🌫 Pagi Hari

5.8K 510 60
                                    

Pagi hari disambut oleh wajah tampan pacar di hadapan itu rasanya surga.

Iya, Irsya merasa sudah seperti pasutri saja. Padahal, menikah juga belum.

Kebiasaan tidur bareng, sih.

Untung ngga tekdung.

Gini-gini Ican masih sadar diri—hebatnya dia. Belum siap soalnya.

Bukan dia, tapi Irsya yang belum siap. Pemuda yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu belum siap diresmiin jadi calon suami.

Sebenarnya sih cuma alasan, memang Icannya saja yang belum dapat restu. Mau menjadi mantunya Ravindra itu susah bosku, Papa Mama Irsya itu kelewat posesif.

Belum lagi Kakek yang orangnya berpendirian kuat, susah untuk dibujuk. Mau minta restu repotnya seperti mau minta sumbangan ke istana negara, bro.

Emang lu pernah Can?

.

.

.

"Pagi kesayangan ...."

Suara Ican baru bangun tidur itu menggoda, serak-serak gimana gitu.

Manik Ican masih tertutup, lengannya semakin mengeratkan pelukan ke pinggang ramping Irsya yang ngga dibalut apapun kecuali selimut putih, yang cuma menutupi bagian bawah sampai tulang ekor saja.

Tangan nakal Ican mengusap lembut di sana, memberikan sensasi menggelitik tersendiri ke tubuh si manis.

"Bangsatnya."

Tangan ditepis yang punya badan. Aduh, modusnya Ican gagal pemirsa.

"Mulutnya ya sayang, minta dicium?"

"Pantatku sakit. Berani mesum, kugigit kamu."

"Ho ... aku kamu nih sekarang?"

"Lagi belajar. Abisnya kamu makin bangsat, ngga bisa ngomong baik-baik sama kamu."

Ican langsung masang wajah mendramatisir, sok merajuk ceritanya. "Bangsatin aja terus pacarnya."

"Iya, emang. Bangsat."

Kekehan kecil sebagai respon Ican. Irsya itu gemesin kalau lagi marah-marah begini. Keningnya mengkerut dalam, maniknya melotot dan bibirnya bakal mengerucut lucu. Uwu sekali.

"Mandi, mau?" tawar Ican sembari mengusap lembut pucuk kepala sang kekasih.

"Ogah, Mas pasti mau modus, 'kan?"

"Ya ngga papa kalau bisa nambah, satu ronde lumayan lho dek—aw! Jangan digigit itu bisepnya. Aduh, sayang ih."

.

.

.

Dan setelah perjuangan Ican untuk membawa Irsya mandi berhasil, kini keduanya sudah rapi dan wangi. Siap untuk memulai aktifitas pagi hari mereka.

"Nanti pulang Mas jemput ya?"

Masih dengan kesibukannya memasukkan barang-barang ke dalam tas, Irsya menggeleng ringan.

"Ngga usah Mas, Irsya ntar pulangnya bareng Lian aja, ada tugas yang mau dikerjain bareng soalnya."

Air muka Ican langsung masam. "Lian lagi, Lian lagi," sinisnya berbisik.

Peluk pinggang kekasihnya dari belakang Irsya menenggelamkan wajahnya pada pundak bidang sang dominan.

"Cemburu."

"Ngga ya, maaf. Cemburu hanya untuk mereka yang tidak percaya diri."

"Halah, gayamu Dilan."

"Gantengan aku dibanding Dilan."

"Yang bilang kamu jelek juga siapa, hm?"

"Tau ah. Ayo berangkat."

Ican langsung pergi keluar rumah Irsya, jalan cepat ke arah mobilnya yang terparkir rapi. Wajahnya ditekuk sebal.

Merajuk sungguhan ternyata si doi.

"HALO DUNIA... PACARKU LAGI CEMBURU NIH, DUH, GEMESNYA."

Dan teriakan Irsya langsung menggema begitu ia menapakkan kaki keluar rumah.

Bikin malu, woy ah, untung ngga ada yang dengar. Tetangga di sini pada sepi soalnya.

.

.

.

"Pulang kampus pokoknya Mas jemput."

Kan, benar-benar cemburu ini manusia satu.

"Irsya tetep nugas sama Lian lho mas, mau nunggu emangnya?"

"Mau lah, daripada hak milik diambil orang. Lian kan suka kerdusin kamu, Dek."

"Tapi Hansel ngga dipetrusin tuh?"

"Ya kan mereka dendam kesumat."

Sejenak saling pandang, lalu mereka terkekeh bersama.

Makasih ya Hansel. Makasih juga Lian, cerita perang dunia ketiga kalian sudah bikin dua sejoli ini mesra lagi.

"Udah ya. Mas pergi kerja dulu."

'Cup!'

Dibatasi oleh pintu mobil tidak lantas menghalangi Ican untuk mengambil kecupan halus dari sang kekasih.

"Iyaaaa, sana pergi."

"Nanti malam Mas nginap lagi ya?"

"Ngga! Tugas Irsya numpuk gara-gara Mas  Ican gangguin terus."

"Ya udah, kalau gitu biar Irsya yang nginap di tempatnya Mas."

"YA SAMA AJA ABRAHAM! UDAH SANA IH, PERGI!"

"Aduh galaknya dek pacar. Ini juga mau pergi masnya, cium lagi dong sekali."

"Otak porno, dasar."

Irsya mah omongannya doang sok nolak. Padahal dianya yang majuin badan mendekat.

Tangan pegangan di pintu mobil.

Giliran si gagah Mercedes yang jadi saksi.

Ciuman panas 5 menit.

Duh, segernya pagi hari ini.

●●●

Irsya pakai kb gaes, jadi ngga bakalan tekdung dia 👻

Note :

Irsya, Abin, Lian = satu angkatan

Hansel, Yogi = satu angkatan, satu jurusan

Terus ... Irsya & Lian juga satu jurusan dan satu kelas

Kak Aji? Masih bocil dia. Jodohnya pun belum dibikin

ɴᴇxᴛ ʟᴇᴠᴇʟ ▪ ᴄʜᴀɴᴍɪɴ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang