20 vs 30 #20

3.7K 244 13
                                    

Pov Dhipa

Setelah sukses membuatnya mau memakai cincin dariku kemarin malam, malam ini aku mengajaknya ke apartemenku. Apartemen yang sebelumnya tak pernah ada wanita masuk ke apartemenku kecuali Berlian.

Dia masih saja jutek sepanjang jalan padahal kemarin malam sudah mewek sesenggukan memelukku sepanjang malam bahkan sampai kuantar ke apartemennya. Dia sudah memaafkanku, sudah memberiku kesempatan tapi dia belum bilang sayang. Pokoknya sebelum hari pernikahanku besok yang tinggal menghitung hari Ava harus udah cinta dan sayang sama aku.

"Kita ngapain ke sini?" Tanyanya dengan wajah malas masih memakai setelan baju kerja.

Kalau pakai baju kerja begini Ava terlihat lebih dewasa, tapi kalau dia pakai kaos dan rok selutut atau celana jins orang bakal ngira aku jalan sama anak SMA.

"Wanita-wanita pada berebut pengen masuk ke sini, kamu malah nolak. Jualannya jangan mahal-mahal nanti nggak laku." Ucapku seraya menyalakan sakelar lampu ruang tengah.

"Bodo, kan aku udah mau laku ini." Jawabnya santai melenggang ke arah sofa putih dan menjatuhkan pantatnya di sana.

Gemes banget aku sama mulutnya yang sekarang pinter banget ngomong, kucium juga nanti biar diem.

"Tunggu sini bentar, jangan kemana-mana apa lagi gelatakan."

Dia langsung melirikku tajam, suka banget bikin dia marah. Ngeledek dia itu hiburan tersendiri.

Nggak sampai 5 menit aku udah siap dengan semua hal yang romantis seperti yang aku cari dari google. Karena memang semuanya sudah siap sebelum aku menjemput Ava, aku hanya perlu memastikan semuanya masih terkendali.

Tapi saat aku balik ke ruang tengah wanitaku sudah tidur dengan posisi tidur di atas sofa . Tubuhnya yang kecil pas banget di atas sofa putihku. Selalu saja ketiduran tiap pulang kerja, sebenarnya dia kerja di depan komputer atau bersih-bersih kantor sih.

Kugendong dia, kupindahkan ke kamar tak berniat membangunkannya karena sepertinya dia sudah lelap. Saat kupindahkan sampai di kasur saja dia nggak bangun hanya menggumam nggak jelas dan tidur lagi. Aku baru tahu satu lagi kebiasaanya, gumam nggak jelas waktu tidur.

Dari pada diem nungguin Ava tidur lebih baik aku nyelesain kerjaan yang aku tinggal tadi karena harus masak buat makan malam. Tapi nyuri cium sekali nggak dipenjarakan? Kucium saja bibirnya yang mengerucut kalau lagi tidur. Manis. Lebih baik aku cepat keluar kamar dari pada aku makin ketagihan nyium Ava.

***

"Bangun, Dhipa bangun."

Tercium aroma kopi hitam yang nikmat membelai indra penciumanku. Kubuka mataku perlahan dan senyumku melebar melihat Ava berdiri di sampingku. Sepertinya aku ketiduran, badanku rasanya pegel semua.

"Emang nggak sakit semalaman tidur di sini?"

"Semalaman? Memang ini jam berapa?"

"Jam setengah enam, minum kopinya terus mandi terus sarapan."

"Ah iya, maaf ya aku malah ketiduran. Kamu kalau udah laper makan duluan aja, semalam kan nggak makan."

Cupp..

"Makasih ya."

Berasa ini lagi mimpi, pipiku dicium Ava cukup lama. Aku sampai bengong menatapnya nggak nyangka. Pipinya kini bersemu merah bikin aku pengen nyium balik.

"Cepetan bangun."

"Cium lagi."

Tangannya kini bertolak pinggang dan matanya melebar menatap ke arahku. Kutarik saja wajahnya dan kukecup singkat bibirnya. Dia mencebik setelah kukasih morning kiss. Rasanya pagi ini cerah banget walaupun sepertinya mendung kulihat dari jendela yang tirainya sudah kebuka.

In Fact, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang