20 vs 30 #5

67.6K 2.9K 128
                                    

Pov Avara

"Aaaaaaaa..............." Seketika aku menjerit keras melihat pria telanjang. Astaga jantungku langsung berdetak heboh.

"Pakai bajumu! Nggak sopan dasar mesum!" Teriakku seraya menutup mataku dan menarik selimut menutupi wajahku. Gila dia seenak jidat cuma pakai handuk di depanku, otaknya pasti geser. Wajahku rasanya panas dan badanku gemetar mengingat badan Dhipa yang super bikin melting.

Masih berusaha mengatur nafas dan jantungku yang berdetak cepat aku mengintip dia lagi.

"Aaaa..cepat pakai bajumu Dhipa!" Gila dia malah semakin dekat denganku. Ya Tuhan aku melting liat pria nggak pakai baju gitu. Ini pertama kalinya aku lihat pria telanjang dari jarak teramat dekat. Bahkan Rayan tak pernah telanjang di apartemenku. Aku mencengkeram selimut semakin kencang aku takut aku pingsan atau mungkin langsung menerjang Dhipa. Aku mulai gila sepertinya.

Dan sialnya otakku malah mengingat badan Dhipa yang bidang dan masih sedikit basah tadi. Astaga bisa copot jantungku kalau gini, aku butuh kipas wajahku panas rasanya. Selama 25 tahun hidupku ini pertama kalinya aku berdebar gemetar melihat pria. Sialan si om mesum!

"Kenapa masih di sini? Sana ke kamar Berlian. Ini kamarku jadi suka-suka aku mau telanjangpun nggak masalah."

Aku bertahan di kamarnya juga bukan buat lihat dia telanjang, aku itu lagi nunggu Berlian ngambilin bajunya buatku.

"Dasar om-om mesum."Seruku sebal. Kuatkan imanku Tuhan.

"Aku nggak mungkin keluar pakai boxer begini, apa kata Opa? Nggak sopan tahu. Jadi cepat pakai bajumu atau aku tendang!" Ancamku sebal, tapi tak berani membuka selimut. Aku takut saat aku buka ternyata dia nekat telanjang bulat di depanku. Aku bisa mati syok, melihatnya telanjang dada saja aku sudah syok dan senam jantung begini.

"Berani nendang?" Tanyanya seraya menarik selimut yang menutup wajahku.

Ya Tuhan, kali ini aku syok beneran. Aku sampai merasa badanku mendadak beku nggak bisa gerak hanya mataku yang bergerak ke sana kemari. Dhipa tepat di depanku dengan jarak tak ada satu jengkal tangan. Aku merinding disko, jantungku bisa-bisa berhenti dadakan. Aku sampai tahan nafas beberapa saat karena syok.

"Mana keberanianmu semalam huh?"

Aroma sabun khas pria menggelitik hidungku. Wajahnya semakin mendekat dan bikin aku gemetar. Fix Dhipa itu om mesum yang ganteng banget, aku sampai sulit bernafas. Sekalinya bernafas dan menghirup aroma badannya yang wangi sabun kakiku semakin lemas.

"Mu mundur." Ucapku akhirnya bisa membuka suara.

Tapi dia sama sekali nggak terpengaruh malah semakin mendekaet dan membuatku mabok pagi hari. Mataku sudah tak fokus tak berani melihat kedua matanya walaupun matanya tepat berada di depan mataku.

"KAK DHIPA NGAPAIN?" Suara Berlian menyadarkanku dan aku reflek mendorong badan Dhipa yang membuat tanganku serasa tersetrum saat menyentuh kulit dadanya.

Brukkk...

Mataku terpejam, aku sukses ikut terjerembab karena Dhipa menarikku. Tapi tak begitu terasa sakit, yang ada jantungku memompa lebih cepat dan nafasku memburu syok karena jatuh. Mataku mencoba membuka sebelah, tenggorokanku terasa tercekat saat sadar wajahku menempel di dada Dhipa yang telanjang. Cobaan apa lagi ini Tuhan, jantungku sudah tak mampu mengotrolnya. Aku sulit bernafas.

"Kak Ava kamu nggak apa-apa?" Tanya Berlian membantuku berdiri. Terimakasih karena tanpa Berlian sepertinya aku tak sanggup berdiri, kakiku seperti tak bertulang. Berasa seperti agar-agar.

"Lelet banget, berat!" Semprot si om sontoloyo yang membuatku jantungan dan mendadak kaku. Gara-gara dia juga kan aku ikut jatuh, jatuh kok ngajak-ngajak. Nyebelin!

In Fact, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang