Menolong Gadis

84 21 0
                                    

***

Beberapa jam berlalu, aku tiba di sebuah perkampungan yang banyak gang-gang sempit.

Entah kebetulan atau tidak, dulu aku pernah ke sasar di sini. Lalu, aku ditolong oleh bapak-bapak yang sedang bermain catur bersama temannya dan satu lagi yang sedang asik menonton mereka.

Walaupun disini perkampungan yang kumuh dan padat, tetapi perkampungan ini sangat baik kepada orang lain. Apalagi orang-orang disini ramah-ramah dan murah senyum. Udah gitu, aku melihat jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya cukup dekat dan mereka saling tolong menolong.

Berbeda kehidupan di daerahku yang notabennya daerah perumahan komplek yang elite. Jarang ada yang keluar atau bikin suatu acara dengan para tetangga. Paling-paling, acara tujuh belas Agustusan saja. Itu juga hanya sampai siang, selebihnya langsung berangkat kerja.

Tinggalkan cerita wilayah perumahan, dulu aku pernah melewati jalan pintas untuk bisa pergi ke arah Barat yang di tunjukkan oleh para bapak-bapak itu. Jalan itu ternyata, hanya bisa dilalui satu motor saja, saking sempitnya.

"Untung dulu gua pernah ke sini, jadi gua udah tau jalan-jalan yang cepat ke son..."

Namun setelah belokkan kedua dari gang, ternyata ada segerombolan zombie sedang menunggu di satu rumah yang ada pagarnya.

"Oh no! Kenapa mereka bergerombol disana?" Ungkap ku dalam hati.

Dengan cepat, aku menarik tubuhku dan bersembunyi di dinding tembok agar tidak terlihat oleh mereka.

Setelah aku menilik kembali rumah itu, aku melihat ada seseorang yang sedang mengintip lewat jendela.

"Kenapa dia ada disana?" gumamku dalam hati dan menarik kembali kepala.

Aku menilik kembali sekali untuk memastikan siapa dia. "Bukannya itu anak dari bapak yang sudah menunjukkan jalannya ke gua? Kenapa dia masih tinggal di rumahnya?"

Kayaknya dia terjebak disana bersama dengan keluarganya. Namun malang nasib untuk bapaknya. Beliau sudah menjadi zombie. Aku melihat beliau di belokkan gang tadi.

Waktu pertama kali aku melihat beliau, aku sempat kaget karena bapak itu sudah menjadi bagian dari mereka. Jika aku pikir-pikir sewaktu pertama kali bertemu dengannya, beliau adalah orang yang sangat perhitungan dalam bertindak.

Dulu sewaktu aku ditunjukkan arah olehnya dan anaknya yang mengikuti kami, dia menanyaiku banyak hal dalam kehidupanku. Entah apa tujuannya menanyaiku, aku tidak tau. Lalu sekarang aku tau kenapa dia menanyaiku.

Karena menurut informasi yang aku dapatkan, di perkampungan ini, tiga tahun sebelumnya pernah ada teroris yang menyamar sebagai anak remaja sekolahan terdekat. Lalu dirumah teroris itu, meledak dengan banyak asap yang membumbung tinggi ke angkasa, akibat ledakan bom.

Karena itulah, para bapak-bapak itu bergantian menjaga di pos ronda dengan ditemani catur serta kopi, walaupun disiang hari.

"Sungguh kasian... pasti beliau menjadi zombie karena suatu hal yang dia harus pertahankan," gumamku yang memberikan penghormatan terakhir dengan menutup kedua mata sambil berdo'a agar dia tenang di sana.

Sebagai bentuk rasa terima kasihku padanya, aku harus menyelamatkan anaknya apa pun yang terjadi.

Dengan cepat, aku memikirkan rencana untuk bisa masuk ke pekarangan rumah itu sebelum terlambat. Karena pagar rumahnya itu kelihatannya sudah tidak kuat lagi dan mereka akan menerobos pintu itu.

Hanya ada satu yang ada di pikiranku saat ini, yaitu mengalihkan perhatian mereka semua ke suatu rumah yang besar.

Karena mereka tertarik dengan suara, aku harus melempar ke salah satu rumah. "Nah, rumah itu aja lah,”  kataku  sembari mengambil batu.

Virus Injection Blood [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang