OFFICE 11

562 20 0
                                    

Jarang sekali mendapati rekan kerja yang memakai sapu tangan, biasanya sih palingan juga kalau ada pakai tisu basah untuk menyeka keringat. Kalau takut dibilang dekil sih mendingan bawa sabun cuci muka kalau di kantor.

Sebuah westafel yang emang sengaja dipakai untuk membasuh tangan dan terdapat cermin di depan westafel kantor. Di samping westafel juga menggantung di dinding sebuah hand dryer untuk mengeringkan tangan kalau sudah selesai cuci tangan.

Memang sih, jika dipikir-pikir kalau pakai serbet atau tisu akan menghabiskan banyak yang terbuang. Sesekali tercium aroma wangi, sempat terendus dari hidung milik Ilyana. Semerbak aroma itu meruap di seluruh ruangan.

Ilyana pun berdiri mencari sumber bau dari mana datangnya. "Boleh minta tisu tidak?" Ilyana mencoba untuk meminta tisu. Tapi, rekan kerjanya masih sibuk dengan tugas masing-masing.

Ilyana mencoba berbicara agak sedikit maju agar lebih terdengar, "Ada yang punya tisu tidak?" Ilyana mencoba untuk lebih dekat.

"Eh, ada Mbak ini silahkan" salah seorang dari mereka yang bergerombol berdiri dari kursi dan menyodorkan sebuah tisu.

Kalau Ilyana pikir, hari ini hari yang baik buat kencan. Namun, Ilyana merasa kalau hari ini sudah terlalu larut untuk keluar rumah malam-malam. Memang wanita kadang terkesan kurang sopan kalau keluar malam.

Malam ini tampak begitu indah. Seperti apa yang dikatakan rembulan bersama butiran cahaya bintang yang tertumpah di atas gelapnya malam. Seolah ingin berbincang dengan mesra.

Sementara, bisikan angin malam yang sempat berhembus bersama dingin yang mulai perlahan mulai menyelimuti tubuh yang mulai agak sedikit menggigil. Seperti meminta untuk bersenandung bersama agar lebih hangat.

Selimut tebal yang ada di ranjang ini segera kukenakan sembari menggosok-gosok kedua telapak tangan. Hangat mulai menyelimuti sekujur tubuh yang terbalut selimut tebal.

Tanpa disadari hari sudah malam, setelah seharian di kantor sempat meminta tisu hanya untuk sekedar menyeka keringat.

🌸🌸🌸

Setelah selesai melipat baju dan menyetrika tanpa disadari menemukan selembar uang lima ribuan, wah lumayan juga kalau nyangkut di kantong saku kemeja. Barangkali juga nemu pecahan lima puluh ribuan di blazer milik Ilyana.

Barangkali uang kemarin sisa beli popmie di kantor selesai jajan nyangkut di saku. Senang sekali, setelah selesai melipat baju Ilyana pun segera menuju kamar tidur.

Dini hari, Dimana malam sudah di sepertiga malam, Ilyana terbangun karena hawa dingin yang mulai menusuk. Ingin rasanya mandi air hangat. Ilyana pun berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih.

Ilyana pun lantas menuju toilet. Kali ini bukan masalah pekerjaan namun masalah kenapa bisa malam-malam bisa kebelet pipis. Ilyana segera menyiram dengan air setelah selesai buang air kecil.

Pagi hari, dimana sudah mulai banyak orang berangkat kerja di hari senin. Segala aktivitas mulai beranjak dari selesai subuh, penjual sayur yang sudah mulai menata bedaknya. Bersolek dan mengenakan baju yang sudah rapi menjadi suatu hal wajib bagi sebagian karyawan yang ada di kantor.

Masih teringat betul ketika Ilyana berbincang dengan Pak Alex, "Kamu masih kuat kan kerja di sini? Perjuanganmu tidak akan habis sampai di sini kan?" Tanya Pak Alex penuh harap.

"Semoga saya bisa memberikan yang terbaik untuk kemajuan perusahaan ini" tutur Ilyana

Sementara jam checkclook sudah mulai. Seperti biasanya, Ilyana berangkat lebih awal. Sempat dirinya menyayangkan kenapa ada pengecualian bagi sebagian karyawan yang diperbolehkan untuk datang jam 8 pagi setelah briefing pagi. Padahal briefing itu sendiri penting bagi mereka.

Pak Alex datang pagi ini. Setelah lama, akhirnya waktu yang ditunggu datang juga. Pak Alex meminta seluruh karyawan berkumpul dan memastikan sudah checkclook. Siti yang punya bagian merekap absensi sidik jari memastikan alat finger print berada menempel di atas dinding.

Mengambil rekap absen dan mencocokkan data finger print, karena dari sini akan ketahuan siapa yang tidak disiplin pagi, "Tatiyana, kemari sebentar! Kamu belum finger print!!" Panggil Siti

"Tatiyana?"

"Aduh, maaf  maaf. Aduh, masih pagi juga" kilah Siti

"Sikahkan sidik jari jempolnya"

"Ilyana, kamu juga belum finger print ya?" Tanya Siti

"Oh, iya" Mesin fingger itu langsung memasukkan data ID karyawan kantor. Karena rekap ini yang kadang buat acuan gaji di kantor. Agar Pak Alex tahu siapa karyawannya yang selalu absen.

"Baiklah, saya akan mengumumkan siapa yang berhak mendapat nominasi karyawan terbaik tahun ini" kata Pak Alex

Suasana yang tadi riuh sekarang kembali hening. Rasa penasaran dan deg-degan menjangkiti setiap karyawan. Beberapa alat make up sudah mereka kenakan. "Eh, sudah cantik belum?" Tanya salah seorang karyawan di dekat Ilyana

"Bu Maya, Selamat atas kerja anda di kantor ini. Anda terpilih menjadi karyawan terbaik tahun ini. Semoga tahun depan karyawan lain juga termotivasi agar terus meningkatkan kinerjanya" kata Pak Alex

"Loh, loh, loh," semua karyawan terbengong

Semua merasa penasaran. Berkat Pak Alex perusahaan ini berjalan dan berkembang pesat. "Jadi, saya harap kerja sama nya dalam kemajuan perusahaan ini. Ilyana hanya tersenyum tipis sembari membetulkan blazer hitam yang dikenakannya.

"Ibu Maya saya harap maju ke depan menyampaikan beberapa kata untuk seluruh karyawan yang ada di sini" kata Pak Alex.

"Saya Pak?" Kata Maya

"Iya, silahkan Ibu Maya. Waktu dipersilahkan" kata Pak Alex

"Terimakasih rekan sejawat yang telah turut berjuang di perusahaan ini. Saya pikir ini semua tidak terlepas dari bantuan dari kalian semua. Semoga tahun depan di antara kalian yang terpilih sebagai karyawan terbaik" kata Maya

Sebuah tepukan meriah datang dari belakang. Sebuah acara ultah perusahaan yang berkahir dengan penobatan karyawan terbaik. Ilyana cukup bahagia mendengarnya.

Ilyana dan Tatiyana memang dua wanita yang mempunyai akhiran nama yang sama. Tapi, Ilyana pagi ini memang lebih suka kalau menikmati pagi yang udaranya sangat segar. Pak Alex sudah berhasil memilih satu dari sekian karyawan yang bisa dijadikan Ilyana sebuah tolok ukur keberhasilannya.

Ilyana sadar kalau masih perlu banyak belajar. Mungkin, Ibu Maya berhak mendapat itu semua. Dari sini Ilyana bisa mengambil sikap dan berjuang lebih jeli lagi.

Ambisinya menjadi karyawan terbaik seolah hilang begitu saja. Hal ini juga dialami suami Ilyana yang sudah tidak menjabat sebagi guru honorer, suaminya bercerita kalau sedang di mutasi jabatan.
Ilyana harap uang saku bulan ini terus mengalir, sementara suami juga masih bekerja di kantor, tapi memang tidak ada jatah jam mengajar.

Jam terus berdenting, sementara suami kemarin mengeluh kalau badannya agak sedikit flu dan demam. Bawannya kepikiran sama kesehatannya. Suami Ilyana sudah punya asuransi kesehatan.

"Baiklah, ini ada sebuah tumpeng yang bisa dimakan bersama rekan kerja sekaligus ulang tahun perusahaan. Sekali lagi selamat atas prestasi Ibu Maya di perusahaan ini" kata Pak Alex

Wah, Langsung nafsu makan Ilyana kembali baik. Kebetulan sekali kalau Ilyana sedang lapar. Acara makan-makan pun berakhir dan seluruh karyawan pulang ke rumah.

🌸🌸🌸


KACAMATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang