Tragedi yang Sebenarnya

90 19 0
                                    

*Puk!*

Bahuku seperti ada yang menepuk dari belakang. Aku yakin, tepukan ini pasti dari salah satu mereka.

“Mawar, Melati, lu berdua dari mana aja gua car…”

Ternyata aku salah. Yang menepuk bahuku adalah si kakak, pengawal Gerald.

“Hoy! Gua disuruh ama tuan untuk bawa lu ke rumah utama!" gerutu si kakak kepadaku.

“Kenapa dia manggil gua?” tanyaku.

“Mana gua tau, dan lagi kalo dia gak nyuruh gua, mana mau gua berurusan ama lu!” sindirnya.

Aku dan si kakak langsung pergi ke rumah Gerald. Dengan perasaan yang tak enak meninggalkan Mawar dan Melati, aku harus pergi menemui Gerald.

"Mungkin, dia ketemu ama mereka..." harapku.

***

Setelah aku sudah tiba di rumah Gerald dan masuk ke ruangannya, aku melihatnya sedang asik menyusun berkas-berkas. Terlihat, dia begitu serius menyusun berkas-berkas itu. Lalu aku memanggil namanya sebanyak tiga kali. Namun dia tetap memilah berkas-berkas itu.

Karena tidak ada jawaban darinya, langsung saja aku mengatakan hal yang sebenarnya. "Jadi, apakah sekarang waktunya itu?"

Mendengar pertanyaan dariku, membuat Gerald tersentak kaget. Kemudian, dia menoleh ke arahku yang sedang melipat kedua tangan ini di depan dadaku.

"Eh, ternyata lu udah ada ya. Kok lu gak—"

Belum selesai dia berbicara aku langsung memotong ucapannya. Karena aku sudah tau, apa yang akan di ucapkannya. "Udah gua panggil beberapa kali pun, lu tetep asik menyusun berkas-berkas itu..."

"Sorry-sorry..." ucapnya dengan menggaruk-garuk rambut dengan tangan kanannya.

“Oh ternyata lu udah baikan Gerald.” Kataku dengan kondisinya yang kemaren.

“Iya nih udah baikan gua setelah gua tidur ama minum obat.” Balasnya dengan tersenyum ramah kepadaku.

“Terus lu manggil gua buat apa Ger? Lu mau ngajakin gua buat ngobrol doang? Sorry gua gak bisa, sebenernya gua juga ada masalah...” ujarku yang mengira kalau dirinya itu sedang mau mengobrol saja denganku.

“Dasar cowok tidak tau di untung, berani sekali lu ngomong kaya gitu ke tuan!” kata si adik dengan tatapan tajam.

“Sudah-sudah, sekarang kalian berdua tinggalkan kami berdua disini, ada yang mau gua sampaikan ke sahabat gua.” perintah Gerald menyuruh kedua cewek itu keluar.

“Tapi tuan—”

Gerald langsung menatap tajam ke kakak yang mana membuat si kakak tersentak kaget ketakutan.

“Baik tuan.”

Akhirnya mereka pergi keluar meninggalkan aku dan Gerald. Setelah pintu tertutup, aku langsung menanyakan ke Gerald, kenapa dia sampai memanggilku kemari.

Lalu dia menawarkan untuk duduk sembari minum yang sudah di siapkan olehnya itu. Merasa tak enak kalau tidak meminumnya, aku mengikuti ajakkannya dan sesekali menyeruput teh yang ada dihadapanku.

Setelah aku duduk sembari meminum teh ini, dia mulai menjelaskan alasannya memanggilku kemari.

“Ini masalah pertanyaan tadi siang yang belum gua jawab..." Dia memberikan sebuah file dan menaruhnya di hadapanku. "... nih alasannya!”

Setelah dia meletakkan beberapa file itu di hadapanku, aku mulai mengambil salah satu dari file itu, lalu aku membaca judulnya. “Apa!! Bukannya ini file tentang percobaan VIB di buat ya?”

Virus Injection Blood [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang