🌫 Beberapa Hari

2.9K 439 41
                                    

Jam 15.00 teng Lian sudah ada di rumah Irsya, duduk manis di atas sofa. Mau mengerjakan tugas bareng niatnya. Menyambung laporan mereka beberapa hari yang lalu.

Laptop sudah terbuka di atas meja di ruang tamu. Cola dingin dan berbagai jenis cemilan juga ikut menghiasi meja. Mulai dari yang asin, manis, hingga pedas.

Irsya ada di seberangnya, duduk di lantai di antara sofa dan meja. Mepet tapi muat. Kan badan Irsya kecil.

Dan lantai di ruang tamu sudah semuanya berlapis karpet bulu yang hangat, sumbangan dari Kakek begitu lihat lantai ruang tamu belum dikasih alas.

Kakek itu sudah hafal kebiasaan Irsya yang hobinya suka belajar di lantai bermodalkan meja kecil doang. Sandarannya tinggal cari dinding atau sofa yang diabaikan. Ngga suka belajar di atas kursi.

Nah, Kakek kan jadinya was-was, takut Irsya masuk angin kalau lama-lama duduk di atas lantai dingin.

Jadi, waktu kemarin kebetulan Kakek berkunjung ke sini, sekalian lah beliin karpet buat rumah Irsya.

Bukan Kakek sih yang beli, Mama Irsya yang pesankan. Tapi pakai uang Kakek bayarnya. Kan Kakek yang mau bersedekah sama cucu.

Berujung Yogi sama Hansel minta jatah sumbangan juga. Mintanya mobil baru, tapi ngga kesampaian soalnya kontrakan mereka cuma muat parkir satu mobil doang. Dua mobil ngga muat.

Jadi ya kalau mau nambah mobil lagi, mau nggak mau mereka harus pindah kontrakan dulu ke tempat yang lebih strategis.

Hmm ....

Dan sekarang tepat jam 15.30, Hansel datang ke rumah Irsya.

Eh?

Kan lagi ada Lian.

Waduh.

Nanti malah perang.

Penampilan Hansel yang nyentrik sebagai mahasiswa kedokteran selalu jadi ciri khas. Celana kargo hitam, kaus putih kebesaran, topi putih dan jaket tebal abu-abu.

Dokter darimananya coba?

Mana mukanya lecek banget lagi.

Jadi anak teknik cocok nih.

"Yo." sapa Hansel singkat, terus duduk di sofa di belakang Irsya, "oh, ada Ian," ucapnya lagi acuh tak acuh setelah melihat Lian yang duduk di seberangnya.

Penasaran penampakan Hansel gimana?

Gini; kurang lebihnya.

Muka lusuh, mirip zombi dicampur vampir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Muka lusuh, mirip zombi dicampur vampir. Jelek tapi tetep ganteng. Nah, gimana tuh.

Lian sebenarnya ingin menyahut sebal, "L-nya jangan ditinggal plis, kasian ntar dia gede sendiri jadi detektif."

Tapi ngga jadi karena terlalu speechless melihat Hansel yang sudah hidup enggan mati tak mau. Tumben. Biasanya kan ini anak belum apa-apa udah ngajak gelud dia.

'Karna hidup perlu pertikaian' itu sudah menjadi prinsip hidup Hansel sehari-harinya. Jadi, aneh aja gitu melihat Hansel yang biasanya petakilan jadi bermuram durja begini.

Lian mengangkat satu alisnya bingung, melirik ke arah Irsya seolah-olah bertanya, "Ini cacing kermi kok tumben diem?"

Irsya pun balas mengernyit heran, "Ya mana aku tau ferguso!"

Dan terjadilah perang dingin antara kucing dan anjing, disponsori oleh suara detik jam dinding yang berbunyi 'tik tik tik tik...'

Di sisi lain Hansel sudah keburu tidur saking capeknya.

Jadi, dia itu abis jaga, double shift dari malam tembus pagi. Kan capek.

Mana di rumah sakit tempatnya dinas lagi banyak pasien tadi malam. Jadi ngga bisa tidur. Dan paginya harus menemani dokter visit.

Ngga heran kan kalau pulang-pulang hasilnya tepar. Untung dari rumah sakit sempat ganti pakaian.

Do you wanna build a snowman?

Iya, itu nada dering ponselnya Irsya.

"Halo Mas?" Irsya mengangkat teleponnya sambil jalan ke arah dapur. Ngga enak sama Lian dan Hansel yang lagi tidur. Ntar ganggu, berisik.

Sementara Lian tetap lanjut mengetik. Selang beberapa detik ia pun berhenti. Netranya memicing menatap Hansel yang lagi tidur sambil duduk, tapi Lian masih ngga bergerak, dan akhirnya lanjut lagi mengetik.

Setelah satu menit Lian pun sudah ngga tahan. Sambil menggerutu ngga karuan Lian berdiri menghampiri Hansel.

Bantal kecil yang ada di sofa diatur rapi buat dijadikan bantal. Terus badan Hansel dibaringkan ke samping pelan-pelan. Jaket Hansel menjadi selimutnya.

Lian, "Nah gini kan enak. Dasar."

Walaupun menggerutu daritadi, tetap aja Lian perlakuin Hansel dengan lembut pakai banget. Ngga kayak biasanya mereka yang baku hantam tiap kali ketemu.

Begitu Lian berbalik mau kembali ke tempat duduknya. Dari arah dapur sudah ada Irsya yang sejak tadi diam mematung. Matanya melotot kaget. Ngga percaya dengan apa yang barusan dilihatnya.

Sebelah tangannya masih megang ponsel di samping telinga. Masih teleponan sama Mas Ican.

Lian yang ketangkap basah, "A-anu, i-itu Sya..."

Irsya, "Mas kayaknya di rumah aku ada hantunya deh, Lian abis kerasukan Mas!"

Lian, "...............................?!!!"

●●●

ɴᴇxᴛ ʟᴇᴠᴇʟ ▪ ᴄʜᴀɴᴍɪɴ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang