POV AVARA
Kadang hidup memang tak semanis angan-angan, tapi kalau kita mau menikmati, semua akan terasa indah. Seperti yang aku alami saat ini. Lupakan umur sejenak yang kata orang-orang tak lagi muda, nikmati masa single dengan hati lapang dan bahagia. Menikmati setiap waktunya untuk membahagiakan diri dan berkumpul dengan teman-teman. Tak ada yang salah disini, bukan mauku tak memiliki pasangan. Tuhan hanya sedang memberiku waktu kebebasan lebih lama dari pada yang lain. Saat teman-temanku sedang sibuk menimang anak, aku masih diberi waktu untuk santai di akhir pekan. Selalu ambil hikmah dari semuanya dan bersyukur, maka hidupmu akan bahagia.
Sebut aku gila, tapi di sinilah aku sekarang. Berkumpul dengan teman-teman yang seumuran dengan adik sepupuku yang masih berumur kisaran 20 tahun, sedangkan aku sudah 25 tahun. Ingin hati berkumpul dengan teman sebaya, tapi teman-teman sebayaku sudah menikah dan punya suami yang super disiplin bak sipir penjara. Bukan salah sang suami juga, karena kodrat wanita setelah menikah adalah mengabdi pada suami bukan bermain santai sepertiku yang single happy.
Aku tak lantas terasingkan dari kelompok muda-mudi ini, mereka baik dan tak mengucilkanku. Mereka juga tak mengaggapku perawan tua yang perlu dikasihani. Semua membaur, kami sering ngumpul sekedar ngopi-ngopi cantik dan ngopi-ngopi macho tanpa membicarakan umur, kami semua di sini sama.
Kali ini kami ngumpul di cafe Breakcoffee, aku datang bersama Rayan adik sepupuku. Aku cukup memakai kaos soft pink dan rok selutut bermotif bunga-bunga kecil dengan sepatu flat berwarna biru dongker, simple dan nyaman. Di sana sudah ada beberapa temanku sedang asyik mengobrol, setelah salaman dengan mereka aku duduk lalu memesan caramel latte dan strawberry cake.
Sebuah suara cempreng milik Berlian membuat kami semua menoleh ke asal suara, di sana sudah ada Berlian yang nyengir kuda bersama seorang pria. Wow, itu komentarku soal pria di samping Berlian. Tingginya udah kayak tiang listrik, bahunya lebar dan wajahnya aku kasih nilai 9. Seleraku banget, hidung mancung, bibir tipis dan mata yang menjorok ke dalam. Tapi aku nggak boleh tertarik karena aku jamin pria itu sudah berlable BERLIAN di hatinya. Pantang buat aku untuk sekedar tertarik dengan pacar teman. Jadi abaikan pria tampan itu dan lupakan. Kalau ada yang bilang cinta itu nggak bisa diatur aku nggak setuju. Kalau aku emang niat dari awal untuk nggak tertarik dan tidak mencoba dekat lebih jauh dengan pacar teman pasti aku nggak akan jatuh cinta. Karena aku percaya cinta datang karena terbiasa, terbiasa berhubungan timbullah benih-benih cinta.
"Kak." Sebuah sikutan di lenganku menyadarkanku dari pandangan kosongku.
"Heh."
"Kak Ava nih malah bengong."
Akupun meringis nggak paham semua mata memandangku. "Sorry gagal fokus nih."
Kamipun ngobrol asyik, hanya aku lebih memilih sedikit diam karena aku sembari membuat materi untuk meeting besok pagi. Aku hanya menimpali kalau ada yang mengajakku bicara, lagi-lagi lenganku di sikut, mataku melirik Rayan sebal.
"Apa?"
"Mau ikut nggak?"
"Kemana?" Tanyaku bingung.
Rayan berdecak sebal ke arahku. "Camping weekend depan ke pantai, ikut nggak?"
"Boleh-boleh, ikut deh aku kalau weekend depan." Jawabku sekenanya karena masih membaca lagi materiku.
Berlian pamit duluan dan berdecak sebal ke arah pria di sampingnya, yang sampai saat ini aku belum tahu namanya. Ampun dah, aku beneran deh sedari tadi nggak konsen banget gara-gara bikin materi meeting besok pagi. Tepat pukul 12 kami semua membubarkan diri kembali ke tempat asal masing-masing. Rayan mengantarku ke apartemen sekalian dia numpang tidur seperti biasanya saat kami usai ngumpul asyik.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Fact, I Love You
RomanceAku itu 25 tahun, jangan anggap aku remaja ingusan dong. Punya wajah baby face gini bukan dosa kan? Beraninya om itu menyeretku bahkan mengangkutku keluar club padahal aku sedang kumpul dengan orang-orang kantor dan berdansa dengan pria tampan nan...