part 19

1.1K 32 2
                                    

***************

Hari ini pukul 10 pagi, akan diadakan upacara pemakaman Ririn. Terlihat kesedihan yang teramat mendalam di wajah orangtuanya. Bahkan bu Saiful, mama Ririn, sampai pingsan berkali-kali. Pak Saiful pun tak kuasa menahan tangisan atas kepergian putri satu-satunya.

Kecelakaan itu telah merenggut nyawa Ririn setelah sempat koma selama 3 hari.
Sore itu saat masuk waktu maghrib, Ririn melajukan kendaraan dengan cepat. Tiba-tiba mobil ririn terlihat oleng lalu berbalik ke kiri dengan cepat. Tabrakan dengan pagar besi sebuah rumah tak terhindarkan. Benturan keras membuat tulang rusuk Ririn patah, dan perdarahan otak yang cukup berat. Kondisi semakin buruk akibat Ririn diduga lupa tidak memakai sabuk pengaman.

Meskipun bantuan cepat datang, namun keadaan Ririn memang parah. Sejak kejadian hingga 3 hari di ICU, tak pernah sedetikpun Ririn sadar dari komanya.

Kecelakaan yang dialami Ririn adalah kecelakaan tunggal. Menurut warga sekitar, di daerah itu memang sering terjadi kecelakaan, apalagi waktu maghrib. Entahlah, banyak yang bilang kalau jalan itu angker. Sudah berkali-kali korban berjatuhan.

********

"Abang, antarkan Nisa takziyah ke rumah dokter senior. Tadi pagi kabarnya putri beliau meninggal pasca kecelakaan mobil. Ternyata kemarin yang kecelakaan tidak terlalu jauh dari kedai itu putri beliau. Kasihan, berat sekali pastinya kehilangan putri tunggal beliau." Nisa tak kuasa membendung kesedihannya.

"Jam berapa pemakamannya?"

"Informasinya jam 10 nanti. Tapi terserah Abang saja bisanya antar jam berapa."

"Hari ini ada apel tertib dan jamdan <jamdan=jam komandan> , mungkin nanti diatas jam 10 baru bisa ijin. Bagaimana?" tanya Iqbal.

"Iya, nggak apa-apa kok. Yang penting kita takziyah kesana."

**********

Iqbal dan Nisa meluncur menuju rumah duka. Rekan Nisa sudah menginformasikan alamat dan share lokasi rumah duka. Sekitar 45 menit akhirnya mereka sampai juga. Rumah itu masih lumayan ramai, namun sepertinya pemakaman sudah selesai. Nisa melirik jam di tangannya, pukul 11 lebih.

Nisa mengajak Iqbal menemui dokter seniornya yang sedang duduk bersimpuh diatas karpet dikelilingi oleh sanak saudara dan kerabat.

Betapa terkejutnya Iqbal saat melihat mantan mertuanya diantara kerumunan orang tersebut. Belum habis rasa terkejutnya Iqbal, sebelum mereka menemui tuan rumah, Nisa memperkenalkan pada Iqbal bahwa dokter Saiful adalah dokter seniornya yang sedang mengalami musibah kehilangan putri tunggalnya.

Waktu tiba-tiba terasa berhenti bagi Iqbal. Nafasnya menjadi berat. Kakinya lemas, hingga bibirnya membeku dan kelu, tak kuasa mengucapkan apa-apa.

"Abang, kenapa Abang seperti ini? Abang sedang sakit?" tanya Nisa khawatir saat melihat perubahan rona wajah dan sikap suaminya.

"Innalillahi wa innailaihi roji'un.." Iqbal tersadar, hanya kalimat itu yang terucap dari mulutnya.

"Abang kenapa?" Nisa mengusap-usap tangan suaminya.

"Di-dia... Dia mantan istriku." Iqbal berucap lirih dan terbata.

"Hah,,, apa maksud Abang?" Nisa kebingungan dengan perkataan Iqbal.

"Yang meninggal, mantan istriku."

"Astaghfirullah.." Nisa kaget hingga tak sadar dia menjerit kecil.

Orang-orang menoleh pada Nisa. Pak Saiful mengangkat kepalanya, dilihatnya dokter Annisa dan......... Pak Saiful terkejut, dokter Annisa dengan Iqbal??

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DILEMA CINTA IQBAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang