Masih Adakah?

103 6 0
                                    

Siang itu di depan kelas terlihat Dioz sedang duduk sendirian. Dia duduk bersandar dan matanya terpejam. Sekolah sudah agak sepi karena bel pulang sekolah sudah berbunyi dua jam yang lalu. Bintang ragu-ragu untuk melanjutkan langkahnya. Dia juga belum pulang karena ada ekskul volly hari itu. Tapi Bintang harus ke kelas untuk mengambil catatannya yang tertinggal di laci bangkunya.

Bintang melangkah pelan-pelan, takut membangunkan Dioz. Ketika tiba di depan Dioz, Bintang sejenak memandangi wajah cowok itu. Kalau sedang tidur begini Dioz terlihat kalem,aura slengeannya memudar.

"Ngliatin apa Bi? " ucap Dioz tiba-tiba sambil membuka matanya.

Kontan saja Bintang kaget dan malu karena ketahuan memandangi Dioz.

" ee.. Engga, engga kok.. Ini mau ke kelas ambil buku yang ketinggalan. "elak Bintang menutupi rasa malunya.

" kirain lagi ngliatin gue tidur kaya dulu. " tembak Dioz.

Wajah Bintang sudah merona sejak katahuan tadi,dan makin merona mendengar ucapan Dioz barusan. Dulu Bintang senang memandangi Dioz tertidur di sofa ketika sedang main kerumah Bintang. Kata Bintang, Dioz tenang kaya bayi kalau lagi tidur. Gak bandel.

"Gue masuk dulu ya. "ucap Bintang mengalihkan pembicaraan.

Dioz hanya mengangguk. Lalu Bintang masuk ke dalam kelas untuk mengambil catatannya yang tertinggal. Setelah itu dia beranjak keluar lagi.

Diluar Dioz masih duduk ditempat yang sama.

Dengan ragu Bintang berpamitan padanya. "Duluan ya yoz." ucapnya.

"Bi. " panggil Dioz ketika Bintang sudah mulai melangkah menjauh.

Bintang menghentikan langkahnya dan sedikit memutar badannya ke arah Dioz.

" Thanks ya masih baik sama aku. " ucap Dioz kemudian, ketika menyadari Bintang tak membuka suara ketika menoleh kepadanya.

" Apaan si yoz, kita kan temen. "jawab Bintang menetralisir perasaannya.
" iyaa.. Temen. " ulang Dioz sambil menyisir rambutnya dengan tangan. Ada sesuatu yang tak bisa di ucapkan Dioz, entah apa itu. Bintang dapat merasakan kegelisahan Dioz.

" ya udah ya yoz, aku.. Eh gue pulang dulu, keburu maghrib. "pamit Bintang kikuk.

" Naik apa Bi? " tanya Dioz.
" naik ojek online. "jawab Bintang singkat.

Dioz menghela nafas." Aku anter ya? "tawarnya.
" oo.. Gak usah yoz, thanks.. Maybe next time.. Daah.. " tolak Bintang halus sambil segera berlalu dari hadapan Dioz. Dia tak ingin berlama-lama disitu. Dia tidak ingin terlibat lebih jauh dengan Dioz. Bukan karena takut dengan Tiara. Tapi dia hanya tak ingin harapannya tumbuh dan akan sakit jika tidak tercapai. Statusnya saat ini hanya mantan dan seorang teman, tak lebih dari itu.

" Take care, Bi. " ucap Dioz kemudian, pasrah karena tawarannya tidak ditanggapi Bintang.

" Maafin aku Bi. "desahnya lirih, yang tak mungkin di dengar Bintang karena sudah menjauh.

Diperjalanan pulang, Bintang merenung kejadian tadi. Ada apa dengan Dioz, pikirnya. Kenapa dia terlihat lelah dan tak terduga. Sepertinya ingin mengutarakan sesuatu namun ditahannya. Bintang lalu menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir bayangan Dioz.

"kenapa mbak? " tanya si driver ojek online melihat penumpangnya dari kaca spion sedang menggeleng-gelengkan kepala.
" Enggak pak ini agak gatel. "jawab Bintang asal terlanjur tengsin.

Sepeninggal Bintangpun Dioz beranjak ke parkiran sekolah untuk mengambil mobilnya. Hari ini motornya masuk bengkel jadi terpaksa pakai mobil, padahal dia paling malas kalau harus ke sekolah pakai mobil. Langkahnya gontai, dia berharap tadi Bintang mau diantarnya. Tapi ternyata dewi fortuna tak berpihak padanya. Dioz menyadari ada yang salah pada perasaannya. Dia kangen Bintang, kangen ocehannya, kangen omelannya, kangen wangi baby cologne yang biasa dipakai Bintang. Apa dia terlalu egois, pikirnya. Kenapa dia menginginkan Bintang kembali di saat dirinya sedang bersama Tiara.

Tiara, sebenarnya dia gadis yang baik. Tapi sayang terlalu sombong dan percaya diri yang berlebihan. Sepertinya Tiara hanya alat untuk membuat Bintang cemburu. Tapi realitannya Bintang terlihat biasa saja, bahkan terakhir bertemu ketika di mall itu, Bintang seperti menahan untuk menertawakannya. Apa benar secepat itu Bintang melupakannya? Apa karena Bintang terlalu muak dengannya karena telah dicampakkan? Tanya Dioz dalam hatinya.

Dioz mengacak-acak rambutnya frustasi. Ternyata kita merasa kehilangan setelah orang itu jauh dari kita. Dioz baru menyadari bahwa dia telah berbuat kesalahan hanya karena egonya.

Dioz lalu mulai menjalankan mobilnya dan meninggalkan sekolah. Dia pacu mobilnya membelah jalanan ibukota sore itu. Berderu dengan hatinya yang gundah gulana.

Alunan suara Jorja smith menggema dari stereo set mobil Dioz.

Oh, it hurts the most 'cause I don't know the cause
Maybe I shouldn't have cried when you left and told me not to wait
Oh, it kills the most to say that I still care
Now I'm left tryna rewind the times you held and kissed me back

I wonder if you're thinkin' "Is she alright all alone?"
I wonder if you tried to call, but couldn't find your phone
Have I ever crossed your thoughts because your name's all over mine
A moment in time, don't watch me cry
A moment in time, don't watch me cry

I'm not crying 'cause you left me on my own
I'm not crying 'cause you left me with no warning
I'm just crying 'cause I can't escape what could've been
Are you aware when you set me free?
All I can do is let my heart bleed

Oh, it's…

Dioz merasa tertampar.. Apakah Bintang juga seperti itu, batinnya. Karena Bintang tak pernah memperlihatkan kesedihannya setelah Dioz mutusin dia.

"maafin aku Bi. "sesal Dioz. kata itu terucap lagi dari bibir Dioz, lirih.

My Lovely EksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang