Part Extra

132 18 11
                                    

Sudah dua jam berlalu setelah dia pergi meninggalkan teman sekaligus orang yang dia cintai, Retno. Mawar yang saat ini sedang mengendarai sepeda motor itu, pikirannya sedang kalut. Bagaimana tidak, orang terpenting baginya sudah tidak ada disampingnya dan menemaninya saat ini.

"Kenapa kalian berdua begitu tega ninggalin gua sendiri sih?"

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di dalam otaknya. Sesekali dia meneteskan air mata ketika mengingat kejadian itu.

Ingin sekali dia membantu Retno dan menyembuhkannya. Namun dia tidak bisa apa-apa dan tidak mempunyai obat anti virusnya.

Jika saja dia diberi pilihan oleh Tuhan, Mawar akan memilih bersama dengan Retno sampai akhir hayatnya. Tetapi itu mustahil dia lakukan karena penolakan dari orang yang dia cintai itu.

"Kakak, apa abang Retno tidak menyusul kita, kak?"

Farah, bocah yang masih berumur 10 tahun itu sedari tadi terus menanyakan hal yang sama. Dirinya masih berpikiran kalau Retno akan menyusul mereka.

Namun harapannya sia-sia. Sudah dua jam berlalu sampai matahari hampir terbenam karena sudah menunjukkan pukul 18.00 tidak ada tanda-tanda dari Retno.

"Kak, ayo kita balik lagi... Ayo kita ajak bang Retno, kak...."

Mawar yang sedari tadi pikirannya sedang kalut-marut dan pertanyaan yang sama, membuat dirinya naik pitam.

"Udah gua bilang berapa kali sih... dia bilang kita harus pergi dari sana tanpa. Mengerti gak sih lu?!"

Farah yang notabennya masih anak-anak, jika dia dibentak pastilah akan nangis. Ternyata benar, setelah dibentak oleh Mawar, dirinya nangis sejadi-jadinya.

Mawar yang baru saja sadar akan ucapannya barusan, langsung tersentak dan berniat berhenti sejenak dari perjalanan yang muter-muter sedari tadi menghindari blokiran dan para zombie yang menghadang.

"Maafkan kakak y-"

*Cekit... Jedar!*

Tiba-tiba ban motornya meletus. Mawar serta Farah yang masih diatas motor, terpental dari motornya karena kehilangan keseimbangan.

Untungnya Mawar menurunkan kecepatan, sehingga kecelakaannya tidak terlalu parah. Lalu Mawar yang hanya tergores di kedua lengannya itu, langsung bangkit dan pergi mencari Farah yang terpisah darinya.

"Farah... Farah!"

Mawar terus menyebutkan nama Farah dengan berteriak. Dia sudah tidak ada ketakutan akan suaranya bakal di dengar oleh para zombie. Yang dia inginkan adalah menemukan Farah secepatnya.

"Farah? Farah!"

Dengan cepat, Mawar menemui tubuh dari seseorang yang dia cari dari tadi. Farah yang saat ini pingsan karena syok itu, mengalami pendarahan di kepalanya serta di seluruh tubuhnya penuh dengan luka.

"Bertahanlah!"

Kemudian, Mawar membuka tas yang sudah rusak akibat kecelakaan tadi. Dia mengambil perban serta alkohol untuk membersihkan luka-lukanya.

Belum sempat Mawar mengeluarkan alkoholnya, dari arah sebrang rel kereta itu, terdapat ratusan zombie yang ingin menghampiri mereka. Zombie-zombie itu terlihat begitu sangat ingin menerkam mereka berdua.

Untungnya di kedua sisi rel itu, tertahan oleh pagar yang berwarna hijau muda. Lalu di pintunya, terpasang gembok dan rantai. Jadi saat ini mereka masih aman.

"Untung aja masih ada pagar itu."

Lalu Mawar mengeluarkan alkohol dan langsung dituangkan sedikit demi sedikit ke kain kasa yang masih bersih itu. Perlahan-lahan, dia mengusap luka-luka yang ada di tubuh Farah.

Virus Injection Blood [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang