"Nanti kamu kasih nomor rekening Arsen ke mama ya, pasti mahal banget loh dek disini tuh" ujar mama Darina pelan namun bisa membuat Arsen menghentikan aktifitasnya
Arsen menggeleng "Gak usah tante, gak apa apa.Lagian buat Darina juga"
"Ah enggak ah nak Arsen, mending kalo 100 ribuan.Pasti habis jutaan kan?" Balas mama Darina
Tubuh Arsen akhirnya berdiri dan menghampiri Darina yang baru saja mandi "Gak apa apa tante, anggep aja dp aku buat serius sama anak tante"
Darina menatap Arsen tak percaya "Kamu diajarin siapa ngomong kaya gitu?"
Mama Devano hanya tertawa kecil mendengar itu.Dirinya sedikit merenung.Anak-anaknya sudah besar dan bahkan ada yang sudah mau meng 'klaim' anaknya.Astrid menatap Darina yang sedang bercanda dengan Arsen.Ia bersyukur anak gadisnya mendapat laki-laki terhormat dan baik hati, plus tampan seperti Arsen
Astrid dan suaminya tidak pernah melarang anaknya melakukan sesuatu yang menurut mereka tidak baik.Mereka lebih memilih untuk membebaskan anak-anak mereka sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak merasa terkekang, alhasil kedua anaknya sekarang tumbuh menjadi sosok yang bebas pula namun tetap menjadi pribadi yang baik
Semenjak kejadian penculikan Darina, sifat Devano berubah.Hal itu pernah membuat Astrid cemas.Ia tidak ingin Devano menjadi pendiam dan berakhir menjadi sosok yang tak dapat bersosialisasi.Namun berkat perhatian Papa Devano sendiri, Devan tumbuh menjadi seseorang dengan jiwa sosial yang tidak terlalu buruk.Bahkan anaknya ini sangat pintar untuk ukuran laki-laki di usianya waktu itu
Lamunannya tersadar saat suster masuk ke dalam ruang untuk mengganti cairan infus Darina.Ia lalu berjalan ke arah sofa untuk merapihkan beberapa barang yang ia beli untuk stok
Arsen menatap Darina yang memandang suster itu lekat-lekar.Matanya lalu beralih sebentar ke arah suster itu.Cantik.Namun detik selanjutnya Arsen kembali menatap Darina yang tidak mengalihkan pandangannya dari suster itu.Arsen rasa ia tidak pernah merasa melihat suster itu, atau lebih tepatnya ia tidak pernah mengamati perempuan di rumah sakit ini
"Makasih sus" ujar Darina yang dijawab senyuman oleh suster tadi
Arsen menopang wajahnya "Kok ngeliatinnya gitu banget?"
"Mama keluar dulu ya nak" yang dijawab iya oleh Darina dan Astridpun pergi
"Kenapa?emang kamu gak liat tadi?cantik banget sama bodynya aduhai.Gak cocok jadi suster lah, cocokan jadi model" ucap Darina yang membuat Arsen mendengus
Arsen lalu mengusap wajah Darina "Cantikan kamu"
"Disini ada yang cantik lagi gak?mau liat, eh tapi jangan, nanti aku insecure liat rekan kerja kamu"
Lagi lagi ucapan Darina membuat Arsen gemas lalu mencium pipi Darina sedikit kencang "Gemes banget"
Darina hanya memanyunkan bibirnya "Kelas online aku gimana coba?hari ini hari rabu lagi, udah bolos 2 hari"
Arsen memundurkan tubuhnya lalu membuka selimut Darina dan memijat kaki Darina "Aku udah email dosen kamu pake surat keterangan dokter juga waktu hp kamu aku pegang, it's okay"
"Ahhh syukur deh" ujarnya sambil mengangkat tubuhnya agar duduk menyandar kepala bangsal
Mata Arsen melirik Darina yang sedang menatapnya juga "Kenapa sih kamu?"
Darina tertawa kecil "Hah?emang apaan?gak boleh, ngeliatin pacar sendiri?"
Akhirnya Arsen berdiri dan meraih laptopnya "Mau nonton?"
"Nonton apa?" Tanya Darina sembari menggeser tubuhnya agar Arsen muat duduk di sebelahnya
"Apa aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfie 〣 EXO Sehun
RomanceLayaknya seorang kakak yang selalu membimbing, seorang teman yang selalu menemani, dan seorang kekasih yang mencintaimu, aku akan menjadi alasan kenapa kau bangun tiap pagi dengan senyuman. Perjalanan cinta monyet anak SMA sama abang kampus sampe ja...