Mengajari Menembak

115 23 0
                                    

Wajah dari kedua wanita yang berada di depanku ini berubah menjadi kaget karena ucapan dariku.

"Ke... ke... kenapa bisa begitu Retno? Apa ada yang rusak?" tanya Melati dengan raut muka yang panik.

“Kalo gua liat penyimpanan listriknya sih gak rusak, cuman yang rusak itu panel surya yang kelihatannya tersambar petir,” jawabku dengan cepat untuk menenangkan para gadis ini.

"Dan mungkin, sistem daya penyimpanan listrik ini, hanya bisa sampai dua minggu paling lama," lanjutku menyambung perkataanku sebelumnya.

Kenapa aku bisa mengetahui soal panel surya yang tersambar petir ini, karena sewaktu aku bersama dengan mereka pertama kali, aku langsung menuju tempat sumber daya cadangan listrik yang berada di lantai atas. Tentu saja, ini berkat Mawar yang mengasih tau soal sistem listrik yang masih berjalan sewaktu kami bertemu di ruang kelas pada hari itu.

Langsung saja aku mengecek sistemnya apakah masih bisa beroperasi untuk waktu yang lama atau tidak. Ternyata sistem panel suryanya tersambar listrik karena ada bekas gosong di keempat panel  surya itu. Namun tidak dengan sistem daya simpan listriknya yang masih bagus dan sudah aku perkirakan bisa sampai dua minggu ke depan paling lama.

“Setelah dua minggu, kita mau pergi kemana no?”

Mendengar Mawar bertanya seperti itu, membuatku bingung juga.

Karena aku masih tidak tau kemana harus pergi dari tempat ini. Kata ayahku, aku harus ke tempat pengungsian yang besar. Namun khawatir dengan mereka berdua. Aku tidak tau apa Mawar dan Melati bisa bertahan di jalan dengan penuh zombie yang berkeliaran di jalan atau tidak.

Jika aku pergi ketempat ayahku, itu sangatlah jauh.

Bisa menghabiskan 3 hari di jalan dengan berjalan kaki dan itu juga kalau tidak ada mereka yang terinfeksi.

Aku terus memikirkan bagaimana kami bisa pergi ke pengungsian yang paling dekat dengan daerah sekolah kami.

Ah… memikirkannya saja membuat kepalaku pusing. Soal itu, aku pikirkan saja nanti dan sekarang aku harus fokus untuk mengajari mereka ilmu bela diri dan menguatkan stamina mereka.

***

Seminggu berlalu, mereka berdua berkembang cukup pesat dengan latihan yang aku berikan.

Sehingga membuatku merasa sedikit lebih lega karena mereka bisa menjaga diri mereka sendiri.

Dan aku harus memikirkan bagaimana untuk kami semua pergi ke pengungsian yang lebih besar dan di jaga oleh pihak militer.

“Hari ini kalian berdua sudah bisa menguasai teknik-teknik yang sudah gua ajarin, tapi kalian harus ingat, selemah apapun musuh jangan pernah meremehkan mereka, karena dibalik kelemahan mereka pasti mereka mempuyai kelebihan yang terpendam," ujarku turun dari matras yang kami gunakan sebagai latihan di halaman sekolah.

“Iya no makasih udah ngajarin gua ama Melati,” ucap Mawar dengan senyumannya

“Iya Retno, aku sama Mawar udah diajarin sama kamu, makasih ya... ,"tambah Melati mengucapkan terima kasihnya kepadaku.

“Iya ga papa kok, hehe… "

Ketika aku mengatakan seperti itu, kepalaku langsung mengingat sesuatu yang sangat penting. Tapi aku melupakan sesuatu yang sangat penting itu kepada mereka berdua.

Aku terus memikirkan apa yang sudah aku lupakan untuk mereka berdua. Aku masih tidak ingat sesuatu yang sangat penting itu.

“Eh no... ada apa dengan muka lu? Kaya orang kebelet boker aja, Haha… ”

Virus Injection Blood [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang