36

214 20 1
                                    

Bibir tipis gadis 18 tahun itu tidak mengembang seperti biasanya.Ia terbangun dengan kepala pening yang membuat segala kegiatannya terganggu.Tapi apa boleh buat, hari ini ada kuis yang tidak bisa ia lewatkan

Melihat adik semata wayangnya, Devano mengkerutkan dahinya "Kamu kenapa sih?gak enak badan?"

"Iya huhu, pusing banget" jawab Darina sambil mengeratkan pegangannya pada Devano

"Kenapa berangkat?" Jawab Devan sambil memegang pipi Darin, memastikan adiknya tidak separah itu

Pegangannya merenggang "Ya abisnya kelas pak Firdaus ada kuis, kata Anna kalo skip 1 kali aja gak bisa susulan sekalipun sakit"

Devano mengaku bukan tipe kakak yang mengekang walaupun nyatanya ia sangat protektif, bahkan ketika dulu adiknya pergi ke pembukaan kedai bertemakan idola favoritnya, Devano khawatir setengah mati dan selalu merasakan ia akan mendapat serangan jantung saat itu juga

Kekhawatirannya ini bukan tanpa alasan, dulu saat usia Darina 10 tahun, masa dimana penculikan dimana mana, Darina pernah diculik.Ia didekap oleh penculik itu di depan mata Devano sendiri, saat itu Devano hanya diam mematung menatap dari kedai eskrim yang tak jauh dari kejadian.Tubuh Devan kecil bergetar hebat, celananyapun basah serta giginya menggeretak

"Darina!!!!" Teriak Devano remaja

Tanpa basa basi Devan lari ke rumahnya dengan air mata yang tidak bisa ia kendalikan "Mama!!!Papa!!!Darina diambil om om jahat!"

Astrid, mama mereka berdua menyetarakan tingginya dengan Devan "Kenapa bang?pelan pelan"

"Tadi- tadi abang lagi beliin eskrim buat Darin, terus- terus abang liat Darin ditutupin gini mulutnya sama om yang gak Devan tau.Mama, abang takut" Devan remaja memeluk mamanya dengan kuat.Tangannya yang bergetar seolah bisa tersalurkan saking kencangnya

Astrid menenangkan Devano lalu melakukan telfon entah dengan siapa.Yang Devan tahu, mamanya harus membayar uang tebus sebesar 10juta.Sampai disitu, kesadaran Devan hilang.Ia tidak mengingat apa apa lagi dari situ, yang ia tahu, sejak saat itu sikapnya pada Darina berubah

Namun lambat laun sifatnya ini tidak disukai oleh Darina sendiri. Masa iya anak SMA masih ditungguin pas mos?malu banget lah gue. Begitu pengakuan Darina tentang bagaimana protektif kakaknya ini.Sekarang memang Devan tidak selalu ada di samping Darina, tapi Devan selalu menyempatkan diri untuk menanyai apakah Darina baik baik saja, apakah dia sudah makan dan sekarang menurutnya ia sudah menemukan penjaga Darina yang lebih darinya

Arsen Sericson

Teman 6 tahunnya itu tidak pernah berpacaran sebelumnya.Bahkan Niko dan dirinya mengira bahwa Arsen gay tapi tentu saja itu salah.Arsen hanya tidak suka dengan beberapa perempuan yang terlalu mencari perhatiannya, sangat tidak natural katanya

"Kalo sampe adek gue nangis dan sakit hati gara-gara elo, gue gak segan segan baku hantam sama lo Sen.Lo tau kan, Darina itu berharga banget bagi gue?"

"Sebelum lo nonjok gue, gue bakal nyakitin diri gue sendiri, Van" begitu kata Arsen kepada Devan

Bayangan tentang adiknya yang dulu sanggup ia gendong membuatnya menarik nafas panjang.Devano masih khawatir dengan Darina lebih dari ia khawatir pada dirinya sendiri

"Bang!woi!ih malah ngelamun" ujar Darina sambil memukul lengan besar kakaknya

"Eh iya, kenapa?"

"Lah?yaudah gue pergi dulu oke?nanti gue pulang sama Arsen aja soalnya mau beli buku" Darina mengeluarkan bukunya lalu membuat gesture ciuman jauh

"Dadah abang!" Ujar Darin sambil tersenyum lebar

Devano tidak pernah bisa menyembunyikan senyumannya apabila Darina tersenyum lebar seperti itu, rasanya ada rasa bahagia tersendiri melihat hal kecil namun berdampak besar pada hidupnya

She is my little sister, and always be

---

"Lo ngerokok?" Tanya Niko ketika sampai di kamar Devano

Devano melirik Ajasa Dika Romeo, guru sekaligus dokter yang umurnya hanya berbeda 2 tahun dengan mereka.Dika sangatlah nakal tapi juga sangat pintar, ia juga merupakan sepupu dari Devano dan Darina yang sangat badung namun paling sukses

"Yoi, gak ada Darin kan?" balasnya santai

"Ya gak ada sih, cuma nanti dia gak mau ke kamar gue bego" balasnya sembari mematikan rokok Dika dan respon Dika tentulah mendecak, tapi ia tahu Devano akan tetap mematikan rokoknya walau 100 kali ia nyalakan

Dika akhirnya bangkit untik mengambil permen yang disediakan oleh Darina di ruang tengah saat Dika berkunjung, entah kenapa Dika mau mau saja untuk mengganti rokoknya.Mungkin sudah kebiasaan dan Dika juga dulu punya adik perempuan seperti Darina namun ia telah meninggal

"Bang Dika!" suara Darina menggema di ruangan itu

Senyum Dika melebar lalu menerima pelukan Darina senang "Tumben main?"

"Iya, biasa Devan kangen sama abang.Kamu kangen gak?" tanya Dika sambil mengacak rambut Darina

Darina mengangguk angguk "Banget!!"

"Ekhem Ekhem"

Mereka berdua lalu melihat ke sumber suara.Darina tersenyum lebar lalu mendekati Arsen "Bang Dik, udah kenal pacar Darina kan?sahabatnya bang Dev"

Dika mengangguk "Iya, halo Arsen, lama gak ketemu.Baik?"

"Iya bang, baik"

"Yaudah sana ke kamar abang, aku ngantuk banget.Mau tidur dulu.Dah sayangg, dah abangg" kata Darina sebelum naik ke atas untuk menuju ke kamarnya

Dika berjalan beriringan dengan Arsen "Gue denger denger lo pernah bikin Darina pindah jurusan?"

Dahi Arsen mengkerut "Iya, emang kenapa bang?"

"Dan penyebab nya karena elo mutusin adek gue"

"Iya"

Dika berhenti di depan Arsen lalu melirik ke sekitar "Kalo gue denger Darina sakit hati gara gara lo, urusannya udah gak sama Devan doang, tapi sama gue juga"

Arsen tidak merespon banyak, ia hanya mengangguk dan berjalan mendahuluinya untuk pergi ke kamar Devano "Siap bang"

Dika mematung, anak itu cuek sekali.Berbanding jauh dari Darina yang sangat amat cerewet.Namun ia tidak terlalu memusingkannya, toh Darina bahagia?ia dan Devano kan sama saja, sangat protektif pada Darina namun akan melakukan apa saja demi kebahagiaan Darina

Boyfie 〣 EXO SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang