Hujan deras mengguyur kota sejak pagi hari. Dan sekarang sudah hampir jam makan malam. Ican sibuk sama HPnya, mencari menu makan yang lagi promo.
Sementara Irsya juga lagi sibuk.
Sibuk meratapi nasib di pojokan pintu. Berjongkok sambil bikin lingkaran gaib di lantai. Dia abis belajar teknik pereda hujan yang didapat dari internet sejam yang lalu.
"Adek ngapain sih di situ? Banyak nyamuk, mending temenin Mas milih promo."
"Ngga! Rumah ini anti nyamuk, ya!" Irsya bersikukuh. Tatapan sengit teruntuk mas kesayangan.
Ican tarik nafas. Tahu akhirnya bakalan jadi begini. Hari ini kan ulang tahunnya si adek tercinta. Harusnya malam ini jadi malam yang spesial:
Dinner di restoran mahal, jalan-jalan di taman kota, hitung waktu mundur pukul 12 malam, dan ditutup dengan skidipapap sawadikap biskuit ahoy tralala.
Tapi sayangnya, Tuhan berkehendak lain. Hujan diturunkan sejak Irsya membuka mata tadi pagi, dan ngga berhenti sampai sekarang.
Bahkan jalanan utama komplek rumah saja sudah diberitakan siaga satu banjir. Mobil ngga bisa lewat, bro.
Dinner dari Hong Kong.
Padahal kan hujan turun berarti kabut asap di Indonesia bakal berkurang. Harusnya sih mereka bersyukur. Tapi ya, gimana ... tetap aja Irsya tuh kesal. Kan hari ini hari spesialnya dia.
"Lagian Mas kurang kerjaan banget sih, percuma Mas pesan makan kalau yang ngantar juga ngga bakal bisa lewat."
"Ya harus bisa dong, Dek. Jalan kaki dari depan sampai sini kan bisa."
"Abis itu anak orang koid di tengah hujan, kesamber gledek Mas mau tanggung jawab?"
"Ya ... ngga sih."
Irsya mendengus, beranjak dari tempatnya. Pangkuan Mas Ican jadi bantal empuk buat rebahan. Muka ditekuk masam. Acara ulang tahunnya gagal total.
Ican tangkup pipi gembul si Adek. Diunyel-unyel gemas sampai yang punya hampir mengamuk.
"Sakit ih, Mas!"
"Biarin. Yang penting Mas suka. Jadi mau makan apa nih?"
"Terserah."
Salah. Ican salah bertanya.
"Pizza atau ayam?"
"AYAM."
Always, Ican sudah hapal. Menu makannya Irsya itu ngga jauh-jauh dari ayam ditambah nasi.
Kalau pun dia masak yang beda, semua semata-mata demi kelangsungan hidup Kang Mas Zichan Abraham, biar ngga dituduh kurang gizi sehabis pacaran sama Irsya.
"Goreng atau—"
"AIS KRIM!"
"Kok es krim? Katanya ayam."
"Iya, ayam sama es krim juga."
Kening Ican mengkerut, "Hujan Adek. Dingin. Ntar masuk angin." Kan yang repot Mas juga.
Irsya bangun dari baringnya. Dekatin telinga Mas Ican, terus berbisik, "Ada Mas Ican kok yang bikin Adek hangat."
Satu timpukan bantal telak mengenai wajah si manis tengil, tapi dia cuma terkekeh jenaka, kelewat senang.
Mas Ican itu suka malu-malu kalau digodain. Telinganya memerah. Lucu.
.
.
.
Setelah perdebatan yang ngga terlalu lama, akhirnya keputusan sudah bulat. Mereka ngga jadi pesan ayam. Ngga ada yang bisa mengantar pesanan sampai ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴᴇxᴛ ʟᴇᴠᴇʟ ▪ ᴄʜᴀɴᴍɪɴ ✓
Fanfiction・・・≫ bangchan, seungmin ・・・≫ ican-irsya series ② romansa Ican dan Irsya dalam tahapan baru hubungan mereka [⚠] untuk part yang mengandung erotisme ──ᝰ bxb drabbel non-baku harsh words slice of l...