Mesin finger print? Siapa yang tidak tahu dengan mesin absensi yang satu ini. Seperti biasanya Ilyana berangkat dengan niat untuk mencari nafkah. Dia mati-matian membanting tulang untuk mencari duit.
Ilyana duduk di samping meja kerjanya. Punya Pak Bos yang super disiplin kadang ada bagusnya kalau dipikir-pikir. Aku Ilyana, wanita yang bekerja dengan kesungguhan.
Buyar lamunanku tentang sosok Rio. Aku Anggi, wanita yang masih single dan tomboy. Lebih menyukai game on line di waktu jam kerja lagi santai. "Kamu tidak coba pakai virtual acount saja, Nggi? Biar lebih gokil daripada pakai kacamata" gurau Ilyana.
Tiba-tiba Pak Alexander datang, semua memasang wajah serius. "Pagi Pak Bos!!" Semua menyapa Pak Alexander yang datang menuju ruangannya.
"Pagii..." Jawab Pak Alexander
Pak Alexander menuju meja Anggi yang tengah menghadap komputer, "kamu kerja apa? Ngerjakan apa main game?" Tanya Pak Alexander
"Ya ampun Pak.. ini cuma buat ngilangin bosen aja kok Pak" kilah Anggi
"Cepet dikerjakan tugasnya!!" Perintah Pak Alexander.
***
"Tenang Pak..sebenarnya itu bukan bagian saya. Ilyana juga bisa kalau cuma buat surat menyurat" kilah Anggi
"Ya sudah, kamu kerjakan tugas kamu sekarang. Masih perlu diperintah?" Kata Pak Alexander
Kalian melihat kalender itu? Yups...kalender itu sebentar lagi bergeser, mulai dari bulan kemudian berganti tahun. Itu tandanya sebentar lagi sudah dapat THR. Wow, siapa yang tidak sabar untuk dapat uang dan parcel dari perusahaan.
Karirku seolah melesak, meski sempat jatuh dan basah ke bumi masih ada matahari yang menjadikan rintik hujan itu menjadi pelangi.
Anggi ini makhluk langka, bisa dibilang karyawan yang lumayan penurut kalau disuruh kerja tapi kadang agak sedikit bawel kalau lagi bad mood. Tapi, kalau sudah lagi rajin pasti jauh lebih agresif dari biasanya.
Jauh-jauh hari pengen segera resign dari perusahaan ini dan pindah ke Kalimantan, kemudian menemui Rio tapi apa daya tangan tak sampai. Tapi, apa mau dikata dompet masih betah di sini. Mungkin masih rejeki di sini kali yaa..
"Bapak kira saya kuma?"
"Nggi, tolong bersihkan dulu kantornya. Atau kamu semprot pakai minyak wangi biar suasananya lebih nyaman" perintah Pak Alexander.
Jujur saja Anggi ingin mencium sekaligus mecakar Pak Alexander kalau sudah begini, tisu mana tisu? Argh, perih banget. Iya pak nanti saya bersihkan.
"Kamu kenapa?" Tanya Pak Alexander dengan mode malaikat
"Aduh pak saya kelilipan" Anggi mengaduh kesakitan
Suasana makin tegang, Pak Alexander antara bingung mau nolongin atau nyiram pakai air. Kan kasihan!! Pak Alexander prihatin kalau ada karyawannya sampai ada yang terluka.
Anggi mendadak panas dingin. Masih teringat pertemuan terakhirnya dengan Rio yang gagal karena mengaku jatuh hati denganku. Namun alasannya masih ingin kuliah lagi. "Haloo gaiss...aku fine-fine aja kok!!" Sontak Pak Alexander kelagapan mendengarnya dengan posisi seolah mau meniup mata Anggi yang kelilipan.
***
"Kencan cuma seminggu sekali. Lalu pas udah ketemu eh cuma nanyain kerjaan doang" keluh Anggi yang sejak tadi mulutnya meracau tidak bisa diam.
"Ya ampun, Nggi.. coba deh kamu nikmati aja. Siapa tahu berjodoh. Iya kaan..?" Jawab Ilyana
Anggi kemudian menelungkupkan wajahnya di atas meja, memainkan tetikus dan memencet-mencet tidak jelas key board di depan meja komputer.
"Kamu lagi PMS ya, Nggi? Dari tadi kok ribut aja kerjanya?"
"Mending kamu ngadepin Rio daripada mentelengin Pak Alexander. Cakep sih iya, tapi galaknya minta ampun" gerutu Ilyana yang sudah agak sensi melihat Anggi mengeluh terus.
Kalian melihat mesin finger print itu. Masih setia menggantung di atas tembok. Iya mesin itu? Damai sekali ketika jemari lentik kita yang sudah masuk kemudian berbunyi, "Terimakasih..!!"
Sebuah mesin finger print yang begitu setia. Sidik jari jempol nan letik itu perlahan menekan tombol. Tanda sebentar lagi kalau sudah waktunya untuk pulang kerja.
ID Card yang dikenakan Ilyana sudah dimasukkan tas. Itu tandanya kalau sebentar lagi karyawan kantor sudah siap untuk pulang kerja. Bahkan, Pak Alexander dulu juga pernah bilang, "Datang boleh terlambat, tapi pulang harus tepat waktu!!" Kata Pak Alexander
***
Pak Alexander seorang Bos yang tegas. Lebih jarang disukai anak buahnya karena terlalu ketat. Wajahnya yang tirus lebih mudah diingat, bahkan terlihat lebih seram kalau lagi ngamuk-ngamuk karena kerjaan kantor tidak beres.
Bagaimana mesin printernya? Masih suka ngambek kalau diajak kerja? Atau mungkin mesin printernya lebih nyaman kalau ditekan tombol On terlebih dulu pelan-pelan baru bisa diajak kompromi masalah proposal yang dicetak.
Atau barangkali lipstik yang aku kenakan kurang menor atau parfum ini terlalu menyengat untuk Anggi.
Anggi sedang berdamai dengan perasaannya. Belum selesai dengan Pak Alexander yang ceriwis. Pak Alexander tiba-tiba menghilang.
"Loh, ada yang tahu Pak Alex tidak?" Tanya Anggi
"Ada di ruangannya" kata Ilyana
Duh, kanapa mesti ke ruangannya sih? Padahal kan udah tinggal setor dan tanda tangan saja.
Lagian tadi nggak sabaran sih, makanya ada yang Anggi betulkan untuk direvisi lagi.
Benar apa kata Ilyana, mungkin Anggi bisa meluluhkan hati Rio tapi tidak untuk Pak Alexander. Bahkan untuk mengajaknya untuk kencan saja itu suatu yang mustahil bagi Anggi.
Anggi berharap tidak segera lebih cepat atau buru-buru ke rungan Pak Alexander. Dirinya memperhatikan kembali laporan yang harus ditandatangani. Anggi paham betul kalau Pak Alexander tidak manginginkan kesalahan untuk kerja seorang Anggi di kantornya.
Anggi kembali menata nafasnya kemudian menghembuskan pelan lewat hidung. Kemudian mengetuk pintu hingga terdengar suara dari dalam kantor. "Masuk!!"
"Permisi Pak. Saya mau meminta tanda tangan untuk laporan bulan ini" kata Anggi
"Mari silahkan masuk, kamu duduk dulu. Mana yang harus saya tanda tangani?" Tanya Pak Alexander membawa bolpoin.
"Yang ini Pak" tunjuk Anggi
Suasana kantor pun kembali menjadi reda setelah Anggi selesai dari ruangan Pak Alexander. Kemudian terdengar suara yang girang dari telinga Ilyana, "Haii, gaiiiss... Udah kelar nih tugas hari ini. Capek!!! Pulang duluan yukk" ajak Anggi yang sejak tadi berharap pulang lebih cepat.
"Iya, ayo aku juga sudah berkemas" jawab Ilyana
Akhirnya mereka berdua sepakat untuk pulang berasama.
Sedangkan Pak Alexander juga baru terlihat batang hidungnya di tempat parkir. "Mau pulang juga Pak?" Tanya Anggi
"Iya, ini juga sudah mau pulang" Pak Alexander mengenakan helm dan menyalakan sepeda motornya.
"Hati-hati di jalan ya, Pak!!" Kata Anggi
"Iya, terima kasih ya, Nggi" kata Pak Alexander
Mereka pun meninggalkan kantor dalam keadaan bersih. Bahkan semua karyawan tidak ada yang lembur malam ini. Bahagia bercampur rasa lelah terbayar sudah ketika bertemu bantal dan guling di atas kasur yang empuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KACAMATA
General FictionKetika kursi ruangan diduduki para kaum hawa. Pagi ini, Suasana kantor ini serasa penuh dengan candaan para wanita, mereka memperbincangkan akan lipstik baru, tas yang penuh branded, wanita yang tengah berlatih speaking akan trend hijab terbaru, mer...