Pov Dhipa
Aku sempat kaget melihat Syila ada di sini, nggak menyangka dia ada di sini. Terakhir kami berhubungan minggu lalu dia masih di Singapura mengurus bisnis kulinernya dan nggak ada cerita akan balik ke sini. Lama tak bertemu dia masih sama tetap cantik di mataku, hanya saja aku tak lagi merasa berdebar dekat dengannya. Mungkin ini efek lama tak bertemu.
"Makin tampan saja kamu. Tak merindukanku kah?" Tanyanya dengan mata memicing sebelah.
Kurentangkan kedua tanganku dan dia langsung menghambur memelukku. Dekat di mata, jauh di hati. Inilah kami saat ini, walau raga kami saling mendekap tapi hatinya tak pernah mendekapku seperti aku yang mendekapnya teramat erat sejak dulu.
"Miss you Pa." Serunya mengeratkan pelukannya.
"Me too La. Kenapa pulang tak tak bilang-ilang hem?"
"Kejutan." Ucapnya datar melepas pelukan kami dan kali ini aku merasa biasa saja tak seperti dulu saat aku melepasnya d bandara, rasanya ingin ikut saja dengannya dan mengabaikan semua pekerjaan di sini.
"Berapa lama di sini?"
"Kamu mau aku berapa lama di sini?" Tanyanya balik dengan senyum tipis di bibirnya.
"Yakin mau tahu jawabku? Tapi kamu harus di sini sesuai jawabanku."
Syila mengangguk-angguk mantap.
"Are you sure?"
"I'm sure baby."
Senyumku melebar mendengar caranya memanggilku baby, masih sama seperti dulu. Nadanya seolah memanggil anak kecil dan sangat manis menurutku. Aku mungkin akan selalu jadi anak kecil untuknya, walaupun aku sekarang lebih tinggi darinya. Tapi umurku tak bisa lebih darinya tak seperti tinggiku yang bisa melampauinya.
"Lihat apa?" Tanyaku mengikuti arah pandangnya.
"Tuh, siapa mereka? So sweet."
Seketika emosiku berubah dari senang bisa bertemu lagi dengan Syila jadi marah melihat Ava yang memeluk pria di sampingnya. Apa-apaan dia itu?
"Mau kemana Pa?"
Tak kuhiraukan Syila yang bertanya dan memanggilku, kulangkahkan kakiku lebar ke arah Ava yang terlihat tertawa bersama laki-laki itu.
"Nggak masalah kak, cuma empat tahun belum 14 tahun kak. Mariah carey aja sama suaminya beda 12 tahun. Lagian sekarang aku udah kerja di kantor papa sambil nyelesaiin S2ku. Jadi aku siap buat nikah muda. Akukan sudah punya penghasilan kak." Ucap pria itu dengan nada sangat meyakinkan. Cihhh.... Masih bocah aja bergaya mau menikah.
"Jangan coba-coba merayu calon istriku." Seruku geram menatap mereka.
Berani benar dia, apa katanya tadi? Mariah Carey? Beuhh... Emosiku makin naik melihatnya yang tak takut dengan ancamanku sama sekali.
"Lalu siapa wanita itu?" Tanyanya tenang memandang Syila.
Kualihkan pandanganku ke arah Ava yang menatapku dengan pandangan menantang.
"Dia Syila, temanku dan sahabatku." Ucapku pada Ava.
"Bukan aku yang tanya." Ucap Ava lalu membuang muka.
"Aku tahu, tapi di jidatmupun ada tulisan yang sama dengan pertanyaannya. Dan aku lebih suka menjelaskan padamu, karena dia nggak penting buatku." Ucapku seraya melirik ke arah bocah di samping Ava. Lagian aku nggak ada kepentingan menjelaskan soal Ava pada bocah itu, yang perlu aku jelaskan itu Ava agar dia tak salah paham. Tapi dia malah mengibaskan tangannya seolah malas mendengar penjelasanku. Aku tahu dia pasti sedang menahan marah. Lihat saja wajahnya, walaupun terlihat ogah-ogahan tapi matanya teramat tajam saat melirikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Fact, I Love You
RomanceAku itu 25 tahun, jangan anggap aku remaja ingusan dong. Punya wajah baby face gini bukan dosa kan? Beraninya om itu menyeretku bahkan mengangkutku keluar club padahal aku sedang kumpul dengan orang-orang kantor dan berdansa dengan pria tampan nan...