Istirahat sudah selesai, Sudah 20 Menit berlalu.
Dan persidangan pun di Lanjutkan.
Ketiga Hakim tersebut, sudah duduk di Bangkunya masing-masing.
Niko berdiri, dan menunduk 90°. Memberi Hormat pada Hakim.
Ivan juga menunduk, Tapi tidak 90° Seperti yang Niko Lakukan.
Niko berdiri dari tempatnya, berjalan Menuju Ke tempat Renata dan Ivan berada.
"Renata Purnama?" Tanya Niko. Renata Mengangguk.
"Pada saat kejadian, Bukankah Pelaku sedang dalam Keadaan Mabuk? Apa kau sampai mencium Bau Alkoholnya?" Tanya Niko. Renata mengangguk.
"Kejadian tersebut terjadi saat Umurmu 14 Tahun, Jalan 15 Tahun. Benar?" Tanya Niko. Renata Mengangguk.
"Umurmu Sekarang 16 Tahun, Jalan 17 Tahun. Benar?" Tanya Niko. Renata Mengangguk.
"Ku dengar, Kau tinggal sendiri selama 8 Bulan. Artinya, Setelah Kejadian tersebut kau masih tinggal Dengan Ayah tirimu, dan Ibumu Selama Beberapa Bulan. Benar?" Renata Mengangguk.
"Yang Mulia, Bukankah Setiap Korban pemerkosaan pasti memiliki Rasa Trauma jika Bertemu dengan pelaku? Apalagi, selama beberapa Bulan Mereka masih tinggal Satu Atap? Bagaimana, jika dia pulang dan Ibunya tidak ada di rumah, Bukankah itu bisa membuat korban Trauma akan kejadian yang pernah menimpanya sebelumnya?" Mata Renata Memerah.
Dia tidak mengada-ngada.
"Memang sejak Kejadian tersebut aku Masih tinggal dengan Ayah Tiriku dan Ibuku, Tapi jika tidak ada ibuku di rumah, Aku tidak akan Masuk. Jika Ada Ibu, Pria itu tidak akan berani Menyentuhku!" Ucap Renata Sembari Menunjuk Joni.
"Kedua, Padahal Kau mencium Bau Alkohol. Artinya kau tau, Bahwa Pelaku sedang Mabuk Berat. Kenapa kau tidak menghindarinya? Mengingat keadaan pelaku yang sedang tidak sadar Karena Mabuk?" Tanya Niko.
"Aku Melawannya! Aku Memukulnya! Aku Menjambaknya! Tapi saat itu usiaku baru 14 Tahun. Tubuhku Kurus, Tenagaku kalah dengan Tenaganya." Ucap Renata lirih.
Dia tidak menyangka, ternyata seberat ini perjuangannya untuk mendapatkan Keadilan.
"Yang mulia, Saya membawa Seseorang Yang bisa di jadikan Saksi untuk Pelaku." Ucap Niko. Ivan Langsung berdiri.
"Keberatan yang mulia, Bukankah Pria itu sudah di tetapkan sebagai Tersangka? Kenapa dia harus memakai saksi padahal bukti sudah mengarah Kepadanya?" Ucap Ivan Tegas.
Tanpa mendengarkan Penjelasan Ivan, Hakim mengizinkan permintaan Niko. "Saksi di persilahkan." Ucap Ketua Hakim.
Seorang Wanita Paruh Baya datang, Dia Melewati Para Pers yang sedang Meliput persidangan tersebut.
Wanita tersebut langsung pergi ke Podium saksi. Renata yang melihat hal ini seakan tak percaya.
"Ibu.. " Ucap Renata. Bahkan semua orang yang berada di persidangan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Seorang Ibu, Justru Berada di pihak lawan anaknya.
"Nama saya Wati, Saya bersumpah Atas nama Tuhan bahwa yang saya katakan hanyalah sebuau Kejujuran, berdasarkan apa yang saya lihat, dan saya dengar." Ucap Ibunya Renata.
"Anak sialan itu, mencoba merayu suamiku.. " Ucap Ibunya Renata tanpa basa-basi, Dia Langsung menunjuk Renata. Semua orang di Persidangan, Terkejut dengan apa yang wanita tersebut katakan.
"Dia, Mencoba merayu suamiku." Seakan di tusuk oleh Belati.
Yah, Ibunya tidak berubah, Ibunya masih selalu saja menyalahkannya atas segala Hal.
"Bahkan aku kehilangan Rumahku, Untuk Membiayai Anak Sialan itu! Aku Kehilangan RUMAH PENINGGALAN SUAMIKU KARENAMU!!! DEMI MEMBAYAR PENGACARA UNTUK KASUS INI!! " Suasana di persidangan menjadi Kacau. Ibunya Renata mengamuk tidak karuan, Hingga Security membawanya.
Orang-orang yang berada di persidangan tentu saja terkejut melihat Ibunya Renata seperti itu.
Bahkan dia berhasil membuat Ibu menjual Rumah peninggalan Ayah. Batin Renata.
Yah, Hal yang Renata dengar dari Ibunya hanyalah Ocehan, Makian, Dan Perkataan yang tidak menyenangkan. Ibunya selalu saja menyalahkannya atas apapun, Bahkan Sudah sejak kecil Renata di perlakukan seperti itu.
Tidak pernah dia menerima Tangan hangat dari Sang Ibu yang memeluknya, Hanya Ayahnya. Dia Bukan anak ibunya, Tapi dia anak Ayahnya.
Nayla yang berada di Samping Renata mengelus Punggung Gadis itu. Mencoba menyalurkan Kesabaran Kepadanya.
Aku, tidak pernah meminta untuk di Lahirkan. Ayah, Aku Kangen Ayah..
Butiran airmata menggenang di pelupuk mata Renata, Namun dia menahannya.Niko berdiri, Dan menyerahkan sebuah Rekaman CCTV.
"Ini Hasil Rekaman CCTV sebelum Korban Masuk Rumah Sakit Karena Penyiksaan Tersebut. Di luar gedung tersebut, ada Seorang Pria yang memakai Topi sedang berdiri, Seperti orang menunggu. Jika Korban berteriak Meminta Tolong, Pria tersebut pasti Mendengarnya dan bisa Mencegah Terjadinya hal tersebut. Tapi Kenapa dia bertingkah seperti orang menunggu?" Ucap Niko sembari menatap Ivan.
"Besar Kemungkinan Hal Tersebut sudah di Rencanakan, Terima Kasih yang Mulia." Niko tersenyum ke Arah Ivan.
Ivan berdiri. "Keberatan Yang Mulia! Apakah hal yang di lakukan Oleh Tersangka adalah Hal yang benar, Mabuk? Mengahajar anak di bawah Umur? Memperkosanya? Menindasnya? Kekerasan? Ancaman dan intimidasi! Apakah itu hal yang di benarkan? Bukankah setiap anak memiliki Hak Perlindungan? Hak atas rasa Aman?!" Ucap Ivan Tegas.
"Turunkan Suaramu!" Ucap Seorang Ketua Hakim.
"Berdasarkan Bukti, Keterangan Saksi, Sesuai dengan Undang-Undang.. Bahwa, Hukuman terhadap Pemerkosaan Anak di Bawah Umur 15 Tahun Penjara." Ucap Sang Hakim.
"Namun, Berdasarkan Bukti yang diberikan Oleh Pihak Tersangka, Bahwa Tersangka, Melakukan Hal tersebut dalam Keadaan Mabuk, dan Tersangka Di Jebak untuk Melakukan Penyiksaan atau kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur... " Semua Orang harap-harap Cemas menunggu keputusan Sang Hakim.
Pers sibuk mencatat.
"Maka, Hukuman yang di berikan atas perbuatan Pelaku, Terhadap Kasus Pemerkosaan Anak Di Bawah Umur, bernama Renata Purnama, 9 Tahun Penjara."
Tok.. Tok... Tok...
Palu sang Hakim sudah di ketuk tiga Kali. Lemas, Pandangan Renata Ngeblur, Dia melihat Joni yang tersenyum meremehkannya.
Kemudian pria itu di bawa oleh Pihak Kepolisian untuk di masukkan ke dalam sel Tahanan.
Aku mengorbankan segalanya...
Bahkan nyawaku di Ujung batas saat itu...
Tapi apa yang ku Dapatkan?
Semuanya menjadi Gelap, Hingga Renata terjatuh di Tempat.
Semua orang berteriak memanggil namanya, Namun perasaannya tidak ingin kembali lagi.
Untuk selamanya, Ke dunia yang keji seperti ini.
-RENATA-
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA (Selesai) ✔
Teen FictionKehidupan Renata berubah Sejak Ayahnya meninggal saat usianya 12 Tahun. Sedih, Karena Ayah Yang memberikannya seluruh kasih sayang telah tiada. Hingga suatu Insiden buruk terjadi Pada Renata. Di tengah-tengah maraknya Kasus Pelecehan Seksual, Kek...