya cucu.
"Karena..... Karena..... Emmm,,, Iqbal rasa itu bukan anak kandung Iqbal."
"Astaghfirullah!!!" Bapak, Ibu dan Syifa kompak mengucap istighfar.
"Maksudmu piye, Le??" Tanya Bapak.
"Ririn selingkuh, Pak. Iqbal sudah lama ndak menyentuh Ririn. Iqbal yakin itu anak Ririn dengan selingkuhannya."
"Innalillahi.. Kamu yakin itu?"
"Nggih, Bu. Iqbal pernah memergoki Ririn berduaan di pantai dengan lelaki lain."
"Duh Gusti.. Kenapa jadi seperti ini? Astaghfirullah.. Dosa apa Ibu sampai punya mantu seperti itu?" Ibu tak mampu lagi menahan tangisnya.
Iqbal segera bersujud dan mencium kaki ibunya. Hati Iqbal terasa pilu dan sangat merasa bersalah melihat ibunya menangis seperti itu.
"Bu,, ampuni Iqbal yang gagal mendidik istri Iqbal. Maafkan Iqbal yang selalu menyusahkan Ibu Bapak, maafkan Iqbal membuat Ibu menangis." Iqbal terisak.
Ibu memegang bahu Iqbal, mengangkat wajah Iqbal dan memintanya untuk bangun. Iqbal masih menangis di pangkuan ibunya. Semua keluarga Iqbal ikut terisak, larut dalam kesedihan yang mendalam.
"Sudah, Le,, Sudah.. Ibu tahu kamu anak yang sholeh, ndak mungkin kamu sengaja ingin bercerai tanpa alasan yang dibenarkan agama. Kalau memang kamu sudah benar-benar memikirkannya dengan baik, apapun keputusan kamu, Bapak Ibu akan mendukung dan mendoakanmu. Ibu percaya, disetiap ujian dan cobaan pasti ada hikmahnya." Ibu berkata sambil memeluk Iqbal.
"Iya, Mas. Syifa dukung keputusan Mas ini. Syifa ndak suka sama mbak Ririn dan keluarganya. Sombong. Ndak bisa menghargai keluarga kita, kalau lebaran malah Bapak Ibu yang kesana. Harusnya kan mereka yang silaturahmi kesini." Syifa ikut bicara.
"Sholat istikharah dulu, Le. Minta petunjuk dari ALLAH, mana jalan keluar yang terbaik untuk kalian. Bapak khawatir, kamu cuma cemburu saja dan menduga-duga tentang siapa bapak bayi itu. Bagaimana kalau ternyata memang itu anak kamu? Bukankah jadinya kamu malah berdosa nanti kalau menelantarkan anak istrimu?"
"Nggih, Pak. Iqbal paham dan sudah memikirkan hal itu. Setelah bayi itu lahir, Iqbal akan minta test untuk mengetahui lebih jelas bapak kandung bayi itu siapa. Kalau terbukti bukan Iqbal, nanti bukti test itu Iqbal pakai untuk mengajukan cerai. Selama menunggu kelahiran bayi itu, Iqbal akan terus doa dan sholat minta petunjuk yang terbaik untuk Iqbal."
KAMU SEDANG MEMBACA
DILEMA CINTA IQBAL (TAMAT)
General FictionLika-liku rumah tangga Iqbal (seorang tentara) dan Ririn (mahasiswi keperawatan), yang menjalani pernikahan jarak jauh alias LDM.