"Kalau Pepatah bilang Hasil tidak akan mengkhianati Usaha
Itu, Tidak berlaku untukku."-Renata Purnama-
Renata tidak lagi menangis tanpa suara, Dia keluarkan segalanya saat ini tanpa peduli orang menilainya gadis lemah, cengeng, atau apa.
Segalanya.. Isakkan, Teriakkannya, Airmatanya, Semuanya yang dia tahan selama ini dia keluarkan.
Nayla memeluk Gadis itu, punggungnya bergetar, Bahkan Nayla merasakan Bahu gadis itu Rapuh, Sangat Rapuh. Nalurinya sebagai perempuan lah yang membuatnya merasakan betapa buruknya coreta takdir gadis ini.
"kak... " Panggil Renata Lirih.
"Apa salahku...?" Ivan hanya diam. Dia tak sanggup menatap Keadaan Renata yang seperti ini.
"Aku Percaya pada kalian, Aku percaya kalian mampu menolongku... Aku menyerahkan Segalanya... Aku mengorbankan Segalanya... Beasiswa, Kehormatanku yang sudah di nodai oleh seluruh Orang di Negri ini, Lalu... Apa yang ku dapatkan Dari itu? JAWAB!!" Ivan Masih memalingkan Wajahnya.
"Apa, Yang selalu mereka katakan tentang keadilan? Apakah mereka mengerti arti keadilan itu? AKU MEMINTA PADA TUHAN AGAR SEMUA WANITA MERASAKAN HAL YANG SAMA SEPERTI YANG KU ALAMI!!!" Nayla terkejut dengan perkataan Renata.
"Kenapa? Agar mereka mengerti, Bagaimana rasanya berada di posisiku selama ini. Karena manusia... Tidak akan pernah bisa mengerti, sebelum mereka merasakannya Sendiri... " Nayla diam. Yah, dia tidak pernah merasakan hal yang selama ini di rasakan Oleh Renata ataupun Andrea.
Suasana Hening, Tangis Renata sudah mulai Mereda.
"Apa kau tidak bisa mengusahakan hal yang lain Ivan?" Tanya Nayla. Ivan menggeleng.
"Aku tidak tau." Ucapnya Pasrah.
"Biarkan media memasuki ruangan sidang, untuk meliput Hal itu secara langsung." Ucap Nayla tegas. Ivan menatap Nayla yang masih memeluk Renata.
"Setidaknya, jika kita tidak mendapat keadilan. Anak-anak perempuan yang mengalami hal seperti Renata, Membantu Gadis ini melewati masa-masa sulitnya dengan dukungan Mereka. Dan biarkan, Massa Mengetahui Betapa sulitnya mendapatkan Keadilan di Negri ini."
-RENATA-
Dewi Membuka Jendela, Membiarkan Sinar Matahari Masuk dan mengenai Wajah Renata yang sedang Terlelap. Merasakan Panas di Wajahnya, Renata Terbangun.
"Mentang-mentang ujian Nasional Udah Selesai, Nggak Bangun Pagi!" Ucap Dewi layaknya Ibu Tiri.
Renata duduk dengan Wajah Teller baru Bangun tidur.
"Sana Mandi, Bunda Mau Ngajak Kamu ke Organisasinya.. " Renata Mengerutkan keningnya.
Namun Renata tetap Menurut. Gadis itu mengambil Baju Salin, dan pergi ke Kamar Mandi.
-RENATA-
"Pagi Renata... Ayo Sarapan.. " Sapa Bundanya Dewi.
"Pagi Bun.. " Jawab Renata.
"Karena kamu sudah Selesai Ujian Nasional, Bolehkan Bunda ajak Kamu sama Dewi ke organinasi CIA?" Renata Mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA (Selesai) ✔
Ficção AdolescenteKehidupan Renata berubah Sejak Ayahnya meninggal saat usianya 12 Tahun. Sedih, Karena Ayah Yang memberikannya seluruh kasih sayang telah tiada. Hingga suatu Insiden buruk terjadi Pada Renata. Di tengah-tengah maraknya Kasus Pelecehan Seksual, Kek...