🌫 Esok Hari

2.6K 403 49
                                    

Hari ini hari minggu; Irsya lagi libur, Mas Ican libur, Kak Abin libur, Yogi shift jaganya juga kebetulan libur, dan Hansel yang abis shift malam pun juga libur.

Hari ini resmi jadi hari libur bersama.

Jadi, jangan heran bila rumah Irsya hari ini penuh sesak. Dan Mas Ican rela ngga rela merangkap jadi koki gadungan, menemani Irsya kasih makan anak-anak piyik yang kelaparan.

Selepas makan siang, Irsya dan Mas Ican mabar game di ruang tamu. Kak Abin sama Yogi pergi bareng kencan kalau kata Kak Abin, sih.

Sedangkan Hansel lagi sibuk sama sekian banyak buku-buku miliknya. Biarpun seringnya petakilan, kalau sudah belajar Hansel bakal jadi serius.

Dan di antara suasana khidmat tersebut terdengar lah bunyi bel rumah yang dibunyikan dua kali.

Annyeonghaseyo...

Annyeonghaseyo...

"Pin, bukain pintu gih," perintah Irsya yang masih tetap fokus sama game-nya.

You have slain an enemy!

Sambil malas-malasan, Hansel yang konsentrasi belajarnya sudah terganggu mau tak mau beranjak membukakan pintu, dan yang datang ....

Yap. Siapa lagi kalau bukan Lian.

"Ngapain kamu?" judes seperti biasa. Ngga tahu aja dia nih dia, kemarin Lian habis ngapain.

Dan entah bagaimana, tapi cuma Lian satu-satunya yang bisa bikin si petakilan Hansel berubah jadi maung dalam sepersekian detik.

Dahi mengkerut, Lian berusaha menahan emosi. "Irsya ada?"

Hansel. "Ada, sama Masnya, perlu apa?"

Lian. "Suruh masuk dulu kek akunya."

Hansel. "Ogah, kamu ke sini aja udah bikin pencemaran udara."

Menarik nafas sabar, Lian mendekat ke arah Hansel.

Satu langkah.

Dua langkah.

Hansel was-was. Tapi ngga mau mengalah, jadi tetap diam di depan pintu, layaknya palang pintu kereta.

Lian berhenti tepat di depan mukanya.

"Sel ... ayo gencatan senjata."

Otak Hansel masih loading.

"Hah?"

.

.

.

"Plissss Ansel, sekali ini aja aku minta tolong. Ya? Ya?"

Lian jongkok di lantai. Tangan terkatup membentuk gestur memohon.

Hansel duduk di sofa. Kaki dilipat sebelah. Dua tangan dilipat depan dada. Like a boss.

Di seberangnya, Irsya duduk santai bersandar pada Mas Ican. Dan Mas Ican sibuk mainin rambut Irsya yang mulai panjang. Dielus lembut, sesekali dicium karena gemas.

"Motivasinya apa ya, sampai rela mohon-mohon ke si Upin?" Irsya menggumam heran.

Mas Ican senyum miring. "Kepepet, abisnya kalau mohonnya ke kamu ntar dia kena azabku."

Jadi ceritanya begini, Lian datang niatnya mau minta bantuan ke Irsya. Tapi karena ada Mas Ican, bawaannya langsung takut. Ngga berani minta ke Irsya.

Nah, kebetulan ada Hansel jadilah Hansel yang dimintain tolong.

Sebenarnya ....

.

.

.

LIAN MAU DIJODOHIN.

●●●

Next chap bakal ada scene 🔞

ɴᴇxᴛ ʟᴇᴠᴇʟ ▪ ᴄʜᴀɴᴍɪɴ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang