"Ha dimana nih gua?" Itulah yang aku pikirkan, setelah terbangun dari tempat tidur diruang UKS.
Ternyata aku masih di sekolah swasta yang mencoba untuk menjadi sekolah internasional yang berada di Jakarta.
Seingatku, sekolahku sedang merayakan hari ulang tahun yang ke-20.
Banyak yang masih aku belum pahami setelah aku terbangun dari tidurku.
Seingatku lagi, kelasku sedang menampilkan sebuah drama kolosal yaitu drama anak kelas 12-A.
Di kelas, Aku termasuk golongan orang yang pintar karena kata teman-teman sekelas, aku selalu mendapat nilai diatas 90 dan sering disebut anak 'kutu buku'.
Walaupun di cap sebagai anak 'kutu buku', tapi semua masih mau menerimaku sebagai teman mereka.
Yah, aku tak tahu apakah mereka tulus untuk berteman denganku apa tidak.
Tapi ada satu temanku yang sudah aku anggap sebagai sahabatku. Dia adalah Gerald van Wahyuno.
Temanku dari kecil hingga kami belajar disekolah yang sama. Dan dia adalah teman satu-satunya yang dapat aku percaya. Karena saat aku mengalami masalah broken home, dia selalu memberikan semangat dan saran-saran yang berguna bagiku.
Ya, walaupun kami termasuk golongan orang-orang tajir, kami tidak pernah menyombongkan hal itu. Kami tahu bahwa itu hanya milik orang tua kami, sehingga banyak yang menganggap kami sebagai cowok yang tajir.
Apalagi para wanita. Mereka sering memanggil kami sebagai 'cogan tajir'.
***
13 Oktober, merupakan tanggal ulang tahun sekolahku yang ke-20.
Saat itu, kelasku diharuskan untuk membuat suatu karya untuk memeriahkan ulang tahun sekolah dan itu sebagai tambahan nilai untukku dan teman-teman satu kelas.
"Bagaimana kita pilih PITUNG ANAK SEKOLAHAN?" tanya ketua kelas.
"Boleh tuh!"
Dan kami semua sepakat memilih untuk menampilkan drama kolosal yang berjudul PITUNG ANAK SEKOLAHAN.
Semua anak kelas termasuk diriku, melakukan rapat perdana untuk menentukan peran-peran yang akan diberikan.
Didalam cerita itu, aku ditunjuk untuk menjadi si pitung karena aku bisa bela diri.
"Gimana Retno yang jadi pitungnya? Kan dia bisa bela diri tuh?!" ujar salah satu temanku yang mengusulkan aku menjadi pemeran utama.
"Eh gak-gak, si Gerald lebih bisa dibandingkan dengan gua."
Aku dengan tegas menolak peran utama itu. Karena aku malu kalau jadi pusat perhatian banyak orang nanti.
"Kalau si Retno menolak, apa ada yang mau ngambil peran ini?" tanya ketua kelas yang berada di depan meja guru.
Semua terdiam dan saling menengok kanan kiri. Mereka saling melirik satu sama lainnya untuk menemukan sosok yang cocok memainkan peran utama ini.
"Oke-oke kalo gitu, gimana Ger, lu siap buat ngambil peran si Pitung?" tanya ketua kelas.
"Eh kok gua sih? Gua lebih nyaranin sih Retno," jawabnya melirik ke arahku.
"Lah lu lebih jago dibandingkan gua," ujarku yang melempar peran itu kepadanya.
"Apaan lu lebih jago."
Aku dan Gerald saling melempar kata untuk peran utama ini. Ketua kelas yang melihat kami berdebat merasa jengah melihat kami berdua.
"Oke-oke kalau gitu gimana kalo kita tentukan lewat voting?"
Saran ketua kelas langsung disetujui oleh teman sekelas. Termasuk diriku dan Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus Injection Blood [END] ✓
Science FictionMenceritakan Retno beserta kedua teman ceweknya, Mawar dan Melati, mencari cara untuk bisa ke tempat perlindungan yang terbesar di daerah Jakarta, GBK (Gelora Bung Karno). Sebelumnya, Retno yang terjebak di ruang UKS sendirian dan terkunci dari luar...