20 vs 30 #7

64.7K 2.7K 139
                                    

Pov Avara

Udara pagi ini terasa segar setelah semalam hujan cukup deras. Jalanan yang macet tak menyurutkanku melewati padatnya kota dengan si badak, si badak itu mobil Jeep milik kak Banyu yang ditinggalkan untukku. Semua temanku mengatakan aku nekat saat aku sampai di kantor, dengan badan kecil tetapi tetap memakai jeep yang ukurannya besar di jalanan padat pula. Tetapi ini aku lakukan juga terpaksa, terpaksa karena mobilku masih di rumah si om. Om yang tingginya kayak pohon kelapa itu. Jadi inget dia lagi deh, padahal udah ganti hari dan aku udah mulai lupa. Aku memang berniat nggak mengambil mobilku karena aku nggak pengen berhubungan dulu dengan Dhipa. Aku masih ragu walaupun dia terlihat sungguh-subgguh. Sebelumnya aku tak pernah berfikir soal pasangan, tapi dia datang tiba-tiba dan melamarku. Ini sangat tak terduga.

"Hei ngelamunin apaan, bengong aja." Tepukan Aida di bahuku mengagetkanku.

"Ya ampun Aida, bikin jantungku copot aja tahu nggak?" Seruku seraya mengusap dada.

"Habis dari tadi dipanggil nggak nyaut-nyaut, kamu dipanggil pak Valdo."

"Pak Valdo?" Seruku kaget lalu langsung menutup mulutku dengan tangan dan mataku jelalatan ke kanan kiri takut seisi ruangan mendengar.

"Makanya jangan heboh deh, cepetan sono."

"Iye iyeeee. Aku udah kece kan?"

"Sejak kapan kamu jadi ikut tebar pesona depan pak Valdo?" Tanya Aida mengernyitkan dahi heran. Aku memang sebelumnya tak pernah sedikitpun antusias dengan Valdo. Tapi sejak malam itu, entahlah rasanya tak ada salahnya ingin tahu lebih banyak tentang Valdo.

"Sejak aku jadi cantik mungkin." Jawabku asal dan tertawa meninggalkan Aida yang dongkol.

***

"Permisi pak."

"Masuk, silahkan duduk."

"Makasih pak." Ucapku dengan menatap Valdo yang hari ini terlihat kece memakai kemeja warna soft blue slim fit dengan dasi dark blue yang melilit pas di kerah kemeja. Rambutnya tersisir rapi, kurasa dia memakai pomed. Krim rambut yang sedang tren sekarang ini.

"Sudah puas belum mandangin saya?" Tanya Valdo seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Eh maaf pak, nggak niat lancang." Jawabku terbata dan menunduk malu karena nggak enak hati ketahuan lagi mandangin atasan. Astaga, rasanya mau nguburin kepala.

Tawa ringan dari Valdo membuatku memberanikan diri mendongak. Akupun ikut nyengir kaku melihat Valdo yang masih menahan senyum. Senyum yang bisa membuat banyak wanita patah hati.

"Begini, bulan depan Divisi kita mendapat giliran tugas mengurus acara tutup tahun setelah Natal. Saya ingin kamu yang menghandlenya, apa kamu bersedia? Melihat acara kemarin yang kamu tanganin terbilang sukses."

Jadi aku harus mengurus acara lagi, hilang sudah masa santaiku kalau begini. Mana weekend depan ada acara champing sama anak-anak. Gimana ya? Nerima, hidupku berasa dikejar rentenir. Nolak, masa iya nolak mandat si bos ganteng. Kan mau tahu lebih tentang dia.

"Gimana Va?"

"Eh, iya pak. Iya bisa, bisa."

Senyum simetris yang lambat laun memamerkan deretan gigi rapi milik Valdo seolah membiusku perlahan. Aku baru tahu ternyata kalau diamati lebih dekat Valdo itu emang ganteng, dari dulu aku kemana aja yah. Ternyata dari dulu kebodohanku hanya satu, aku tak pernah berani mencoba mengagumi pria tampan karena terlalu menjaga hatiku agar tak terluka.

"Masih belum puas?" Tanya Valdo yang sekarang sedang bertopang dagu memandangku intens. Mataku mengerjap dua kali.

"Astaga maaf pak, bukan maksud saya lancang." Aku membuat kebodohan lagi, lagi-lagi ketahuan lagi merhatiin Valdo. Ada pintu doraemon nggak, aku mau langsung ngilang. Ya Tuhan, mana Valdo malah terkekeh gitu aku kan makin salah tingkah jadinya. Nggak berani nongolin muka kalau gini caranya. Stupid barbie!

In Fact, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang