PROLOG

10.7K 353 3
                                    

Seperti biasa, kantor memulai aktivitas di pagi hari mulai pukul 07.00 dengan checkclock terlebih dahulu. Ada penjual sayur keliling yang selalu dijumpai setiap hendak pergi ke kantor. Suasana dingin menyeruak karena udara pagi masih begitu terasa, embun di rerumputan tampak menempel di ujung.

Wanita bernama Ilyana atau kerap dipanggil Ilya, yang notabene seorang Sekretris kantor, kerjanya berkutat dengan aktivitas surat menyurat, berkas-berkas kantor pun Ilyana yang menghandel. Wanita  paras cantik dengan kacamata yang lumayan tebal membuat Pak Bos berulang kali memanggilnya untuk segera menyelesaikan tugas kantor, sementara teman lainnya juga sibuk memperbincangkan tentang resign karena tugas yang menumpuk.

Mesin printer canggih yang membuatnya harus berulangkali membuat rancangan tugas, kemudian mencetaknya di hari itu juga harus ditandatangani oleh Pak Bos yang super killer membuat degub jantungnya bergetar tak karuan. Apalagi kalau sudah deadline yang sudah mepet dan tugas harus diserahkan, bawaannya ingin ke kamar mandi saja, gerogi bercampur aduk menjadi satu, keringat dingin bercucuran.

"Maaf Bos, ini harus ditandatangani dulu" kata Ilyana sembari menyodorkan sebuah map berisi tumpukan surat.

"Baiklah, bawa kesini suratnya biar saya tandatangani" kata Pak Bos

Ilyana pun menghela nafas lega kalau sudah mendengar kata-kata itu. Hidung yang semula buntu karena sibuk memikirkan printer yang berulang kali macet karena kertasnya tersangkut hingga membuatnya jengkel kini sudah mulai sedikit lega. Nafas Ilyana pun kembali normal seperti biasa.

Seorang Sekretaris yang ulet dan tangguh serta mempunyai dedikasi kepada instasi tempatnya bekerja membuat Pak Bos semakin betah di kantor.

"Ilyana, makan siang sudah siap?" Tanya Pak Bos usai menandatangani surat dalam map.

"Oh, sudah Pak Bos!!" Kata Ilyana

Ilyana pun kembali ke ruangannya, hufft, untung saja tugas ini sudah kelar. Ilyana pun menghela nafas lega. Wajahnya yang semula pucat kembali menata make up kembali dengan bercermin.

Anggi seorang rekan kerja Ilyana yang paling demen makan, agak sedikit tomboy dan paling gokil diantara rekan kerja lainnya.

Pak Bos berulang kali memanggil anak buahnya, hingga telinga ini sampai capek dengarkan celoteh dari Pak Alexander.

Mata kadang menjadi berkunang-kunang memandang layar monitor berjam-jam. Radiasi dari cahaya leptop kerap membuat Anggi dan Ilyana sering berkunjung ke optik terdekat.

🌸🌸🌸

Kantor itu seperti apa? ya seperti kantor. Jawaban itu memang menyenangkan untuk di dengar. Tapi, sulit juga untuk menerapkannya. Definisi kantor yang masih perlu untuk diperhatikan lagi, ditata ulang lagi, dibenahi lagi tata letaknya. Banyak yang harus diperbincangkan di sini.

Kaca jendela, juga pintu masuk terbuat dari kaca, nah bayangkan saja, setiap pegawai yang masuk pasti bawaannya pengen ngaca saja, apalagi pegawai wanita duh bisa dilihat kalau sudah dandan bakalan lihat tuh kaca pintu masuk kantor kalau berangkat kerja. Alasan benahin hijab atau barangkali ada bedak yang terlalu tebal lah, alisnya kurang simetrislah, takut kecantikannya berkuranglah, yah siapa tahu pak Bos demen jadi lihatnya. Iye kan?

Nah, belum lagi masalah dresscode. Ini cuma dikasi rok hitam sama blazer saja. Bagaimana pun juga penampilan itu nomor satu. Kantor masih terlihat sepi dari biasanya. Sementara Ilyana sudah berangkat pagi.

"Hallo gaiss, masih ingat sama bihun kan?" Sapa Anggi terlihat semangat.

"Kamu bawa apa pagi-pagi sekali, hun?" Tanya Ilyana heran.

"Bawakan Durian kesukaan pak Alex. Nanti biar teman-teman ajak makan sekalian" kata Anggi.

"Demen banget makan durian" kata Ilyana.

Aroma buah durian menguar di seluruh kantor. Hawa dingin paling nikmat memang kalau makan durian. Apalagi makan bareng rekan kantor. Kantor mendadak ramai dengan bau yang menyengat dari durian yang mulai terbelah.

"Ada caranya juga ternyata kalau belah durian" kata Ilyana.

🌸🌸🌸

KACAMATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang